Ilustrasi siswa. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)
Terpisah, Dwi Ningsih Mpd selaku Koordinator Wilayah Kecamatan Sukolilo, Pati mengungkapkan anak-anak Sedulur Sikep kini mulai mengenyam pendidikan formal dan informal yang diberikan oleh pemerintah desa (pemdes) setempat.
"Kita kan sering berikan layanan program pendidikan, terus anak-anak keturunan Sedulur Sikep ada yang pilih bersekolah. Kalau yang sekolah formal, mereka masuk ke SDN Baturejo 01 dan SDN Baturejo 02. Kita tidak membedakan dan kegiatan mereka juga sama kayak anak-anak sekolah lainnya," bebernya.
Ningsih mengaku, anak Sedulur Sikep yang bersekolah di SDN Baturejo juga terampil mengikuti pelajaran di dalam kelas. Bahkan ada pula yang berusaha beradaptasi. Contohnya ada salah satu anak perempuan Sedulur Sikep yang memilih memakai jilbab setiap kali berangkat sekolah.
Jumlah anak Sedulur Sikep yang memutuskan bersekolah sekitar 3--5 orang.
"Sekarang Sedulur Sikep agak terbuka. Mungkin karena terpengaruh perkembangan teknologi ya, jadinya anak-anak generasi ketiganya lebih proaktif menerima perubahan budaya," ungkapnya.
Ia menambahkan, "mereka sudah tidak kaku kayak bapak atau neneknya yang jadi generasi pertama Sedulur Sikep. Soalnya kalau pas sekolah, ada yang pakai jilbab. Ini benar-benar tanpa paksaan. Mereka berminat mengikuti ajaran di sekolah atas kesadarannya sendiri. Jadi kita juga menekankan kepada para petugas penilik kecamatan untuk memperlakukan mereka tanpa diskriminasi. Sampai akhirnya ada anak Sikep yang bawa HP dan sebagainya."