Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dalang Ki Anom Suroto saat pentas wayang kulit. (Instagram.com/anomsuroto48)
Dalang Ki Anom Suroto saat pentas wayang kulit. (Instagram.com/anomsuroto48)

Intinya sih...

  • Ki Anom Suroto menciptakan lakon wayang berfilosofis dengan pesan moral universal

  • Sebagai komposer gending populer, Ki Anom menanamkan pesan sosial dan nasionalisme melalui karyanya

  • Ki Anom tampil di 5 benua, menjadi "Dalang Lima Benua" dan membina generasi penerus seni pedalangan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surakarta, IDN Times — Dalang kawakan wayang kulit Kota Solo, Kanjeng Raden Tumenggung Haryo Lebdo Nagoro atau dikenal Ki Anom Suroto meninggal dunia pada Kamis (23/10/2025). Ayah dalang muda Bayu Aji Pamungkas itu meninggal usai dirawat di RS Dr Oen Kandangsapi sejak 4 hari terakhir akibat penyakit jatung.

Maestro pedalangan Ki Anom Suroto meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia seni wayang kulit Indonesia. Tidak hanya dikenal karena kepiawaiannya memainkan wayang dengan suara khas dan filosofi mendalam, Ki Anom juga mewariskan deretan karya monumental, ratusan pertunjukan lintas benua, serta inisiatif untuk memajukan generasi dalang muda.

1. Piawai menciptakan lakon wayang berfilosofis

Dalang Ki Anom Suroto saat pentas wayang kulit. (Instagram.com/anomsuroto48)

Sebagai dalang yang aktif berkarya lebih dari lima dekade, Ki Anom Suroto dikenal menciptakan sejumlah lakon wayang kulit purwa yang sarat makna kehidupan, spiritualitas, dan nasionalisme. Beberapa lakon legendarisnya antara lain:

  • Semar Mbangun Kahyangan

  • Anoman Maneges

  • Wahyu Tejamaya

  • Wahyu Kembar

  • Kresna Datu

  • Semar Maneges

  • Gandamana Lahir

  • Basudewa Kembar

  • Wahyu Sri Cemani

  • Lakon Mbangun Pura Kencana (diadaptasi dari kisah Mahabharata)

  • Karno Tanding

  • Bimo Suci

  • Rama Nitis

  • Abimanyu Lahir

Karya-karya tersebut bukan sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan. Melalui lakon-lakon ciptaannya, Ki Anom berusaha menyampaikan pesan moral universal, tentang kejujuran, pengabdian, dan keseimbangan antara manusia dan alam.

Setiap lakon yang dimainkan merupakan cermin dari kehidupan.

"Wayang bukan sekadar hiburan, tapi wahana untuk menanamkan nilai kebenaran dan kebijaksanaan,” kata Ki Anom dalam salah satu wawancaranya semasa hidup.

2. Sang komposer gending populer

Dalang Ki Anom Suroto. (Instagram.com/anomsuroto48)

Selain mahir dalam pedalangan, Ki Anom juga dikenal sebagai komposer gending Jawa yang menghasilkan karya populer hingga kini. Lagu-lagu ciptaannya sering diputar dalam berbagai acara budaya, pentas wayang, hingga festival seni tradisi.

Beberapa gending ciptaannya antara lain:

  • Mas Sopir

  • Berseri (Solo Berseri)

  • Satria Bhayangkara

  • ABRI Rakyat Trus Manunggal

  • Nyengkuyung Pembangunan

  • Nandur Ngunduh

  • Salisir

  • Pepeling (gending yang sangat populer di kalangan penggemar karawitan)

Melalui gending-gending itu, Ki Anom tidak hanya menghidupkan irama klasik Jawa, tetapi juga menanamkan pesan sosial dan nasionalisme, mengajak masyarakat mencintai budaya bangsa.

3. Pentas di 5 benua Rebo Legen: Laboratorium Dalang Muda

Dalang kondang Ki Anon Suroto. (Instagram @anonsuroto48)

Ki Anom Suroto merupakan salah satu dalang Indonesia yang berhasil membawa wayang kulit ke panggung internasional. Ia tampil di lebih dari 10 negara, antara lain Amerika Serikat, Jepang, Spanyol, Jerman Barat, Australia, Rusia, India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani.

Dengan gaya mendalang yang atraktif, sarat humor, dan tetap berakar pada filosofi Jawa, penampilannya selalu menuai apresiasi. Setiap pertunjukan menjadi diplomasi budaya yang memperkenalkan Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan nilai dan warisan luhur.

Dalam satu bulan, Ki Anom rata-rata mementaskan wayang hingga 10 kali, baik di dalam maupun luar negeri. Energi dan dedikasinya membuatnya dijuluki “Dalang Lima Benua”.

Selain berkarya, Ki Anom juga dikenal sebagai pembina generasi penerus seni pedalangan. Di rumahnya, ia rutin menggelar forum kritik dan sarasehan “Rebo Legen”, yang menjadi tempat berdiskusi para dalang muda, seniman, dan pecinta wayang.

Forum tersebut tidak hanya menjadi ruang bertukar gagasan, tetapi juga ajang untuk menjaga roh kebersamaan antar-pelaku seni. Dari forum itu, Ki Anom Suroto berharap, dalang muda tidak hanya pandai mendalang, tapi juga peka terhadap pesan sosial dan kemanusiaan.

4. Berjuang lewat organisasi dan koperasi dalang

Dalang Ki Anom Suroto. (Instagram.com/anomsuroto48)

Kepeduliannya terhadap nasib seniman pedalangan juga diwujudkan dalam kiprahnya di berbagai organisasi. Ki Anom pernah menjabat sebagai Ketua III Pengurus Pusat Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) periode 1996–2001.

Dalam masa jabatannya itu, ia aktif memperjuangkan pelatihan, regenerasi, dan kesejahteraan dalang di seluruh Indonesia.

Ia juga menjadi pemrakarsa pendirian Koperasi Dalang “Amarta” dan Yayasan Sesaji Dalang, lembaga yang bertujuan mendukung ekonomi dan pengembangan kreativitas para pelaku seni tradisi.

Editorial Team