Semarang, IDN Times - Setiap goresan selalu penuh makna. Ungkapan tersebut selalu dipegang teguh oleh Liong Hwa Hing. Berbekal pengetahuannya sebagai peranakan Thionghoa, Hwa Hing hampir 10 tahun lamanya menggeluti pembuatan kaligrafi China.
Di rumahnya yang ada di gang sempit Kampung Sebandaran I, Kecamatan Semarang Tengah, Hwa Hing saban hari tekun membuat tulisan kaligrafi China.
Guratan guratan tulisannya mengandung banyak arti. Beragam makna. Tak jarang juga terselip petuah-petuah kuno khas negeri tirai bambu.
Ia mengaku beruntung guratan kaligrafi China yang kerap ia buat akhirnya membuahkan sebuah penghargaan. Ia senang bisa mengharumkan nama Kota Semarang karena kaligrafi China terpilih menjadi satu dari sekian banyak warisan budaya tak benda (WBTB).
"Dari Semarang yang diajukan ada tujuh kesenian (sebagai kandidat warisan budaya tak benda). Yaitu grup musik karawitan khas Thionghoa, Lam Quan, atraksi barongsai, panganan bubur india, kaligrafi China, jajanan wingko, roti ganjel rel dan atraksi Sesaji Rwanda Goa Kreo," kata pria yang punya nama lain Hendri Hermawan tersebut saat berbincang dengan IDN Times belum lama ini.
Hwa Hing bilang paling tidak ada enam jenis huruf mandarin yang bisa dijadikan untaian tulisan kaligrafi. Masing-masing huruf punya teknik penulisan yang berbeda.
Huruf-huruf kaligrafi yang ia maksud antara lain Li Shu, Gai Zhu, Shing Shu, Chao Shu, Jao Shu dan Jao Cuan.
Li Shu merupakan huruf mandarin warisan Dinasti Shang yang digunakan oleh kaisar dan para bangsawan abad I sampai tahun 1.900 atau sampai awal abad 20.
Ketika Dinasti Shang tumbang, huruf yang digunakan pun berubah menjadi Gai Zhu. Huruf Gai Zhu punya ciri khas tegak, lurus horizontal.
Gai Zhu yang selama puluhan tahun digunakan lalu disempurnakan oleh Dinasti berikutnya hingga lahirlah huruf Shing Shu yang punya ciri khas tulisan saling mengikat dan disambung.
Namun usia huruf Shing Shu hanya sebentar. Karena lambat-laun diganti menjadi Chao Shu. Banyaknya perubahan huruf mandarin kerap terjadi sejak abad kedua.
Setelahnya diperkenalkanlah huruf baru bernama Jao Shu. Huruf Jao Shu ini, diakui banyak seniman kaligrafi memang sulit dibaca tapi indah untuk dijadikan lukisan.
"Karena setiap guratannya biasanya dipakai untuk membuat syair. Terus perubahan huruf yang terakhir dikenal dengan nama Jao Cuan atau dalam dialek China diucapkan Tak Chuan. Jao Cuan huruf yang sudah umum dipakai banyak orang. Khususnya buat bikin stempel khas China," tutur Hwa Hing.
