Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
wayang orang, wayang orang on the street
Pagelaran "Wayang Orang on The Street" mengangkat lakon "Sang Pinilih" berlangsung meriah di kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (14/9/2025) malam. (dok. Pemkot Semarang)

Intinya sih...

  • Pemkot Semarang akan membangkitkan seni wayang orang

  • Janji memberikan bantuan untuk pagelaran "Wayang Orang on The Street"

  • Pertunjukkan lakon "Sang Pinilih" meriah di Kota Lama Semarang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Pagelaran "Wayang Orang on The Street" yang mengangkat lakon "Sang Pinilih" berlangsung meriah di kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (14/9/2025) malam. Pertunjukkan ini sekaligus menjadi penanda komitmen Pemerintah Kota Semarang untuk membangkitkan kesenian wayang orang.

1. Usung lakon ‘’Sang Pinilih’’

Pagelaran "Wayang Orang on The Street" mengangkat lakon "Sang Pinilih" berlangsung meriah di kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (14/9/2025) malam. (dok. Pemkot Semarang)

Dalam pagelaran tersebut, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng mengambil peran sebagai tokoh Sang Hyang Wenang. Ia tampil bersama sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Bekerja sama dengan Perkumpulan Wayang Orang Ngesti Pandowo Semarang, pagelaran "Wayang Orang on The Street" ini sekaligus sebagai penutup kegiatan Festival Kota Lama 2025.

Lakon "Sang Pinilih" menceritakan tentang prajurit putri bernama Srikandi yang sangat terkenal dalam pewayangan tak gentar menghadapi peperangan melawan barisan pasukan Kurawa.

Bahkan, dalam peperangan yang dinamakan Kurusetra itu, Srikandi berhasil membunuh Bisma dengan bersenjatakan busur dan panah saktinya.

2. Agustina sempat grogi saat tampil

Pagelaran "Wayang Orang on The Street" mengangkat lakon "Sang Pinilih" berlangsung meriah di kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (14/9/2025) malam. (dok. Pemkot Semarang)

Agustina yang ditemui usai tampil mengaku awalnya sempat agak grogi, sebab tidak menguasai bahasa Jawa halus yang biasa untuk pakem pewayangan.

"Untung teman-teman semuanya membantu. Dan yang membuat tadi suasana cair karena kami diizinkan berinteraksi dengan penonton. Terus, boleh pakai bahasa Indonesia," katanya.

Yang pasti, ia berharap pesan yang diangkat dalam lakon pewayangan tersebut tersampaikan dengan baik, dan semakin meningkatkan kecintaan terhadap seni wayang orang, khususnya untuk anak-anak muda.

Menurutnya pagelaran "Wayang Orang on The Street" di Kota Lama itu menjadi awalan untuk mendukung agar kesenian wayang orang yang salah satunya besar di Semarang dengan Ngesti Pandowo bisa bangkit kembali.

3. Akan berikan bantuan ke sanggar wayang

Pagelaran "Wayang Orang on The Street" mengangkat lakon "Sang Pinilih" berlangsung meriah di kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (14/9/2025) malam. (dok. Pemkot Semarang)

"Wayang Orang on The Street' ini akan menjadi 'take off'-nya. Pemerintah Kota Semarang akan mendukung wayang orang untuk bisa bangkit kembali, salah satunya tadi ada janji dari para pemain wayang untuk bisa lebih sering tampil di titik-titik mana pun," tuturnya.

Ia mencontohkan pertunjukan seni budaya di Bali, sehingga berharap pagelaran wayang di Semarang menjadi pertunjukan yang gampang dicari dengan berbagai lakon yang disukai oleh penonton.

Selain itu, Agustina mengatakan bahwa Pemerintah Kota Semarang juga berencana untuk memberikan bantuan berupa perangkat pakaian atau kostum wayang kepada semua sanggar wayang di Kota Semarang pada 2026.

4. Ajarkan nilai-nilai moral kepada tiap generasi

Pagelaran "Wayang Orang on The Street" mengangkat lakon "Sang Pinilih" berlangsung meriah di kawasan Kota Lama Semarang, Minggu (14/9/2025) malam. (dok. Pemkot Semarang)

Sementara, Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin menambahkan, bahwa wayang orang bukan sekadar pertunjukan seni tradisional, melainkan juga sarana penting dalam pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa.

"Saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya 'Wayang Orang on the Street'. Pagelaran ini tidak saja sebagai upaya pelestarian budaya, tetapi juga sebagai episode untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai moral kepada tiap generasi," katanya.

Turut hadir pada pagelaran itu, antara lain anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena yang berkesempatan membacakan puisi sebelum pertunjukan wayang orang tampil.

Samuel yang juga dikenal sebagai desainer tersebut membacakan puisi berjudul "Puisi Pembuka", dilanjutkan menyanyikan lagu "Indonesia Pusaka" bersama sejumlah guru besar yang hadir, dan lagu "Bersuka Ria" karya Bung Karno.

Editorial Team