Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_6875.jpeg
Penjualan pupuk di Koperasi Merah Putih Desa Bentangan, Klaten. (IDN Times/Larasati Rey)

Klaten, IDN TimesPupuk Indonesia memaksimalkan peran Koperasi Merah Putih sebagai ujung tombak distribusi pupuk bersubsidi sekaligus penggerak ekonomi pertanian desa. Melalui koperasi, rantai distribusi pupuk dipangkas sehingga akses petani terhadap sarana produksi menjadi lebih cepat, murah, dan terkontrol.

Seperti hadirnya  Koperasi Merah Putih di Desa Bentangan, Kecamatan Wonosari, Klaten Jawa Tengah, yang tidak hanya berfungsi sebagai penyalur pupuk, tetapi juga menjadi simpul ekonomi desa yang menggerakkan aktivitas pertanian. Dengan suplai pupuk yang terjamin, petani dapat menanam tepat waktu, produktivitas meningkat, dan perputaran ekonomi desa ikut terdorong.

Itulah yang dirasakan oleh Anton (45) petani asal Desa Bentangan yang mengaku tidak perlu lagi kesulitan mecari pupuk untuk ladang sawahnya. Menurutnya ketersediaan pupuk di KMP Desa Bentangan dinilai sangat cukup dan mudah dengan penggunaan Kartu Tani.

“Biasanya beli ya lumayan jauh, tapi adanya koperasi ini jadi lebih mempermudah dan dijamin adanya, harga stabil,” ungkapnya kepada IDN Times, Kamis (25/12/2025).

Perkuat kemandirian ekonomi desa.

Koperasi Merah Putih Desa Bentangan, Klaten. (IDN Times/Larasati Rey)

Dari sisi ekonomi, keberadaan Koperasi Merah Putih memberi nilai tambah bagi desa. Hal ini memperkuat kemandirian ekonomi desa dan mengurangi ketergantungan pada pihak luar.

Distribusi pupuk ke Koperasi Merah Putih dilakukan dengan mekanisme yang sama seperti Pengecer Pupuk Tingkat Satu (PPTS) lainnya. Pengiriman dari gudang Pusat Unit Distribusi (PUD) rata-rata memakan waktu satu hingga dua hari, sehingga ketersediaan pupuk di tingkat desa tetap terjaga, terutama saat puncak musim tanam.

Ketua Koperasi Desa Merah Putih Bentangan Kecamatan Wonosari, Bambang Gunarsa mengaku ketersediaan pupuk dari Pupuk Indonesia tidak pernah kosong. Ia selalu menginformasikan ketersediaan pupuk, dan dikirim langsung jika dirasa kurang.

“Tidak pernah telat, stok selalu ada di koperasi kami. Adapun yang paling dicari itu pupuk UREA dan NPK,” jelasnya.

Bambang mengatakan dalam setahun koperasinya dialokasikan sebanyak 160 ton pupuk untuk memenuhi sekitar 100 hektar sawah di Desa Bentangan. Dengan jumlah tersebut para petani tidak belum pernah mengalami kelangkaan pupuk. Tak hanya ketersediaan, pencairan pupuk subsidi tersebut juga dinilai mudah bisa melalui Kartu Tani atau KTP petani.

Alokasi pupuk capai target.

Pemeriksaan pupuk oleh petugas di di Gudang Pupuk Lini II, Gudang GPP Klaten, PT Pupuk Indonesia Grup. (IDN Times/Larasati Rey)

Manager Penjualan Jateng III dan DIY PT Pupuk Indonesia, Muhammad Abduh Hakim mengatakan alokasi pupuk ke Koperasi Merah Putih dilakukan secara setara dengan Pengecer Pupuk Tingkat Satu (PPTS) lainnya. Penentuan alokasi disesuaikan dengan kebutuhan desa dan kecamatan yang telah ditetapkan pemerintah melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

“Tidak ada perlakuan khusus. Siapa pun yang mengampu wilayah desa tersebut, termasuk Koperasi Merah Putih, mendapatkan alokasi sesuai kebutuhan pertanian di desa itu,” jelasnya.

Selain memperkuat distribusi, Pupuk Indonesia juga mendorong tata kelola yang transparan dan akuntabel. Seluruh penyaluran pupuk melalui koperasi dilakukan secara digital, baik melalui Kartu Tani maupun sistem berbasis KTP, sehingga meminimalkan potensi penyimpangan.

“Kalau ada penyelewengan atau penjualan di atas HET, kami evaluasi tegas. Aturannya berlaku sama untuk semua, termasuk Koperasi Merah Putih,” tegasnya.

Di Kabupaten Klaten, tercatat tiga Koperasi Merah Putih yang aktif menyalurkan pupuk bersubsidi. Keberadaan koperasi ini dinilai mampu memperkuat ekosistem pertanian desa, sekaligus menjadi mitra strategis Pupuk Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan daerah. Hingga saat ini alokasi pupuk ke wilayah Kabupaten Klaten sudah mencapai 94 persen, sedangkan untuk Jawa Tengah alokasinya sudah mencapai 92 persen.

Andalkan digitalisasi, percepat tebus pupuk.

Proses pencairan pupuk menggunakan Kartu Tani di Koperasi Merah Putih Desa Bentangan, Klaten. (IDN Times/Larasati Rey)

Selain itu, Koperasi Merah Putih juga berperan penting dalam memastikan sistem digital tersebut berjalan di lapangan. Selain membantu proses administrasi penebusan, koperasi juga menjadi penghubung antara petani, PPL, dan Pupuk Indonesia jika terjadi kendala kuota atau data Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

Digitalisasi juga memungkinkan pemantauan stok pupuk secara real time. Melalui sistem notifikasi, gudang dapat segera mengetahui jika stok menipis atau kebutuhan meningkat, khususnya saat puncak musim tanam. Pada kondisi tersebut, suplai pupuk disiapkan hingga kebutuhan tiga minggu agar tidak terjadi kekosongan di tingkat petani.

Reformasi penyaluran ini sekaligus menekan potensi penyelewengan. Seluruh transaksi pupuk bersubsidi tercatat secara digital, sehingga memudahkan pengawasan, termasuk penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah diturunkan pemerintah per 22 Oktober lalu. Yakni HET pupuk UREA Rp 1.800/kg, NPK Rp 1.840/kg, NPK Organik Rp 640/kg, ZA Rp 1.360/kg, dan NPK Kakao Rp 2.640/kg.

“Kalau ada penjualan di atas HET atau penyelewengan, akan kami evaluasi tegas. Aturannya berlaku sama untuk semua, baik PPTS maupun Koperasi Merah Putih,” ujar Muhammad Abduh.

Di sisi lain, digitalisasi juga mempercepat layanan distribusi. Pengiriman pupuk dari gudang Pusat Unit Distribusi (PUD) ke kios atau koperasi rata-rata hanya memerlukan waktu satu hingga dua hari. Dengan alur yang semakin efisien, pupuk dapat segera sampai ke petani sesuai jadwal tanam.

Dengan kolaborasi antara Pupuk Indonesia dan Koperasi Merah Putih, distribusi pupuk tidak hanya menjamin kebutuhan petani, tetapi juga menjadi instrumen penguatan ekonomi desa yang berkelanjutan. Pupuk Indonesia wilayah Jateng III sendiri mengalokasikan pupuk ke 9 Koperasi Merah Putih di Solo Raya. Dengan koperasi terbanyak ada di Kabupaten Klaten.

Editorial Team