instagram @narcotic.stigma
Kondisi tersebut, lanjut Zainal, menunjukkan bahwa pendidikan sosial di Indonesia pada umumnya lemah, sehingga terjadi stigmatisasi di kalangan masyarakat.
‘’Jenazah saja ditolak, apalagi saya masuk perumahan tempat tinggal saya. Bisa dilempari batu mungkin oleh satu kampung dan tidak boleh masuk,’’ ujarnya.
Zainal berkisah, belum lama ini stigmatisasi ia rasakan bersama para tenaga medis yang terinfeksi wabah corona saat melakukan isolasi diri di Hotel Kesambi Hijau. Ketika hari pertama mereka tinggal di sana, tatkala ingin olahraga di halaman hotel, mereka dilarang oleh salah satu petugas hotel.
‘’Katanya nanti dulu, lebih baik di kamar dulu, karena semalam warga di sekitar lingkungan (hotel) datang mempertanyakan keberadaan kami. Lalu, kami minta bantuan Pemkot Semarang dan Pemprov Jateng dan warga akhirnya bisa menerima setelah mendapat penjelasan dan kami bisa senam di halaman hotel secara bergiliran,’’ ungkapnya.
Tak cuma itu, kejadian lain kembali terjadi, saat warga yang protes ketika terdapat tenaga medis yang tidak sengaja menjemur pakaian dalam di jendela kamar hotel.
‘’Orang kampung langsung protes, karena takut kuman atau virus yang menempel di baju tersebut nyebar ke lingkungan tersebut,’’ papar Zainal.