Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pembagian-makan-bergizi-gratis-di-tasikmalaya
pembagian-makan-bergizi-gratis-di-tasikmalaya

Intinya sih...

  • Sekitar 20 siswa SDN 1 Ungaran keracunan saat menyantap masakan dari kegiatan makan bergizi gratis (MBG)

  • Penyebab keracunan sedang diselidiki oleh Tim Satgas Percepatan MBG Jateng

  • Kasus keracunan seringkali terletak pada pengolahan bahan baku di dapur SPPG dan tingkat kebersihan dapur

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Semarang, IDN Times - Sekitar 20 siswa SDN 1 Ungaran Kabupaten Semarang keracunan saat menyantap masakan dari kegiatan makan bergizi gratis (MBG). Tim Satgas Percepatan MBG Jateng menuturkan kejadian keracunan MBG di Ungaran sempat diinformasikan kepada pihaknya tadi siang. 

Sekretaris Tim Satgas Percepatan MBG Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan saat ini penyebab keracunan yang dialami para siswa SDN 1 Ungaran sedang diselidiki. 

Pihaknya sedang melakukan assesment dengan meminta keterangan para siswa, memeriksa proses pengolahan bahan baku sampai penyediaan menu ke tempat sekolah. 

"Yang pertama pasti mengarah kepada para korban. Dinas Kesehatan bersama petugas akan mencari tahu sumber penyebab (keracunan) di sana," kata Sujarwanto kepada IDN Times, Selasa sore (30/9/2025). 

Ia mengatakan keberadaan SPPG yang jadi tempat pengolahan MBG untuk SDN 1 Ungaran memang sudah lama beroperasi. Pihaknya kini sedang mengevaluasi proses pendistribusian dan pengolahan bahan baku MBG di wilayah SDN 1 Ungaran. 

"Kasusnya secara resmi belum dilaporkan kepada kami. Tetapi SPPG nya sudah lama, sejak awal dulu sudah ada. Mengenai apa saja makanan yang membuat anak-anak sekolah di sana keracunan, tentu harus dilihat dulu asupan yang dicerna dalam waktu satu dua jam," paparnya. 

Ia mengatakan dalam berbagai kasus keracunan MBG seringkali ditemukan persoalan terletak pada pengolahan bahan baku di dapur SPPG. Selain itu tingkat kebersihan dapur juga menjadi penyebab keracunan yang ada saat ini. 

"Nah, kemudian yang kedua pada proses masak-memasaknya. Jadi, di dapurnya ini biasanya kurang higienis. Tapi dari kejadian-kejadian sebelumnya yang sudah terjadi memang persoalan pada kebersihan. Rata-rata tinggi bakteri ecolli-nya. Jadi itu bisa dari airnya, bisa cara masaknya, cara tempat makannya," urainya. 

Editorial Team