Semarang, IDN Times - Cuaca terik sangat terasa saat menjejakan kaki di Kampung Ngebruk, Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu, Kota Semarang pada Sabtu (1/10/2022). Tepat di pinggir jalan terdapat papan nama bertuliskan sentra batik mangrove. Yang dituju IDN Times adalah rumah Mufidah yang produksi batik mangrove Srikandi Kusuma di RT 01/RW I.
Ketika disambangi, Mufidah sedang rehat di dalam rumah yang dijadikan tempat pembuatan batik mangrove.
"Silakan masuk, Mas. Ibunya lagi salat sebentar," kata sang suami sembari mempersilakan menunggu di ruang tamunya.
Sebagai tempat produksi batik mangrove, rumah Mufidah memang dipenuhi berbagai peralatan untuk membuat batik. Mulai alat penjemuran kain batik, ember untuk merendam serta yang paling mencolok di ruang tamunya terdapat kain batik dengan beragam motif.
Jika diamati batik yang diproduksi Mufidah sekilas didominasi warna cokelat tua yang dipadukan cokelat muda atau putih.
"Karena pewarnaannya memakai serat alami dari mangrove, jadinya ciri khas warna batiknya kebanyakan cokelat tua dan cokelat muda. Dana kalau mau ada tambahan warna, kita biasanya pakai serat dari tumbuhan sekitar yang difermentasi dengan kapur dan pasta lalu muncul warna kuning, abu-abu dan ijo lawe atau kuning kehijauan," kata perempuan berhijab tersebut ketika membuka obrolan dengan IDN Times.