Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
idntimes.com
Air sumur milik Suparto warga kelurahan Mersi yang kini hitam dan bau busuk diduga tercemar dapur MBG, Rabu(25/9/2025.(IDN Times/Foto: Saladin)

Intinya sih...

  • Air sumur berubah hitam legam, berbau busuk

  • Warga hanya dapat kompensasi air galon

  • Diduga akibat resapan limbah dapur tanpa pengolahan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyumas, IDN Times - Air sumur hitam legam, bau menyengat, hingga tak bisa lagi dipakai. Itulah yang kini dialami sejumlah warga Kelurahan Mersi, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.

Tiga sumur warga tersebut berada di dekat dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru beroperasi tiga pekan terakhir.

Hingga kini belum ada langkah serius dari pihak penyelenggara. Warga hanya diberi kompensasi air galon dan suplai dari tandon dapur.

1. Air sumur berubah hitam legam, berbau busuk

Warga Kelurahan Mersi saat memperlihatkan air sumur yang berubah warna sejak 40 tahun terakhir, Rabu (25/9/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Kondisi paling parah dialami sumur milik Suparto, warga yang rumahnya tepat berada di belakang dapur MBG. Air yang ditimba dari sumur itu tampak berminyak, hitam pekat, dan mengeluarkan bau menyengat seperti comberan.

"Selama 40 tahun sumur saya tidak pernah ada masalah. Baru dua minggu ini keruh dan bau busuk, sejak dapur MBG beroperasi," ujar Suparto kepada IDN Times, Rabu (25/9/2025).

Air itu sudah tak mungkin lagi dipakai, bahkan untuk mencuci sekalipun. Warga sekitar juga mulai resah karena sumur mereka kini ikut berubah keruh kecokelatan.

2. Warga hanya dapat kompensasi air galon

Kompensasi sederhana untuk warga yang sumurnya tercemar berupa air galon, Jumat (26/9/2025).(IDN Times/Foto: Ilustrasi)

Alih alih solusi jangka panjang, warga yang terdampak hanya diberi kompensasi sederhana. Bagi yang dekat dapur MBG, disediakan aliran air dari tandon dapur. Sementara warga lain menerima air mineral galon untuk kebutuhan sehari hari.

"Sekarang kami hanya diberi air mineral galon sebagai pengganti. Padahal sumur kami sudah keruh dan berbau, tidak bisa kembali jernih lagi," kata Agus Riyanto, Ketua RT setempat.

Namun kompensasi itu dinilai tak sepadan dengan kerugian yang dialami. Air sumur, yang selama puluhan tahun menjadi sumber kehidupan warga, kini hilang begitu saja.

3. Diduga akibat resapan limbah dapur tanpa pengolahan

Warga curiga limbah MBG tidak melalui proses yang benar hingga mencemari sumber air bersih, Jumat (26/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Informasi yang beredar di masyarakat menyebutkan, dapur MBG membuang limbah masakan ke dalam lubang tanah yang tidak diberi lapisan semen maupun beton. Hal ini diduga kuat membuat limbah meresap ke tanah dan mencemari sumber air warga.

Jika benar, praktik ini sangat berbahaya karena air tanah bisa terus tercemar dan menyebar lebih luas ke sumur sumur lain. "Kami khawatir pencemaran akan meluas. Apalagi resapan air limbah ini bisa merambat ke mana-mana,"ujar seorang warga.

Saat dicoba dikonfirmasi ke kantor Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Purwokerto Timur yang mengelola dapur MBG, tidak ada satu pun karyawan yang bisa dimintai keterangan. Penjaga kantor hanya menyebut bahwa Sabtu merupakan hari libur sehingga tidak ada kegiatan.

Sementara itu, warga menuntut pemerintah Kabupaten Banyumas segera turun tangan. Mereka berharap ada investigasi dan solusi permanen, bukan sekadar kompensasi seadanya.

"Kalau dibiarkan, ini bukan cuma soal sumur satu dua orang, tapi bisa jadi bencana lingkungan," tegas Agus Riyanto.

Editorial Team