Menanggapi hal tersebut, Direktur RSUD RA Kartini Jepara Dwi Susilowati mengatakan bahwa kejadian itu bukan penelantaran pasien. Diakuinya pada saat itu IGD di RSUD Jepara sedang penuh. Sehingga harus menunggu antrean.
“Kami sudah banyak menjelaskan tentang pasien itu datang kemudian IGD nya penuh. Disitu menunggu urutan antrean. Bukan telantarkan ya,” kata dia saat dikonfirmasi IDN Times lewat sambungan telepon, Rabu (18/3). Dirut mengatakan yang bersangkutan meninggal karena sakit tua.
Dia menjelaskan untuk kapasitas di rumah sakit pelat merah ini hanya 13 stretcher atau bed IGD. Jumlah ini juga telah dilakukan penambahan 12 bed. Totalnya menjadi 25 bed IGD.
“Memang saat itu pasien itu memang penuh. Sehingga harus mengantre di depan,” jelasnya.
Meskipun demikian, persoalan itu sudah diselesaikan dengan pihak keluarga. Karena kejadian itu terjadi ada kesalahan komunikasi. Yakni menunggu antrean yang jauh.
“Sudah ketemu dengan keluarga sudah kita jelaskan. Bahwa memang pasien banyak. Kita nanti sudah kita clear kan lah. Terpenting tidak ada yang tidak terlayani lagi. Karena antrean terlalu panjang,” jelasnya.
Atas kejadian itu, ke depan ia berharap ada petugas yang melakukan seleksi pasien. Apakah pasien dikategorikan emergency atau tidak. Membutuhkan penanganan darurat atau tidak.
“Kemudian juga rujukan kalau bisa berjenjang. Mulai fase primer. Kita juga punya sistem online. Sehingga tidak ada kayak tadi,” tandas dia.