Surakarta, IDN Times - Bus rapid transit (BRT) Trans Jateng koridor Wonogiri-Sukoharjo-Solo resmi diluncurkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di Alun-alun Wonogiri, Selasa (8/8/2023).
Keberadaan bus tersebut disambut antusias para warga dan penyandang disabilitas, lantaran memiliki fasilitas yang ada ramah difabel.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng Henggar Budi Anggoro mengatakan, koridor Wonogiri-Sukoharjo-Solo yang diluncurkan merupakan koridor ke tujuh. Sebelumnya terdapat enam koridor yang telah beroperasi sebelum, antara lain;
- Koridor 1, Bawen (Ungaran)-Tawang (Semarang).
- Koridor 2, Bulupitu (Purwokerto)-Bukateja (Purbalingga).
- Koridor 3, Bahurekso (Kendal)-Mangkang (Semarang).
-Koridor 4, Surakarta-Sragen.
- Koridor 5, Kutoarjo (Purworejo)-Borobudur (Magelang). -Koridor 6, Halte Penggaron (Semarang)-Terminal Godong (Grobogan). (Ak/Ul, Diskominfo Jateng).
- Koridor 7, Wonogiri-Sukoharjo-Solo.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, dari BRT koridor Wonogiri-Sukoharjo-Solo diharapkan bisa membantu masyarakat, mulai dari difabel, buruh, pelajar, veteran, dan sebagainya.
“Mudah-mudahan ini bermanfaat untuk koridor Wonogiri-Sukoharjo-Solo. Inilah ikhtiar kita, saya, dan Pak Wagub (Taj Yasin Maimoen) Gus Yasin, yang mencoba atau menyelesaikan satu-persatu. Tentu dengan bantuan bupati, wali kota, pusat,” kata Ganjar dalam peresmian koridor 7.
Sementara itu, Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan adanya BRT tersebut bisa mengcover area-area yang belum tercover. Ia juga mengapresi bus tersebut, selain itu tarif yang ditetapkan juga tergolong terjangkau.
"Intinya bisnya udah bagus. AC dingin, untuk buruh murah, untuk siswa murah. Promosi Rp2 ribu dan Rp4 ribu. Rp2 ribu untuk pelajar, Rp4 ribu buruh.
Forum Difabel Kabupaten Wonogiri, Eni Widyastuti, mengaku dulu sebelum ada BRT Trans Jateng, ia harus naik bus biasa yang tanpa fasilitas ramah disabilitas. Kadang, difabel harus digendong atau ikut berdesakan. Saat turun, kadang ia kesulitan bahkan harus turun ke bawah dengan mengesot.
Setelah ada BRT itu, ia berencana memanfaatkan bus untuk pergi cari dagangan, atau ke suatu tempat dengan nyaman. Terlebih, bus dilengkapi fasilitas CCTV, dan terjaga kebersihannya.
“Sangat membantu difabel. Kalau dulu kan, difabel kalau mau keluar-keluar (bepergian), enggak ada transportasi yang accessable. Kalau sekarang ada akses, jadi bisa keluar-keluar,” ungkapnya Eni.
Eni berharap bus terus ramah dengan difabel, karena sangat membantu teman-temannya di Kabupaten Wonogiri. Ia juga berharap bus dengan akses difabel bisa lebih banyak ke depannya.