Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala Desa Kadirejo, Riyadi melakukan pengecekan kabel panel surya yang digunakan untuk memasok listrik jaringan internet nirkabel SuryaNett di atap kantor balai desa, 3 November 2020. Listrik dari tenaga surya ini digunakan untuk mendukung jaringan internet yang kerap terkendala ketika terjadi pemadaman arus listrik. Pembagunan SuryaNett menjadi bagian kebutuhan internet masyarakat desa secara agar berdikari baik secara ekonomi maupun literasi. IDN Times/Dhana Kencana

Semarang, IDN Times - Penggunaan internet sebagai teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi hal yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan saat ini. Internet sudah menjadi bagian gaya hidup, selain sebagai sarana dan prasarana penunjang kinerja dalam bekerja.

Luas wilayah Indonesia dengan karakteristik dan aspek geografi yang berbeda menjadi tantangan pemerataan akses internet bisa dirasakan semua masyarakat, baik perkotaan maupun yang tinggal di desa. Pembangunan akses telekomunikasi mutlak dilakukan bagi daerah yang tidak mendapatkan akses internet.

1. Internet nirkabel tenaga surya menjadi solusi tepat guna

Ilustrasi panel surya. (IDN Times/Dhana Kencana)

Masyarakat Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah meraih buah manfaat internet setelah puluhan tahun kesulitan menikmati layanan koneksi yang stabil dan layak. Pemerintah desa (Pemdes) memberikan fasilitas internet desa yang bisa diakses selama 24 jam tanpa putus koneksi dan batas kuota pemakaian.

Jaringan internet nirkabel tersebut didukung pasokan energi listrik dari tenaga surya. Penggunaan tenaga surya dilakukan dengan banyak pertimbangan. Di antaranya sebagai inisiasi penerapan energi bersih dan mandiri, serta alasan lokasi Desa Kadirejo yang sering mengalami pemadaman arus listrik sehingga berimbas pada gangguan sinyal koneksi jaringan internet.

Untuk diketahui, wilayah desa itu berada 459 meter di atas permukaan laut (mdpl). Luas wilayahnya mencapai 333 hektare (ha). Secara administrasi terdapat 24 Rukun Tetangga (RT), 8 Rukun Warga (RW), dan 8 dusun di desa yang jaraknya 75 kilometer dari Kota Semarang, Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah.

"Warga di sini kesulitan akses internet. Sinyal jaringan telekomunikasi susah karena lokasi yang naik turun, juga kontur yang diapit perbukitan. Internet terkendala jaringan, meskipun banyak juga tower-tower BTS (red: Base Transceiver Station) di sekitar (desa) Kadirejo. Belum lagi kalau pemadaman listrik, sinyal langsung drop dan internet tidak bisa digunakan," kata warga Dusun Ngablak, Desa Kadirejo, Jumangi ketika ditemui IDN Times, Selasa, 3 November 2020.

2. Masyarakat desa diberikan akses internet gratis

Editorial Team

Tonton lebih seru di