Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251016_132250.jpg
Seorang wartawan memotret gerbang depan kantor UPTD PPA Jateng di Jalan Puspowarno Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Intinya sih...

  • Mayoritas korban video porno editan Chiko sudah berkuliah di sejumlah kampus, banyak yang sudah jadi mahasiswi.

  • Pendampingan korban menunggu data SMAN 11, proses pendampingan akan dikerjakan sesegera mungkin.

  • Kasus video porno terungkap setelah ibu korban melapor, pentingnya pendidikan etika digital di sekolah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Jawa Tengah menyebutkan mayoritas korban penyebaran video porno hasil editan Chiko Chiko Radityatama Agung Putra telah berkuliah di sejumlah kampus. 

1. Para korban sedang ikut midsemester

Kepala UPTD PPA Jateng Eka Suprapti menjelaskan penyelidikan atas kasus sebaran video porno di SMAN 11 Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Kepala UPTD PPA Jateng, Eka Suprapti menuturkan karena banyaknya korban yang sudah jadi alumni SMAN 11 Semarang, maka pihaknya akan menemui mereka setelah ujian midsemester. 

"Dari pengakuan ibu kepsek, korban kebanyakan sudah alumni. Banyak yang sudah jadi mahasiswi. Informasinya, mereka itu masih ikut tes midsemester. Dan apakah memang kuliahnya ada di satu fakultas atau beberapa fakultas, kami belum ada infonya," katanya kepada wartawan, Kamis (16/10/2025). 

2. Pendampingan korban tunggu data SMAN 11

Sejumlah wartawan menunggu kegiatan rapat penanganan kasus pelecehan seksual di halaman depan kantor UPTD PPA Jateng. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Lebih lanjut lagi, proses pendampingan para korban video porno akan menunggu pendataan dari Kepsek SMAN 11 Semarang. Namun ia berharap pendataan musti dipercepat supaya proses pendampingan bisa dikerjakan sesegera mungkin. 

Pihaknya juga belum mendapat banyak informasi berapa banyak korban penyebaran video porno dari editan Chiko tersebut.

"Pendampingan korban kami tunggu data dari Kepala SMAN 11. Artinya kalau data diberikan lebih cepat, maka pendampingan korban bisa dilakukan lebih bagus. Sebab kami di PPA belum dapat info gambaran jumlah korbannya berapa banyak," tuturnya. 

3. Kasus video porno terungkap setelah ibu korban melapor

ilustrasi video porno (IDN Times/Besse Fadhila)

Adapun mencuatnya kasus sebaran video porno tersebut setelah Kepsek SMAN 11 mendapat informasi terbaru dari seorang korban yang sudah jadi alumni. Semula korban tersebut menceritakan kepada sang ibunda yang kebetulan bekerja sebagai guru SMAN 11.

Setelahnya, pihak PPA Jateng bersama DP3AKB Jateng turut menginvestigasi untuk mengorek profil Chiko sebagai pelaku dan sejauh mana hubungannya dengan para korban. 

"Kebetulan ada ibu korban yang jadi guru disitu terus dilaporkan ke sekolah. Makanya kita musti kulik dulu informasinya, seperti apa tipikal pelaku dan hubungan korban sejauh mana. Info yang kami terima belum utuh karena belum dapat informasi menyeluruh dari sekolah," ungkapnya. 

Ditambahkannya bahwa agar kasus sebaran video porno dapat diusut tuntas, maka disarankan para korban melapor di nomor Hotline PPA Jateng yakni 085799664444.

4. Pendidikan era digital penting dilakukan

Artificial Intelegence

Kabid Pembinaan SMA/SMK Disdikbud Jateng, Kustri Saptono menyoroti pentingnya pendidikan etika digital di sekolah agar kemajuan teknologi tidak disalahgunakan.

“Bahwa ini kan AI memang mulai digalakkan di Indonesia ya. Yang namanya mesin itu dia tidak ada etika. Yang punya etik adalah orangnya. Jadi memang kemajuan teknologi harus kita respon dengan baik dan penuh tanggung jawab,” ujarnya.

Editorial Team