Sementara Dian Anandari, tim peneliti mengatakan, stunting merupakan kondisi tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya. Stunting disebabkan beberapa hal, antara lain asupan gizi yang tak memadai dan penyakit infeksi.
"Penyakit infeksi seperti cacingan bisa mempengaruhi penyerapan gizi, sehingga asupan gizi tidak diserap maksimal oleh tubuh. Pada skala yang lebih luas, stunting bisa sampai pada kemiskinan," kata Dian menjelaskan.
Ia mengatakan, stunting akan mengurangi daya nalar dan konsetrasi anak saat belajar. Selanjutnya, anak tidak bisa berprestasi dan ini yang kemudian memengaruhi masa depan anak.
"Dan ini akan menjadi siklus yang terus berulang, karena itu kami menyasar remaja putri yang juga calon ibu agar siklus stunting bisa diputus dan melahirkan generasi yang lebih sehat ke depannya," ujar dia.
Cecilia Suci Elda (15) siswa SMK Karya Teknologi II, mengatakan, setelah mengikuti kegiatan ini ia menjadi semakin tahu bahaya stunting dan pencegahannya. Pelajar jurusan Farmasi ini mengatakan sebelumnya hanya tahu sedikit soal stunting. "Sekarang semakin tahu pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi dan makan makanan bergizi," kata dia.
Sementara Nazwa Ericha Mutiara (16), siswa SMK Mulia Husada Purwokerto mengatakan sebelumnya tahu isu stunting dari televisi. Ia mengaku akan berbagi dengan teman-teman yang lain seusai kegiatan ini. "Biasanya setelah ujian semua siswa dikumpulkan, nah di situ kami akan menggunakan kesempatan untuk berbagi," ujar dia.