Kawasan Diving di Raja Ampat. (Dok. Konservasi Indonesia)
Perairan Raja Ampat juga menjadi rumah bagi 273 individu Hiu Berjalan dari spesies Hemiscyllium freycineti, yang hanya ditemukan di wilayah ini. Hal ini memperkuat pentingnya menjaga ekosistem laut Raja Ampat dari potensi kerusakan jangka panjang.
Secara ekonomi, pendapatan dari Tarif Jasa Lingkungan tahun 2023 menunjukkan bahwa 24.467 wisatawan internasional menyumbang sekitar Rp17,1 miliar, sementara 1.064 wisatawan domestik menghasilkan pendapatan sebesar Rp452 juta. Ini belum termasuk pengeluaran wisatawan untuk homestay, transportasi lokal, makanan, hingga jasa pemandu.
Melihat data tersebut terlihat keberadaan Raja Ampat sebagai kawasan konservasi dan pariwisata berkelanjutan bukan hanya penting dari segi lingkungan, tetapi juga dari segi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Infrastruktur wisata berbasis lokal, seperti homestay dan kapal wisata, terbukti menjadi sumber penghasilan yang signifikan bagi ribuan warga.
“Kalau dikelola secara benar dan berkelanjutan, Raja Ampat bisa menghasilkan lebih dari 52 juta dolar per tahun dari sektor pariwisata tanpa merusak ekosistemnya. Ini jauh lebih berkelanjutan ketimbang tambang,” kata Senior Ocean Program Advisor Konservasi Indonesia, Victor Nikijuluw.