Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Suhu Dingin Mulai Dirasakan Warga di Banyumas, BMKG Ingatkan Dampaknya

idntimes.com
Suasan dingin dengan bulan bersinar terang pada malam di sekitar Banyumas, Jumat (11/7/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)
Intinya sih...
  • Angin dingin Australia, pemicu turunnya suhu.
  • Belum sedingin tahun 1994, Tapi waspadai dampaknya
  • Respons warga dan kesiapsiagaan tetap penting

Banyumas, IDN Times - Suhu udara dingin mulai menyelimuti wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Pada Jumat malam (11/7/2025), suhu udara tercatat 21 derajat Celcius, menurut salah satu aplikasi cuaca. Kondisi ini cukup kontras dengan suhu normal pada malam sebelumnya yang berkisar antara 26 hingga 28 derajat Celcius.

Fenomena ini menurut Teguh Wardoyo, dari BMKG Cilacap, menyebut suhu tersebut terhitung lebih rendah dari hari hari sebelumnya. Ia menjelaskan bahwa rata-rata suhu minimum beberapa hari terakhir masih berada di angka 25 derajat Celcius.

"Terdapat penurunan suhu sebanyak 3 derajat Celcius lebih dingin dari beberapa hari yang lalu," ujar Teguh pada Jumat (11/7/2025).

1. Angin dingin Australia, pemicu turunnya suhu

traveller-appreciating-northern-lights_1_resize_48.jpg
Angin dingin dan kering Australia yang berhembus melintasi Indonesia menyebabkan sebagian wilayah termasuk Banyumas menjadikan hawa dingin di malam hari.(IDN Times/Foto : freepik)

Salah satu penyebab utama suhu dingin ini adalah pengaruh Monsoon Dingin Australia, yakni pergerakan massa udara atau angin dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia yang juga melewati wilayah Indonesia, terutama pada musim kemarau.

Sedangkan pemicu angin dingin dan kering tersebut karena adanya perbedaan tekanan udara yang antara Australia dan Asia. BMKG mencatat, saat ini tekanan udara di Australia mencapai 1026 milibar, sementara di Asia hanya 1.000 milibar.

Selisih ini mendorong aliran udara dari selatan ke utara, membawa hawa dingin masuk ke wilayah selatan Jawa, termasuk Banyumas dan sekitarnya.

2. Belum sedingin tahun 1994, Tapi waspadai dampaknya

idntimes.com
Suasana malam hari nampak sedikit berkabut walau tak sedingin pada tahun 1994 silam, Jumat (11/7/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Meski suhu kini sudah terasa menusuk kulit pada malam dan dini hari, BMKG menegaskan bahwa suhu ini masih dalam kategori normal. Suhu minimum terdingin dalam catatan 45 tahun terakhir di Banyumas Raya tercatat pada 14 Agustus 1994, yakni 17,4 derajat Celcius.

"Artinya, suhu saat ini masih lima derajat lebih hangat dibandingkan rekor terdingin 1994, jadi belum ekstrem," jelas Teguh.

Namun begitu, potensi suhu udara lebih dingin tetap ada, seiring dengan perkembangan musim kemarau yang masih berlangsung. BMKG memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Agustus 2025, sehingga suhu minimum masih bisa bertahan atau bahkan menurun lebih jauh.

3. Respons warga dan kesiapsiagaan tetap penting

idntimes.com
Hawa dingin beberapa hari terakhir di Banyumas cukup berpengaruh bagi pedagang di pasat Tinggarjaya, Jumat (11/7/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Beberapa warga Banyumas di Jatilawang terlebih di dataran tinggi seperti Ajibarang dan Baturaden mulai merasakan dampak suhu dingin ini. Banyak yang mengeluhkan udara dingin yang menyergap sejak sore hingga pagi hari. Aktivitas petani dan pedagang yang biasa dimulai pagi-pagi buta pun menjadi sedikit tertunda karena suhu yang menusuk kulit.

Untuk menjaga kondisi tubuh di tengah perubahan suhu ini, kelompok rentan seperti balita, lansia, dan penderita penyakit kronis diminta mengenakan pakaian hangat saat malam dan pagi hari, serta mencukupi asupan cairan dan makanan bergizi.

Suhu dingin yang mulai terasa di Banyumas merupakan fenomena wajar pada musim kemarau akibat pengaruh Monsoon Australia, meski belum ekstrem, masyarakat diminta untuk tetap siaga terhadap potensi gangguan kesehatan dan penyesuaian aktivitas harian. "Perubahan suhu ini merupakan fenomena musiman, tapi kesiapsiagaan tetap penting," pungkas Teguh.

Share
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us