Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_7185.jpeg
International Conference on Sustainable Innovation and Environment (ICSIE) 2025 di Solo. (Dok/Istimewa)

Intinya sih...

  • UNS sukses gelar ICSIE 2025 dengan tema inovasi berkelanjutan

  • Konferensi dihadiri tokoh internasional dan sesi paralel ICBASL membahas bisnis berkelanjutan

  • AABI–AIBI Summit 2025 memperkuat jejaring inkubasi bisnis untuk wirausaha berkelanjutan di Asia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surakarta, IDN Times – Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), UNS sukses menyelenggarakan International Conference on Sustainable Innovation and Environment (ICSIE) 2025 pada 15 Oktober 2025.

Mengusung tema “Innovation for a Sustainable Future: Creating Environmental and Social Impact”, konferensi ini mempertemukan akademisi, pelaku industri, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara untuk membahas inovasi berkelanjutan di era perubahan global.

1. Dibuka oleh Rektor UNS dan Wali Kota Solo.

International Conference on Sustainable Innovation and Environment (ICSIE) 2025 di Solo. (Dok/Istimewa)

Konferensi dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Yuniawan Hidayat, Ketua Umum ICSIE 2025, dan dilanjutkan sambutan dari Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si., Rektor UNS. Wali Kota Surakarta Respati Ardi turut hadir dan meresmikan pembukaan acara yang digelar di kampus UNS tersebut.

Dalam pidatonya, Prof. Hartono menegaskan komitmen UNS sebagai kampus riset yang terus berinovasi untuk keberlanjutan lingkungan dan masyarakat. “Inovasi yang berdampak sosial dan lingkungan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan,” ujarnya dalam rilis yang diterima oleh IDN Times, Jumat (17/10/2025).

Sesi utama menampilkan tokoh-tokoh internasional seperti Prof. Kwang-Geun (James) Lee, Presiden Asian Association of Business Incubation (AABI), dan Ajeng Arum Sari, Direktur Manajemen Talenta dari BRIN.

Sementara itu, Dr. Rajendra Jagdale dari Science and Technology Park, India, menyoroti pentingnya ekosistem teknologi dalam mendorong kewirausahaan deep-tech menuju visi Viksit Bharat 2047.

Dari Eropa, Dr. Alexander Bauer (Wittenborg University, Belanda) menampilkan praktik terbaik kolaborasi kampus–industri untuk keberlanjutan, sementara Prof. Wahyudi Sutopo (UNS) membagikan pendekatan techno-economic untuk transformasi hijau.

Konferensi ini juga menghadirkan sesi paralel International Conference on Business, Accounting, Supply Chain, and Logistics (ICBASL) yang membahas ketahanan risiko dan model bisnis berkelanjutan bersama para pakar internasional.

Di sesi sore, Pertamina International Shipping (PIS) mempresentasikan strategi dekarbonisasi maritim berbasis ESG, mulai dari desain kapal hemat energi, bahan bakar alternatif, hingga sistem pengelolaan limbah yang sejalan dengan target IMO Net Zero 2050.

2. AABI–AIBI Summit 2025: Saat Asia Bersatu untuk Inovasi Berkelanjutan.

International Conference on Sustainable Innovation and Environment (ICSIE) 2025 di Solo. (Dok/Istimewa)

Kesuksesan ICSIE 2025 berlanjut ke hari kedua, 16 Oktober 2025, lewat AABI–AIBI Summit 2025 di Hotel Sunan Surakarta. Ajang ini mempertemukan lebih dari sepuluh negara Asia untuk memperkuat jejaring inkubasi bisnis dan mendorong wirausaha berkelanjutan di kawasan.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut R. H., Kepala Lembaga Riset UNS, bersama Prof. Kwang-Geun Lee (AABI) dan Dr. Catur Sugiarto (AIBI), menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara.

“Tantangan keberlanjutan tak bisa diselesaikan oleh satu negara saja. Lewat pengetahuan bersama dan kolaborasi inkubasi, kita bisa melahirkan startup yang berdampak nyata,” ujar Prof. Lee.

3. Bahas Startup Resilience hingga ESG

International Conference on Sustainable Innovation and Environment (ICSIE) 2025 di Solo. (Dok/Istimewa)

Diskusi pagi membahas model inkubasi baru yang adaptif terhadap digitalisasi dan standar ESG. Dr. Kiwi Aliwarga, Sekjen AIBI, menyoroti pesatnya ekosistem startup Indonesia yang kini tumbuh menjadi lebih dari 190 inkubator dan 12 ribu startup di seluruh Indonesia.

Dari Tiongkok, Cathy Zheng (Shanghai Innovation Centre), Han Wei (TusStar Incubator), dan Dr. Jiong Zhang membagikan pengalaman membangun jaringan inovasi global berbasis keberlanjutan.

Sementara itu, perwakilan Thailand, Malaysia, dan Filipina menekankan pentingnya keseimbangan antara inovasi, lingkungan, dan ketahanan mental wirausaha.

Sesi siang menghadirkan Rully Yusuf (EVP ESG Pegadaian) yang membahas Bullion Banking for Financial Inclusion sebagai bagian dari ekosistem emas Pegadaian.

Aloysius Wiratmo dari Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menyoroti aksi kolaboratif dekarbonisasi korporasi, sedangkan Unggul Ananta, CEO Olahkarsa, memaparkan bagaimana prinsip ESG kini menjadi kunci daya saing jangka panjang perusahaan.

Acara ditutup oleh Celina Huang (Wakil Presiden AABI) dan Dr. Kiwi Aliwarga, yang menegaskan kembali misi bersama kedua organisasi: memperkuat jaringan inkubator Asia dan mempercepat transformasi inovasi berkelanjutan lintas negara.

 

Editorial Team