579 Postingan Instagram Antar Mimpi Apri Tanam Pohon di Lereng Muria

Intinya sih...
- Apriana Yanti terpilih sebagai peringkat teratas dalam program OAOT 2023 di media sosial, dengan 579 unggahan melalui akun Instagram.
- Program OAOT bertujuan untuk memberikan dampak ekonomi jangka panjang bagi warga setempat dan menjaga kawasan dari kerusakan lingkungan.
- Ketua Kelompok Tani Wonorejo menyebutkan bahwa para petani berhasil memanen buah mangga gadung mencapai 7 kilogram per pohon.
Apriana Yanti (40) merasa takjub saat pertama kali menginjakkan kaki di Kudus, Jawa Tengah, pada Senin (5/2/2024). Sore itu, udara sejuk disertai angin sepoi-sepoi yang membawa harum alam, ditambah jalanan yang minim kemacetan di setiap sudut kota, menjadi pemandangan baru baginya.
Hari itu menjadi momen bersejarah bagi perempuan yang akrab disapa Apri tersebut. Pasalnya, Kudus menjadi kota pertama di Jawa yang ia kunjungi sepanjang hidupnya.
Asa Ibu Rumah Tangga
Apri, yang tinggal di Lombok Barat, mengaku kedatangannya ke Kota Kretek bak sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Seumur hidup, ia tak pernah menyangka dapat bepergian ke luar kota, apalagi ke luar Pulau Lombok, tempat tinggalnya.
Keaktifan perempuan berusia 40 tahun itu dalam kegiatan One Action One Tree (OAOT) selama dua tahun terakhir telah membawanya mewujudkan harapan tersebut.
Ya, Apri rutin mengunggah seluruh aktivitas bersepedanya setiap hari di media sosial Instagram pribadinya, @apriani_mosso. Hal itu dilakukan agar kegiatannya dapat dikonversi menjadi bibit pohon yang bisa ia kontribusikan untuk menjaga lingkungan.
“Saya ingin setiap kayuhan sepeda saya punya arti lebih, bukan hanya untuk kesehatan saya, tapi juga untuk bumi yang kita tinggali bersama. Dengan posting aktivitas di media sosial, harapannya bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk berkontribusi menjaga lingkungan. Kegiatan ini sederhana, tapi saya percaya langkah kecil seperti ini bisa membawa perubahan besar bagi lingkungan, dengan kepedulian bersama,” katanya kepada IDN Times.
Keuletan Apri membuahkan hasil. Ia terpilih sebagai peringkat teratas dengan jumlah unggahan terbanyak dalam program OAOT 2023 di media sosial, yakni sebanyak 579 unggahan melalui akun Instagram.
Atas prestasi tersebut, Apri bersama dua peringkat teratas lainnya, Hamli Akbar Pramulyana (kategori bersepeda) dan Muchsin Saputra (kategori lari), mendapat kesempatan untuk menanam langsung bibit pohon hasil konversi aktivitasnya di Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, pada Selasa (6/2/2024).
"Saya sudah ikut sejak 2021. Waktu itu diberi tahu oleh teman untuk bergabung dan mengikuti program OAOT. Saya ikut dan rutin mengunggah aktivitas bersepeda di Instagram. Tidak disangka, saya terpilih sebagai peringkat teratas. Mengunggah satu video bisa mendapatkan sepuluh bibit pohon. Di luar mimpi saya, dan seumur hidup, mimpi ini akhirnya terwujud. Sekarang terbukti, malah bisa menanam sendiri pohon hasil konversi aktivitas bersepeda saya," ujar ibu rumah tangga dengan tiga anak itu dengan suara lirih, penuh haru.
Pohon Multiguna
Program OAOT merupakan kegiatan tahunan yang dipelopori oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) melalui kanal Siap Darling atau Siap Sadar Lingkungan di platform digital dan media sosial. Program tersebut bertujuan untuk memberikan dampak ekonomi jangka panjang bagi warga setempat, sekaligus menjaga kawasan dari kerusakan dan berbagai ancaman ekologis yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Dengan pendekatan partisipatif yang inklusif, OAOT mendorong masyarakat luas—tanpa memandang gender, usia, agama, maupun jenis pekerjaan—untuk aktif berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan.
Bentuk kegiatan OAOT adalah mengonversi setiap kilometer aktivitas individu, seperti lari, bersepeda, serta unggahan di media sosial, menjadi bibit pohon. Bibit-bibit pohon tersebut ditanam di lokasi-lokasi atau lahan kritis yang membutuhkan penghijauan—salah satunya di Lereng Muria—. Harapannya, aktivitas rehabilitasi tersebut dapat mengembalikan fungsi lahan seperti semula, memulihkan keseimbangan alam, mengurangi risiko kerusakan lingkungan, sekaligus memberikan nilai tambah bagi warga setempat melalui peluang ekonomi yang berkelanjutan.
Selain sejalan dengan program pemerintah, sebagaimana tertera dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2020 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, rehabilitasi lahan kritis di Lereng Muria ikut mendukung program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang digagas oleh PBB, terutama poin 2 soal tanpa kelaparan, poin 6 tentang air bersih dan sanitasi layak, dan poin 15 terkait ekosistem daratan.
