Prosesi Ritual Ebeg Mugi Wahyu Lestari, Budaya Tertua di Pulau Jawa

- Kesenian ebeg adalah seni pertunjukan rakyat yang berkembang di Jawa Tengah, khususnya Banyumas, Purbalingga, Cilacap, dan Kebumen.
- Sanggar budaya Mugi Wahyu Lestari mengadakan serangkaian ritual selamatan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi anggota sanggar dan masyarakat sekitarnya.
- Ritual Ebeg memiliki urutan khusus sebelum pertunjukan dimulai, termasuk doa untuk keselamatan, persiapan tempat, pemberkatan alat dan penari dengan air suci atau kembang setaman.
Banyumas, IDN Times - Kesenian ebeg merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat yang berkembang di daerah Jawa Tengah, khususnya di wilayah Banyumas, Purbalingga, Cilacap, dan Kebumen.
Menurut catatan pencinta seni budaya dari luar negeri seperti Rumania, Bulgaria, Belgia menganggap, Ebeg adalah budaya tertua yang ada di Pulau Jawa.
Kesenin ebeg merupakan bentuk tarian tradisional yang menggambarkan tentang kegigihan dan kegagahan prajurit dalam berlatih perang dengan menaiki kuda, yaitu dengan menggunakan properti kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu (ebeg) sebagai ciri khasnya.
Hal itu yang ditunjukkan oleh sanggar budaya Mugi Wahyu Lestari yang mengadakan serangkaian ritual selamatan dipadepokannya di desa Panusupan, Cilongok, Banyumas.
1. Wajib melakukan ritual pesucian

Ketua Sanggar Budaya Ebeg Wahyu Mugi Lestari, Sutar mengungkapkan, prosesi dimulai dengan acara ritual di tempat pesucian yang bertujuan untuk menyucikan sanggar budaya dan dilanjutkan dengan acara siraman untuk para penari dan pusaka sanggar, serta siraman eblek atau kuda kepang, yang digunakan oleh para penari.
Ritual itu dilakukan dengan harapan sanggar dan seluruh anggotanya selalu diberikan keselamatan, kesehatan, serta rezeki yang berlimpah.Setelah rangkaian ritual selesai, acara dilanjutkan dengan pertunjukan seni tari dari sanggar.
"Acara yang digelar di desa Panusupan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota sanggar dan masyarakat sekitarnya," kata Sutar kepada IDN Times, Sabtu (18/5/2024).
2. Genre seni kerakyatan jawa

Kesenian ini termasuk dalam kategori genre seni tari tradisi kerakyatan Jawa yang secara umum juga disebut sebagai kesenian Jaranan. Dibeberapa daerah lain seperti Jawa Timur dan Yogyakarta, sering juga disebut dengan istilah lain seperti Kuda Lumping, Jaran Kepang, Kuda Kepang, ataupun Jathilan .
Sutar juga merinci tentang tarian yang sering diperagakan para penari antara lain Gambyong Lenggeran, Gambyong Kuda Kepang, Tari Topeng, Tari Lengger Pecut, Tari Begger ( Ebeg – Lengger), Tari Sinom Parijoto, Ketoprakan, Tari Alus, Tari Kulu-Kulu Banyumasan, serta Sintren atau Laisan.
"Kesenian ebeg banyumasan ini menunjukkan sebagai salah kekayaan budaya dan kreasi seni yang dimiliki oleh Sanggar Wahyu Mugi Lestari Panusupan,"katanya.
3. Menjaga ebeg disegani dan terhormat

Lebih jauh Sutar menyampaikan komitmennya untuk menciptakan pertunjukan yang tertib dan aman, sehingga untuk bisa bergabung menjdi anggota grup harus mendapatkan izin dari orang tua dan menjaga sikap, sopan santun, etika selama mengikuti kegiatan.
Sanggar ini juga aktif berpartisipasi dalam berbagai acara budaya di luar daerah, seperti di Kabupaten Purbalingga dan Cilacap, serta sering diundang oleh Bupati Banyumas untuk acara-acara resmi.
"Yang saya harapkan mendapatkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah Kabupaten Banyumas, terutama dalam bentuk fasilitas sanggar dan peralatan pendukung seperti panggung dan sound system untuk meningkatkan kualitas dan kelancaran kegiatan budaya,"harapnya.
4. Lokasi harus bersih dan dihias

Ritual Ebeg, atau yang juga dikenal sebagai kuda lumping, memiliki urutan khusus sebelum pertunjukan dimulai. Tahapan-tahapan yang biasanya dilakukan dalam ritual biasanya dimulai dengan doa untuk keselamatan dan kelancaran acara. Doa bisa dipimpin oleh pemuka adat atau seorang sesepuh.
Persiapan dan Penataan Tempat seperti lokasi pertunjukan harus dibersihkan dan dihias, alat-alat musik tradisional seperti gamelan dipersiapkan.
Penyediaan sesaji sebagai bentuk persembahan kepada roh leluhur atau makhluk gaib yang dipercaya menjaga pertunjukan. Sesaji dapat berupa makanan, bunga, dan dupa yang diletakkan di tempat-tempat tertentu seperti meja.
5. Ritaul memanggil roh

Dalam pertunjukan ebeg terdapat pemberkatan alat dan para penari dengan air suci atau kembang setaman. Pawang atau pemimpin upacara memberikan berkat dan doa khusus.
Kemudian pawang melakukan ritual untuk memanggil roh atau makhluk gaib yang diyakini memberikan kekuatan supranatural kepada para penari. Penari sering kali dimasuki roh dan mulai menunjukkan perilaku trance atau kesurupan.
Penari melakukan pemanasan dan latihan singkat untuk memastikan mereka siap dengan memainkan musik gamelan untuk menyelaraskan energi.
6. Perkenalan pada penonton bagian dari ritual

Saat mulai banyak penonton yang berdatangan ketua sanggar ebeg memperkenalkan para penari dan memberikan pengantar tentang pertunjukan yang akan dilihat penonton.
Pertunjukan Ebeg dimulai dengan tarian pembuka. Penari menampilkan gerakan dinamis dengan iringan musik tradisional. Pada titik tertentu, penari mungkin mulai menunjukkan aksi-aksi supranatural seperti makan beling atau kekebalan tubuh sebagai bagian dari atraksi.
"Setiap tahap dalam ritual ini memiliki makna simbolis dan spiritual yang mendalam, bertujuan untuk menjaga harmoni antara dunia manusia dan dunia spiritual serta memastikan kelancaran dan keselamatan pertunjukan," pungkas Sutar.