Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_5463.jpeg
Presiden ke-7 Jokowi mengantarkan Abu Bakar Ba’asyir ke depan rumah. (IDN Times/Larasati Rey)

Intinya sih...

  • Pertemuan Ba’asyir dengan Jokowi hanya silaturahmi dan nasihat biasa dari tokoh tua kepada yang lebih muda.

  • Pertemuan tersebut tidak membawa arti strategis karena Jokowi sudah tidak menjabat sebagai presiden.

  • Ba’asyir memberikan pesan kepada Jokowi agar kembali mengamalkan hukum Islam, namun Sofyan menilai Ba’asyir cenderung konsisten dengan isu-isu simbolik terkait syariat Islam.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surakarta, IDN Times - Pengamat terorisme Sofyan Tsauri menanggapi pertemuan antara Abu Bakar Ba’asyir dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo (Jokowi) di Sumber, Banjarsari, Solo, pada Senin (29/9/2025) lalu. Ia mengkungkapkan jika pertemuan tersebut hanyalah pertemuan silaturahmi semata tanpa ada unsur politik.

1. Hanya sebatas silaturahmi

Presiden ke-7 Jokowi mengantarkan Abu Bakar Ba’asyir ke depan rumah. (IDN Times/Larasati Rey)

Menurut Sofyan, pertemuan tersebut tak lebih dari silaturahmi dan pemberian nasihat biasa dari seorang tokoh tua kepada yang lebih muda.

“Sebagai seorang nasihat ya kita terima aja. Jokowi juga kalau dikunjungi ya diterima. Itu hal biasa. Orang tua memberi nasihat kepada yang lebih muda,” kata Sofyan kepada IDN Times, Senin (30/9/2025).

Namun, Sofyan menilai Ba’asyir cenderung konsisten dengan isu-isu simbolik terkait syariat Islam, bukan substansinya.

“Isunya selalu soal syariat Islam, simbol-simbol. Padahal kenyataannya banyak kezaliman, kelaparan, pembunuhan yang terjadi di kelompok-kelompok yang dulu didukungnya seperti ISIS. Tapi tetap dibungkus embel-embel Islam,” ungkap Sofyan.

2. Tidak membawa arti strategis

Pertemuan Abu Bakar Ba’asyir kerumah Presiden ke-7 Jokowi. (IDN Times/Larasati Rey)

Sofyan menilai, pertemuan Ba’asyir dengan Jokowi kali ini tidak membawa arti strategis, mengingat Jokowi sudah tidak menjabat sebagai presiden.

“Kalau menasihati orang yang belum menjabat ya susah. Lebih baik ketika masih menjabat. Jadi sebetulnya ya sia-sia,” ujarnya.

Ia menambahkan, momen itu kemungkinan hanya sekadar memanfaatkan situasi politik. “Kan Jokowi lagi dikritik, jadi ini momentum saja. Tapi enggak ada artinya. Kalau misalnya Prabowo yang dinasehati, itu masih nyambung karena beliau sedang berkuasa,” kata Sofyan.

3. Ba’asyir temui Jokowi di rumahnya

Presiden ke-7 Jokowi mengantarkan Abu Bakar Ba’asyir ke depan rumah. (IDN Times/Larasati Rey)

Meski begitu, Sofyan menekankan tak ada salahnya menerima nasihat dari siapa pun. “Kalau sekadar nasihat ya diterima saja. Tapi kalau ada agenda menegakkan syariat Islam, ya bukan kapasitas Jokowi lagi karena beliau sudah purna,” pungkasnya.

Sebelumnya, Ba'asyir mengatakan kunjungannya untuk semata-mata untuk bersilaturahmi, dan juga menyampaikan nasihat kepada Jokowi, sebagaimana yang pernah ia pernah disampaikannya kepada Presiden Prabowo Subianto.

"Saya hanya menasihati. Orang Islam itu menasihati, rakyat, pemimpin, dan orang kafir, harus dinasihati. Pak Jokowi ini kan orang yang kuat, jadi mudah-mudahan jadi pembela Islam yang kuat. Itu saja,” kata.

Ba’asyir juga memberikan  pesan kepada Jokowi agar kembali mengamalkan hukum Islam.

"Nasihatnya ya kembali mengamalkan hukum Islam dengan baik. Sebab saya berjuang minta supaya negara ini diatur dengan hukum Islam," sambungnya.

Ba'asyir mengaku selain kepada Jokowi, ia juga memesankan hal yang sama dengan bersurat ke Presiden Prabowo. “Presiden pun sudah saya nasihati lewat surat ya. Kewajiban seorang ulama menasihati. Menasihati rakyat, menasihati orang kafir, menasihati pemimpin,” kata Ba’asyir.

Editorial Team