Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pedagang barang loak Semarang memamerkan surat bebas Tapol G30S yang dijual murah. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Deretan barang antik yang dipajang di pasar loak belakang Gereja Blenduk Semarang terlihat sedap dipandang mata. Mulai teko, guci, piringan hitam hingga pernak-pernik perabotan kuno terpampang di masing-masing lapak.

Dari sekian banyak barang antik tersebut, tak sedikit pedagang yang menjajakan buku bekas bahkan dokumen-dokumen berisi sejarah panjang bangsa Indonesia.

Satu yang mencolok adalah tumpukan dokumen yang dijual Rofiq Ahmad. Rofiq sapaannya, siang itu sedang menata barang dagangannya di lapaknya yang berukuran sedang.

Tepat di sudut lapaknya, Rofiq memperlihatkan kepada IDN Times beberapa dokumen sejarah yang ia jual murah. "Ini saya ada beberapa dokumen berkaitan dengan G30S. Nama dokumennya surat bebas Tapol. Surat bebas Tapol ini saya dapatkan dari orang-orang, terutama keluarga yang dulunya punya kerabat yang dianggap terlibat peristiwa G30S tahun 1965," kata Rofiq, Kamis (9/3/2023).

 

 

Surat bebas Tapol G30S sering dijual ke tukang rosok

Surat bebas Tapol G30S milik warga Semarang ini dijual murah di pasar barang loak seharga Rp40 ribu per lembar. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sekilas, surat bebas Tapol G30S masih terlihat jelas nama pemiliknya. Cap stempel bertuliskan Gestapu lengkap dengan nama terang kelurahan atau desa di Semarang, tanda tangan lurah atau kepala desa, sampai tulisan yang berisi perjanjian resmi yang menyatakan si pemilik surat tidak terlibat dalam gerakan tiga puluh September 1965.

Rofiq kerap memperoleh surat bebas Tapol G30S ketika sejumlah warga Semarang membuang dokumen tersebut ke tempat sampah atau dijual kepada pengepul barang loak alias tukang rosok.

Rofiq dapat surat bebas Tapol terbitan 1969-1971

Editorial Team