Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251014_182407.jpg
Siswi SMP IT Al Fateeh Pedurungan bersiap makan MBG. (IDN Times/bt)

Intinya sih...

  • Siswi SMP IT Al Fateeh suka menu susu UHT dan burger

  • MBG membantu siswa menghemat uang jajan hingga 15 ribu per hari

  • Program MBG mendapat dukungan dari 100% siswa dan memuji sistem distribusi yang rapi dan cepat tanggap

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Sejumlah siswi SMP IT Al Fateeh Tahfidz dan Entrepreneur, Pedurungan Semarang mengatakan selama pelaksanaan makan bergizi gratis (MBG), rata-rata menyukai menu susu UHT dan burger. 

Siswi kelas VIII, Syakirana Naisa Aurelia berkata saban Jumat sekolahnya mendapat jatah susu. Sedangkan hari-hari biasa dirinya sering kebagian nasi kuning dan burger. 

"Paling enak burger dan nasi kuning, terus setiap Jumat dapat susu. Itu yang paling aku tunggu," akunya, Selasa (14/10/2025).

Bisa ngirit uang jajan

Uang kertas Rupiah di bawah Lampu Sinar UV (iStock/Yorl Melrizan)

Namun demikian, setidaknya dengan kebagian MBG, dirinya bisa ngirit uang saku. Jika biasanya ia menghabiskan uang jajan Rp15 ribu. Selama ada MBG, uang jajannya bisa dihemat. 

“Sekarang lebih hemat, uang jajan Rp15 ribu bisa sisa. Dulu bekal makan buat makan siang, tapi setelah dapat MBG bekalnya dimakan waktu istirahat pertama,” ujar Syakirana. 

100 persen siswa suka MBG

Sejumlah siswi SMP IT Al Fateeh Tahfidz dan Entrepreneur, Pedurungan Semarang mengonsumsi masakan MBG. (IDN Times/bt)

Pelaksanaan MBG di SMP IT Al Fateeh Tahfidz dan Entrepreneur, digelar sejak 15 September 2025. Saban menerima MBG, siswa-siswi setempat mengawali dengannya berdoa. Lalu duduk di teras berhadap-hadapan. 

Kepala SMP IT Al Fateeh, Fitrotul Fajrin menjelaskan sebelum dapat MBG, pihak sekolah sudah lama menerapkan sistem katering sukarela sejak 2018. Dengan biaya Rp 10 ribu per hari. 

Dari 132 siswa, sekitar 60 di antaranya mengikuti katering dengan biaya Rp10 ribu per hari. Namun, setelah adanya MBG, sistem tersebut kini dihentikan karena seluruh siswa mendapat jatah makan bergizi tanpa biaya tambahan.

“Dari 100 persen siswa, alhamdulillah kebanyakannya setuju untuk mengikuti MBG. Jadi kita tetap mengupayakan agar program ini berjalan,” jelas Ririn.

Ririn puji MBG rapi dan gercep

Seorang polwan bersama salah satu ibu mengecek kadar zat yang terkandung pada masakan MBG di Kota Semarang. (IDN Times/Dok Humas Polda Jateng)

Ia menambahkan, program MBG justru membawa dampak positif, baik bagi siswa maupun orang tua. Selain menghemat pengeluaran, program ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan karena seluruh siswa mendapat menu yang sama.

“Kalau antusias anak itu kayaknya dia enjoy-enjoy aja sih. Maksudnya dia menikmati karena kan menunya beragam. Apalagi kalau hari Jumat, itu menu favoritnya karena ada susu UHT. Itu yang paling ditunggu-tunggu,” ujarnya. 

Ririn juga memuji sistem distribusi yang dijalankan SPPG karena dinilai rapi dan cepat tanggap. 

Dengan adanya MBG, sekolah dan orang tua merasa terbantu, sementara siswa tetap bisa menikmati makanan sehat yang mendukung aktivitas belajar mereka setiap hari.

“Kalau ada kendala, misal makanan basi atau anak sakit perut, langsung dilaporkan di grup. Kalau yang sakit lebih dari sepuluh, baru dilaporkan resmi ke SPPG. Selama ini belum pernah sampai segitu,” tegasnya.

Percepatan SLHS bukan diobral

Kepala Dinkes Jateng Yunita Dyah Suminar berbicara tentang sertifikat layak higienis MBG. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar dalam keterangan yang diterima IDN Times, telah melakukan komunikasi intensif dengan dinkes kabupaten/kota, Badan Gizi Nasional, serta koordinator wilayah SPPG di tingkat provinsi hingga kecamatan.

Yunita menjelaskan, percepatan penerbitan SLHS merupakan tindak lanjut dari arahan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, yang disampaikan dalam rapat bersama Badan Gizi Nasional. 

Langkah ini juga sejalan dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/C.I/4202/2025 tentang Percepatan Penerbitan SLHS.

“Percepatan SLHS bukan berarti sertifikatnya diobral. SLHS tetap harus melalui pemeriksaan menyeluruh. Jika ditemukan ada kekurangan harus dilakukan perbaikan sesuai rekomendasi,” ujarnya. 

Mitra MBG jadi pengendali kualitas

Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Serangan. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Yunita mengungkapkan, pemeriksaan SLHS meliputi inspeksi kesehatan lingkungan (IKL), yang mencakup penerimaan dan kualitas bahan, penyimpanan, pengolahan, kebersihan, denah dapur, alat masak, hingga proses distribusi.

Selain itu, dilakukan pelatihan bagi penjamah makanan, mulai dari pembantu juru masak, koki, hingga petugas penyaji. Mereka wajib disiplin menjaga kebersihan, mulai dari mencuci tangan hingga penggunaan alat pelindung seperti hair net dan sarung tangan.

Pihak mitra SPPG dan ahli gizi di setiap SPPG juga berperan sebagai pengendali mutu (quality control), mulai dari pemilihan bahan dan pemasok hingga proses penyajian dan pendistribusian MBG.

“Sebagian besar sudah menyelesaikan IKL. Saya optimis jumlahnya akan bertambah. Kalau ada kekurangan, segera diperbaiki. Kami tunggu hingga akhir Oktober,” ungkapnya.

Editorial Team