Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Foto aerial suasana permukiman warga yang tergenang air rob di Desa Pasir Sari, Pekalongan, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Foto aerial suasana permukiman warga yang tergenang air rob di Desa Pasir Sari, Pekalongan, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Semarang, IDN Times - Permukaan muka tanah di Kota Semarang terus menurun dari tahun ke tahun. Sepanjang sembilan tahun atau dari 2012 hingga 2021 tanah di Ibu Kota Jawa Tengah tersebut amblas hingga satu meter. 

1. Setiap bulan penurunan muka tanah capai 0,5 cm

Ilustrasi rob. ANTARA FOTO/Amirullah

Hasil tersebut berdasarkan dari pantauan Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang belum lama ini. Kepala DPU Kota Semarang, Sih Rianung mengatakan, pihaknya memantau penurunan permukaan tanah secara berkala. Dari kondisi tersebut kemudian dikirim ke Bappeda Kota Semarang untuk dikaji lebih lanjut. 

‘’Seperti saat pemantauan di rumah pompa Kali Semarang. Pada lokasi tersebut setiap bulan rata-rata penurunannya 0,5 sentimeter (cm),’’ ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times, Kamis (9/9/2021). 

2. Bangunan rumah pompa dibuat di atas tanah yang keras

Kepala UPTD Pengelola Pompa Banjir Wilayah Tengah II Semarang, Yoyok Wiratmoko menuturkan, ia secara langsung melakukan pengukuran rutin dengan empat buah alat ukur berupa besi yang masuk ke dalam lubang. 

‘’Jika terjadi penurunan tanah maka besi tersebut akan ikut bergerak turun. Dari tahun 2012 sampai Juni 2021 penurunannya sekitar satu meter, itu terhitung di setiap bulan rata-rata turun 0,5 cm," katanya.

Kendati demikian, kata Yoyok, gedung utama di rumah pompa tidak akan mengalami penurunan karena pondasinya ditanam pada bagian tanah yang keras. “Kedalaman tiang pancang bangunan rumah pompa, kantor dan fasilitas penting lainnya sekitar 35 meter,” tuturnya.

Kedalaman tiang pancang bangunan rumah pompa dan fasilitas yang ada di sana itu cukup aman dari penurunan muka tanah. “Sehingga saat muka tanah turun perlahan, bangunan di sekitar gedung utama bahkan jalan di depan gedung terlihat mengalami penurunan,” kata Yoyok.

3. Setiap hari rumah warga di Tanjungmas dilanda air rob

Ilustrasi - Warga melintasi banjir air rob di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (5/6/2020) (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Adapun, penurunan muka tanah di Kota Semarang yang paling parah terjadi di Kecamatan Semarang Utara, khususnya di Kelurahan Tanjungmas. Pada lokasi tersebut terlihat banyak rumah yang sengaja dibuat lebih tinggi dari jalan. Disamping itu, juga ada rumah-rumah yang hanya lantainya saja yang ditinggikan sehingga rumah terlihat pendek dari jalan di depannya.

Terpisah, salah satu warga RW 15 Kelurahan Tanjungmas, Sri Wahyuni mengatakan, lantai dua bangunan rumah miliknya sudah hampir sama dengan tinggi jalan di depannya. 

"Ini karena ada penurunan tanah. Dulu ketinggian lantai satu rumah hampir dua meter, tapi karena hampir setiap hari mengalami rob atau terkena air pasang, saya harus membuat tanggul di depan rumah. Ini agar air rob tidak masuk ke dalam rumah hingga memindahkan meteran listrik dan saklar ke tempat yang lebih tinggi,’’ katanya.

Editorial Team