Ilustrasi situasi di dalam rumah saat mati lampu. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Menurut dia, hampir semua pemilik kos di lingkungan tempat tinggalnya juga merasakan dampak yang sama sepertinya. ‘’Kebanyakan kalau kosnya untuk perempuan imbasnya sama. Kos jadi sepi dan hampir tidak ada penghuni, tapi kondisi itu berbeda dengan kos-kosan putra. Di sana masih banyak yang nge-kos, karena mayoritas cowok-cowok ini enggan pulang ke rumah saat pandemik,’’ ujarnya.
Sudah jatuh tertimpa tangga, meskipun jumlah penghuni berkurang ibu kos masih harus menanggung biaya operasional dari properti sewa yang dimiliki. Seperti di DNS Kost, setiap bulan pemilik harus mengeluarkan budget minimal sebesar Rp 1,5 juta untuk membayar listrik dan internet. Apalagi, listrik yang terpasang di indekos memiliki daya tinggi dan dengan internet kelas bukan rumah tangga.
‘’Ya, meski masih cukup buat bayar operasional kos-kosan, tapi nggak cukup kalau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sebab, pemasukan dari kos tinggal 30 persen daripada sebelum pandemik COVID-19,’’ ungkap Shelly.