Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-06-17 at 17.31.51.jpeg
Retreat Kepala Sekolah Rakyat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kemensos Jakarta Selatan (Dok. Kemensos)

Intinya sih...

  • Kepala sekolah rakyat merupakan Perintah tugas yang luar biasa - Isbandiyah terpilih sebagai Kepala Sekolah Rakyat setelah menerima surat dari Kemendikdasmen untuk mengikuti seleksi. - Seleksi lebih berat dibanding kepala sekolah SMA biasa karena wawancaranya menggunakan bahasa Inggris.

  • Seleksi lebih berat dibanding kepala sekolah SMA biasa - Dari beberapa kandidat, hanya tiga besar yang diambil untuk seleksi lanjutan di Kemensos. - Seleksi melibatkan tes kemampuan berbahasa Inggris dan sesi psikotest dengan Universitas Padjadjaran.

  • Sempat terbengong-bengong lulus seleksi - Setelah mengikuti retret di Ged

Banyumas, IDN Times - Siti Isbandiyah tak menyangka dirinya terpilih menjadi Kepala Sekolah Rakyat di Kabupaten Banyumas. Meski telah beberapa kali menjadi kepala sekolah seperti di SMA 1 Purwokerto, SMA 2 Purwokerto perempuan berusia 56 tahun itu tidak pernah menyangka akan mengemban amanah menjadi kepala Sekolah Rakyat.

1. Kepala sekolah rakyat merupakan Perintah tugas yang luar biasa

Kepala Sekolah Rakyat di Banyumas Siti Isbandiyah. (ANTARA/Sumarwoto)

Sebelum terpilih sebagai Kepala Sekolah Rakyat di Banyumas, Isbandiyah menerima surat dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang di dalamnya tercantum nama-nama yang diminta untuk mengikuti seleksi calon Kepala Sekolah Rakyat. Surat tersebut dilengkapi dengan formulir yang menyatakan bersedia atau tidak bersedia mengikuti seleksi.

"Tapi bagi saya pribadi, saya melihat bahwa ini sebuah perintah perang ibaratnya gitu. Perintah tugas yang luar biasa karena saya sendiri waktu itu belum clear seperti apa sih Sekolah Rakyat," katanya melansir dari Antara.

Dia pun berusaha mempelajarinya secara mandiri dengan mencari informasi melalui internet, salah satunya laman milik Kementerian Sosial (Kemensos). Setelah mempelajari program Sekolah Rakyat, dia menilai surat dari Kemendikdasmen tersebut merupakan panggilan, bukan lagi sekadar perintah. Oleh karena itu, dia pun mengikuti seleksi tahap pertama di Kemendikdasmen.

2. Seleksi lebih berat dibanding kepala sekolah SMA biasa

Ilustrasi pekerja mengangkut kasur untuk siswa di Sekolah Rakyat, Kota Malang, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Dari beberapa kandidat yang mengikuti seleksi tersebut selanjutnya diambil tiga besar untuk mengikuti seleksi lanjutan di Kemensos. Kendati telah beberapa kali menjadi kepala sekolah, dia mengakui seleksi calon Kepala Sekolah Rakyat lebih berat dari seleksi Kepala SMA karena wawancaranya menggunakan bahasa Inggris.

Isbandiyah mengakui latar belakang pendidikannya bukan guru Bahasa Inggris melainkan Biologi, namun dia bisa memahami apa yang ditanyakan meskipun tidak terlalu lancar. Dia pun berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tersebut dengan menggunakan bahasa Inggris.

"Nah, teman-teman yang basic-nya Bahasa Inggris itu full, wawancaranya pakai bahasa Inggris full. Tapi bagi peserta seperti saya yang basic-nya bukan Bahasa Inggris 'kan ditanya, basic-nya dulu S1 dan S2 pendidikannya apa, nah itu diberikan kesempatan juga untuk memberikan jawaban dengan bahasa Indonesia," ungkapnya.

Dalam tahap seleksi di Kemensos terdapat sesi psikotest yang melibatkan Universitas Padjadjaran serta tes kemampuan berbahasa Inggris berupa English Proficiency Test (EPT) dengan melibatkan Universitas Indonesia dan dilanjutkan dengan tes wawancara.

3. Sempat terbengong-bengong lulus seleksi

ilustrasi Sekolah Rakyat (IDN Times/Sukma Mardya Shakti)

Setelah mengikuti retret di Gedung Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Kemensos, Margaguna, Jakarta, dia baru mengetahui bahwa jabatan pewawancara saat tes wawancara tersebut minimal staf ahli. Oleh karena itu, dia menilai seleksi calon Kepala Sekolah Rakyat tersebut bukan kaleng-kaleng.

Kendati sempat terbengong-bengong ketika dinyatakan lulus seleksi setelah melalui perjuangan yang luar biasa, dia merasa bahagia karena mendapat amanah sebagai Kepala Sekolah Rakyat ditambah lagi bisa bertemu dengan Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Prof Mohammad Nuh, dan orang-orang hebat lainnya.

Dia mengatakan selama ini tidak pernah membayangkan jika suatu saat akan mengemban amanah dari pemerintah untuk menempati jabatan pada institusi yang benar-benar masih baru. Bahkan ada yang mempertanyakan dirinya yang sudah nyaman sebagai Kepala SMA justru menjadi Kepala Sekolah Rakyat yang notabene merupakan institusi baru.

Bagi Isbandiyah hal itu bukan pilihannya, tetapi Allah SWT yang sudah memilihkan jabatan tersebut untuk dia. Baginya, tidak ada penyesalan sampai pada kondisi tersebut dan dia mengaku siap serta merasa lebih bahagia karena amanah tersebut merupakan pengabdian yang sesungguhnya menjelang masa pensiun.

4. Bahagia bisa mengemban jabatan kepala sekolah rakyat

Retreat Kepala Sekolah Rakyat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kemensos Jakarta Selatan (Dok. Kemensos)

Dia merasa jika selama ini mengurus anak-anak dari keluarga yang rata-rata mempunyai kemampuan finansial meskipun biaya sekolahnya gratis dan mereka benar-benar punya niat untuk bersekolah.

"Nah, siswa Sekolah Rakyat, boro-boro punya cita-cita, membayangkan bisa sekolah pun mungkin tidak. Jadi bagi saya ini pengabdian yang sesungguhnya, artinya butuh upaya yang benar-benar dari kepala sekolah, gurunya, wali asuhnya, wali asrama, semuanya termasuk pemerintah," katanya.

Dia mengaku bahagia karena Allah SWT telah memilih dan memberi kesempatan kepadanya untuk mengemban jabatan tersebut. Terkait dengan hal itu, dia siap mengemban amanah tersebut menjelang akhir pengabdiannya kepada negara dan berharap bisa benar-benar menjadi ibu bagi anak-anak yang membutuhkan.

Dia pun akan berupaya memberikan yang terbaik bagi siswa Sekolah Rakyat di Banyumas dengan berbekal pengalamannya sebagai guru maupun pengalaman manajerial sebagai kepala sekolah. Isbandiyah secara resmi menjadi guru berstatus pegawai negeri sipil pada tahun 1994, setelah mengawali kariernya sebagai guru tidak tetap di SMA Negeri 1 Purwokerto.

Editorial Team