Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tersohor Sejak Zaman Edo, Garam Suzu Diteliti Guru Besar Undip

Penelitian garam Suzu yang menjadi warisan zaman pemerintahan Edo. (IDN Times/Dok Humas Undip)
Intinya sih...
  • Dua guru besar Undip dan seorang mahasiswa doktoral studi budidaya garam di Jepang, kolaborasi dengan Universitas Nagoya.
  • Penelitian dilakukan di Suzu, Jepang untuk studi komparasi preservasi pengetahuan pembuatan garam tradisional yang masih eksis hingga saat ini.
  • Hasil penelitian akan diterbitkan pada jurnal internasional dan mendukung peningkatan rangking Undip sebagai kampus bereputasi dunia.

Semarang, IDN Times - Dua guru besar Undip bersama seorang mahasiswa program doktoral memutuskan mempelajari budidaya garam di Nagoya Jepang. 

Bertempat di Universitas Nagoya, Prof Endang Larasati dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prof Yety Rochwulaningsih dari dari Fakultas Ilmu Budaya serta seorang mahasiswa program doktoral Ilmu Budaya, Noor Naelil Masruroh berkolaborasi dengan Prof Mina Hattori dari Graduate School of Education and Human Development. 

1. Dua guru besar teliti garam Suzu

Dok. Petambak Mulai Menabur Garam (timesindonesia.co.id)

Penelitian garam Jepang dikerjakan mulai 4-14 Juli 2024. Mereka turun ke lokasi pembuatan garam di Suzu. Dan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di kampus Graduate School of Education and Human Development.

Kegiatan lapang di Suzu untuk melakukan studi komparasi preservasi pengetahuan pembuatan garam tradisional yang sudah ratusan tahun menjadi warisan zaman pemerintahan Edo. Bahkan, pembuatan garam tradisional di Suzu masih dikerjakan hingga saat ini. 

2. Garam Suzu diakui FAO

Guru besar Undip mengunjungi industri garam Suzu. (IDN Times/Dok Humas Undip)

Tim peneliti dari kedua universitas melakukan observasi dengan pemilik usaha tambak garam. Data awal menunjukkan pengetahuan pembuatan garam telah ada sejak zaman Edo atau abad 17. Walau pasang surut karena terbentur regulasi dan bencana, tetapi budidaya garam zaman Edo masih tetap eksis. 

Secara umum, usaha garam di Suzu telah mendapatkan pengakuan dan perlindungan secara internasional melalui Globally Important Agricultural Heritage (GIAHS) dari Food of Agricultural Organization (FAO). 

Pembuatan garam di Suzu juga dikelola profesional sebagai sebuah bisnis yang memiliki profit bagi pemilik tambak dan tenaga kerja. Pembuatan garam secara tradisional di Suzu pada hal-hal tertentu tampak terdapat kesamaan dan sekaligus perbedaan signifikan dengan Indonesia antara lain yang terdapat di Aceh, Bali dan Lombok. 

Dari keterangan pihak Undip, kegiatan tersebut nantinya dilanjutkan penelitian secara intensif pada 2025 dengan hasil penelitian diterbitkan pada jurnal internasional. Sehingga diharapkan mendukung peningkatan rangking bagi Undip menuju kampus bereputasi dunia. 

3. Perlu kerjasama dengan kegiatan akademik

Peneliti Undip datang ke Nagoya Jepang. (IDN Times/Dok Humas Undip)

Pada forum yang sama, Prof Endang Larasati mengajukan gagasan pentingnya dilakukan penelitian kerja sama tentang kajian komparatif Indonesia-Jepang dalam pengelolaan pendidikan vokasi di negara maritim.

"Kedua isu ini sangat penting bagi UNDIP dan Universitas Nagoya, kedua pihak telah bersepakat untuk ditindaklanjuti dalam kegiatan akademik. Yaitu penelitian dan publikasi internasional bersama yang akan dilaksanakan pada tahun 2025," terangnya dalam keterangan yang diterima IDN Times, Rabu (17/7/2024). 

4. Tawarkan pelestarian garam

ilustrasi garam (pixabay.com/mkupiec7)

Sementara saat FGD di Universitas Nagoya, Prof Yety Rochwulaningsih, menawarkan gagasan tentang kajian komparatif pelestarian pengetahuan tradisional dalam produksi garam di Jepang dan Indonesia sebagai salah satu topik penelitian kerja sama yang dapat dibangun antara kampusnya dengan Universitas Nagoya. 

Sebelumnya, Graduate School of Education and Human Development Universitas Nagoya Jepang juga memberi kesempatan bagi Noor Naelil Masruroh guna untuk studi lanjut program S3 atas beasiswa dari Pemerintan Jepang MEXT melalui mekanisme seleksi U to U. Noor akhirnya secara resmi diterima sebagai mahasiswa doktoral mulai April 2024. 

Selanjutnya juga dikirim Prof Singgih Tri Sulistiyono melalui program Visiting Professor atas pembiayaan dari Universitas Nagoya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Dhana Kencana
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us