Semarang, IDN Times - Pameran dan kontes tanaman hias menjadi magnet baru bagi para pecinta tanaman hias di Kota Semarang. Kegiatan yang menampilkan dua primadona tanaman, yakni anthurium dan aglaonema tersebut resmi dibuka oleh Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng di halaman parkir Eks Wonderia, Jalan Sriwijaya, Tegalsari, Candisari, Minggu (16/11/2025).
Pameran Tanaman Hias di Kota Semarang Hidupkan Ekonomi Kreatif

Intinya sih...
Pameran dan kontes tanaman hias menjadi magnet baru bagi pecinta tanaman hias di Kota Semarang.
Kegiatan menampilkan dua primadona tanaman, anthurium dan aglaonema, resmi dibuka oleh Wali Kota Semarang.
Acara ini diharapkan dapat menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Semarang.
1. Ruang bertemunya kreativitas dan ekonomi
Saat meninjau stan peserta pameran, Agustina melihat tanaman anthurium. Menurut dia, tanaman itu memiliki filosofi yang kuat. Bentuknya menyerupai hati tegak dengan warna merah cerah, dipercaya menghadirkan energi semangat, keramahan, dan kemakmuran. Sementara aglaonema, yang oleh masyarakat Jawa sering disebut sri rejeki—melambangkan keberuntungan dan pertumbuhan baru.
Agustina mengatakan, kontes ini bukan hanya ajang kompetisi, namun juga menjadi ruang bertemunya kreativitas, ekonomi, dan komunitas pecinta tanaman hias.
"Saya melihat pameran ini selain kompetisi, juga menjadi sarana untuk memanjakan mata dan ruang pertemuan bagi orang-orang yang telaten, merawat kehidupan sehelai demi sehelai. Saya pernah merasakan bagaimana merawat bunga itu memberi rezeki yang luar biasa. Dan pameran, kontes, atau festival adalah momen yang ditunggu oleh para pemilik tanaman hias," katanya.
Tercatat sebanyak 262 peserta mengikuti kontes anthurium dan 265 peserta untuk kategori aglaonema. Pameran ini juga menghadirkan 44 stan peserta tanaman hias dari berbagai kota dan kabupaten, termasuk Jawa Timur dan Sragen.
2. Kota Semarang diterima jadi tuan rumah
Menurut Agustina, angka ini menunjukkan bahwa Semarang mulai diterima sebagai tuan rumah yang menjanjikan untuk penyelenggaraan pameran tanaman hias berskala lebih besar.
Ia menambahkan, hobi juga akan tumbuh dan bertahan ketika memiliki nilai ekonomi. Wali kota mengingatkan kembali fenomena ledakan harga tanaman hias pada 2009–2011, ketika anthurium bahkan diburu hingga ke dalam pekarangan rumah warga karena nilai jualnya yang fantastis.
"Nah, sekarang belum ada lagi. Dan saya yakin para pecinta tanaman hias ini menunggu momentum. Maka 44 stan dari berbagai kota dan kabupaten, saya kira ada yang dari Jawa Timur, tadi saya lihat ada yang dari Kabupaten Sragen. Ini menunjukkan bahwa Kota Semarang diterima sebagai tuan rumah," ungkap Agustina.
3. Lahirkan generasi baru pecinta tanaman
Ia menilai kebangkitan pameran seperti ini bisa menjadi indikator peningkatan ekonomi masyarakat. Sebab, tanaman hias dinilai bukanlah kebutuhan pokok konsumen. Biasanya, berasal dari segmen tertentu yang memiliki daya beli cukup kuat.
"Artinya segmen tertentu inilah yang nantinya akan menjadi industri kreatif yang akan mendukung dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Saya berharap, terus berharap masyarakat Kota Semarang akan menghiasi rumahnya dengan berbagai macam tanaman hias. Tidak hanya rajin membeli, tetapi juga rajin merawat karena keindahan setiap rumah menjadi keindahan keseluruhan Kota Semarang," terangnya.
Selain memacu ekonomi, Agustina berharap pameran ini mampu melahirkan generasi baru pecinta tanaman, terutama anak muda. Ia mencontohkan bagaimana pameran bonsai sebelumnya melahirkan akademi bonsai.
"Para pengamat, para penilai itu dapat mentransfer pengetahuannya. Ini tanaman bagus, ini tanaman mahal, ini tanaman namanya apa, ini tanaman spesies khusus atau tanaman yang memiliki kekhususan, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Saya kira itulah titiknya," pungkas wali kota.
Pameran akan berlangsung hingga 23 November 2025 mendatang.