Dengan semangat kolaborasi, program tersebut tidak hanya berfokus pada penghijauan dan rehabilitasi, tetapi juga berupaya membangun kesadaran lingkungan secara kolektif dan berkelanjutan. Pelibatan Apri dan komunitas Siap Darling berperan penting dalam memotivasi warga setempat, sehingga mendorong keberhasilan program ini untuk memberikan dampak yang lebih luas.
Berdasarkan catatan BLDF, peserta program yang telah berjalan sejak tahun 2020 itu, hingga Februari 2024 sudah mencapai 4.392 orang. Hingga akhir tahun 2023, program tersebut telah berhasil mengonversi sebanyak 62.180 bibit pohon dari kegiatan bersepeda sejauh 1.506.197 kilometer (km), lari sejauh 260.068 km, dan sebanyak 5.292 unggahan di Instagram.
Adapun bibit pohon hasil konversi tersebut berjenis Multipurpose Trees Species (MPTS). Pohon MPTS adalah jenis tanaman berkayu yang bersifat multiguna karena memberikan manfaat baik dari segi ekologi maupun ekonomi, serta menghasilkan komoditas kayu dan nonkayu. Contohnya bibit pohon sawo, petai, alpukat, jeruk pamelo, dan mangga gadung.
Dengan begitu, warga setempat dapat memanfaatkan komoditas nonkayu dari tanaman MPTS yang ditanam tanpa perlu melakukan penebangan pohon.
Potensi Sentra Mangga
Benar saja. Warga setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, mulai merasakan hasil panen bibit pohon MPTS yang mereka tanam menggunakan pola agroforestri atau wanatani di lahan milik sendiri, pada tahun keempat program tersebut berjalan.
IDN Times memotret perubahan lanskap melalui satelit Desa Gondoharum di Lereng Muria dari aktivitas agroforestri tersebut.
Ketua Kelompok Tani Wonorejo di Desa Gondoharum–yang berada dalam satu bentang Lereng Muria–Mashuri menyebutkan, para petani berhasil memanen buah mangga gadung mencapai 7 kilogram per pohon.
“Selain membuat lingkungan lebih hijau, dampaknya adalah kawasan ini terhindar dari longsor, dan sumber-sumber mata air terjaga serta hidup kembali. Dari sisi ekonomi, hasil buahnya ke depan dapat menjadikan desa ini sebagai sentra mangga gadung terbesar di Jawa Tengah. Karena dari pohon-pohon yang ditanam ini, dalam lima tahun ke depan kami (para petani) dapat menikmati panen raya mangga,” ungkapnya.
Lebih dari itu, Mashuri menambahkan, jumlah warga setempat yang memilih menjadi petani dan bergabung dalam kelompoknya terus meningkat signifikan. Semula, di awal program OAOT berjalan tahun 2020 hanya ada 111 orang yang tertarik bertani untuk menanam pohon MPTS di sela-sela lahan tebu dan jagung.
“Seiring berjalannya waktu dan keberhasilan program tersebut dalam memberikan manfaat nyata, minat warga makin tinggi. Para petani kini melihat peluang besar untuk mendiversifikasi hasil panen mereka melalui tanaman multiguna ini, tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan” akunya.
Hingga Februari 2024, jumlah petani yang bergabung melonjak drastis menjadi 1.291 orang.
Menurut Mashuri, peningkatan tersebut tidak hanya menunjukkan keberhasilan program dalam menggerakkan warga untuk berkontribusi terhadap penghijauan, melainkan menjadi cerminan tumbuhnya kesadaran warga akan manfaat ekonomi dan ekologis dari menanam pohon MPTS.
“Setiap tahun sekarang kami bisa menikmati hasil panen mangga. Selain bisa dijual untuk menambah penghasilan keluarga, mangga juga untuk konsumsi sehari-hari keluarga. Anak-anak senang, karena tidak hanya lezat tapi juga baik untuk kesehatan mereka. Jadi, menanam pohon mangga ini benar-benar memberikan manfaat yang berlipat, baik dari segi ekonomi maupun gizi keluarga," kata salah satu warga desa, Siti.
Program Manager BLDF, Eko Budi Utomo mengatakan, melalui program OAOT, sekitar 300 hektare (ha) atau 30 persen dari total luas lahan 1.000 ha di kelompok tani Wonorejo telah ditanam bibit pohon MPTS.
IDN Times mencoba menghitung berapa jumlah pohon MPTS dan serapan karbonnya dari angka tersebut. Dengan menggunakan asumsi umum kepadatan tanam pohon MPTS sebanyak 500 pohon per ha, diperkirakan jumlahnya sekitar 150 ribu pohon. Kemudian, rata-rata serapan karbon—dengan menggunakan taksiran konservatif 25 kilogram (kg) CO₂ per pohon MPTS per tahun—di lahan 300 ha mencapai 1.750 ton CO2 per tahun. Dengan kata lain, serapan karbonnya per ha per tahun sekitar 12,5 ton CO₂.
Eko Budi menambahkan, pihaknya juga ikut memantau perkembangan pohon-pohon yang telah ditanam, sehingga tidak meninggalkannya begitu saja.
"Ada proses pemantauan (monitoring) pertumbuhan pohon, karena setelah menanam, kami menandai pohonnya dengan barcode. Informasi yang dicatat (di dalam barcode) mencakup titik koordinat lokasi pohon, nama pemilik, dan jenis pohonnya. Sehingga, kami dapat memastikan pohon-pohon tersebut bisa tumbuh dengan baik," jelasnya.