Semarang, IDN Times- Elite politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jawa Tengah mengusulkan KH Ahmad Haris Shodaqoh dapat menggantikan posisi mendiang KH Maimun Zubair sebagai Ketua Dewan Majelis Syuro DPP PPP.
Usulan itu muncul tatkala Ketua DPW PPP Jawa Tengah, Masrukan Syamsurie bertemu dengan Plt Ketum PPP Suharso Manoarfa, di Jakarta, Senin (12/8).
Masrukan mengatakan, Kiai Haris cukup ideal untuk menggantikan jabatan yang telah diemban oleh almarhum Mbah Moen, lantaran selama ini dikenal memiliki sifat kealiman yang mumpuni.
"Saya telah memberikan usulan satu nama mengenai sosok pengganti Mbah Moen, dan siapa yang cocok menjadi Ketua Dewan Majelis Syuro PPP adalah KH Haris Shodaqoh. Bagi kita semua, beliau menjadi figur paling tepat," kata Masrukan saat ditemui IDN Times, di sela tahlilan memperingati wafatnya KH Maimun Zubair, di markas DPW PPP Jateng, kawasan Mangkang, Semarang.
Ia menyatakan, meski dari sisi kesenioran masih di bawah Mbah Moen, akan tetapi pihaknya melihat bahwa KH Haris Shodaqoh memiliki rekam jejak yang bagus selama berkecimpung di dunia politik.
Kiai Haris, katanya punya kedalaman ilmu agama yang cemerlang dan sikapnya sangat konsisten dalam memajukan partainya.
Saat ini, Kiai Haris masih tercatat sebagai pengasuh Ponpes Al-Itqon di Kampung Bugen, Tlogosari Wetan, Pedurungan. Terakhir kali, Kiai Haris menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Majelis Syuro DPP PPP.
"Jadi ada dua faktor yang mendorong kita untuk mengusulkan nama beliau menggantikan posisi Mbah Moen. Pertama karena kealimannya, kedua beliau juga terbukti telah konsisten membela PPP dari masa ke masa. Apalagi kan Mbah Moen semasa hidupnya pernah menyampaikan bila Kiai Haris akan jadi ulama masa depan bagi PPP. Tentunya ini sinyal yang kuat yang diberikan oleh Mbah Moen untuk memilih figur penggantinya," terangnya.
Masrukan menambahkan, selama memimpin Ponpes Al-Itqon, Kiai Haris dikenal memiliki pengikut yang melimpah ruah. Bahkan dalam sebuah acara, jumlah jemaah pengajian yang dipimpin Kisi Haris mencapai 10 ribu orang.
"Dan pengajiannya itu di gelar setiap pagi. Maka dari itu, figurnya sebagai ulama pengganti Mbah Moen sangat nyata ada pada diri beliau. Dia bisa merangkul segala macam tokoh partai, berbagai umat dan seluruh lapisan masyarakat," tuturnya.