Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Walah! Program Sekolah Gratis Ala Ahmad Luthfi Kurang Diminati

IMG_20250707_143208.jpg
SMK Ibu Kartini Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Intinya sih...
  • Sekolah swasta mengeluh minimnya sosialisasi program kemitraan dengan Pemprov Jateng, hanya sedikit calon siswa yang tertarik bersekolah gratis.
  • SMK Ibu Kartini Semarang hanya menerima 162 siswa baru dari layanan sekolah gratis, sementara banyak siswa lebih suka bersekolah di sekolah negeri.
  • Program kemitraan swasta dengan kuota 5.004 siswa belum terpenuhi karena minat anak-anak cenderung ke sekolah negeri, meskipun program tersebut merupakan gagasan dari Gubernur Jateng Ahmad Luthfi.

Semarang, IDN Times - Sejumlah sekolah swasta yang mengadakan program kemitraan dengan Pemprov Jateng mengeluhkan minimnya sosialisasi yang diberikan kepada para calon siswa. 

Bahkan tak banyak siswa yang tertarik mengakses layanan sekolah gratis karena lebih memilih bersekolah di SMA maupun SMK negeri. 

Di SMK Ibu Kartini Semarang misalnya, hanya ada tujuh calon siswa yang melakukan pendaftaran ulang. Rata-rata siswa yang mendaftar ulang dari sekitar Kecamatan Candisari dan Gajahmungkur yang jaraknya tak terlalu jauh. 

"Tadinya yang memasukkan berkas pendaftaran ada 11 anak. Tapi yang daftar ulang cuma tujuh orang. Sisanya terlanjur daftar ke sekolah negeri. Kalau anak tersebut sudah daftar maka kami tidak bisa merayu," tutur Kepala SMK Ibu Kartini Semarang, Muhdlor kepada IDN Times, Senin (7/7/2025). 

SMK Ibu Kartini satu persatu telepon calon siswa

IMG_20250707_140929.jpg
Kepsek SMK Ibu Kartini Semarang Muhdlor dan Waka Humas Uut Susianti. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Ia mengaku sudah berusaha mengerahkan para guru untuk jemput bola menawarkan layanan sekolah gratis kepada anak-anak yang tinggal di dekat sekolahnya. 

Proses jemput bola dengan menelepon satu persatu anak putus sekolah, yayasan panti asuhan sekitar SMK Ibu Kartini yang tertera dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTSK) Provinsi Jateng. 

"Kita sebetulnya menawarkan penerimaan dari jalur afirmasi. Mulai dari anak yatim piatu, anak kategori miskin dan anak putus sekolah juga bisa diterima. Sudah dicoba by phone satu persatu. Tetapi nyatanya emang sedikit yang daftar. Beberapa anak malah gak tau informasi gelombang kedua," akunya. 

SMK Ibu Kartini Semarang dapat 162 sisa baru

Ilustrasi pelajar dan mahasiswa berburu beasiswa luar negeri. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Ilustrasi pelajar dan mahasiswa berburu beasiswa luar negeri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Dengan minimnya jumlah siswa dari layanan sekolah gratis, katanya maka SMK Ibu Kartini pada tahun ajaran baru tahun ini memperoleh 162 siswa. Siswa tersebut berasal dari penerimaan reguler, afirmasi dan kemitraan. 

"Setiap tahun jumlah murid kita normal segitu," terangnya. 

Sementara itu, Uut Susianti, Wakil Kepala Humas SMK Ibu Kartini Semarang mengaku sekolahannya punya 15 ekstrakurikuler (ekskul). Yakni mulai ekskul badminton, taekwondo, pencak silat, fesyen show, tata boga, palang merah remaja dan futsal. 

"Yang paling disukai anak-anak ya futsal," sambungnya. 

Adapun jumlah jurusan SMK Ibu Kartini yaitu jurusan RPL, desain komunikasi visual, kuliner dan desain produksi busana. Ke depan pihaknya berharap untuk mendongkrak jumlah siswa baru, setidaknya perlu ditambah program zonasi. 

Cuma satu dua siswa yang daftar ke SMA Mardi Siswa Srondol

Pelajar memanfaatkan transportasi massal BRT Trans Semarang. (dok. Pemkot Semarang)
Pelajar memanfaatkan transportasi massal BRT Trans Semarang. (dok. Pemkot Semarang)

Terpisah, Kepala SMA Mardi Siswa Srondol, Wulandari juga berkata sering menelepon anak-anak yang masuk daftar DTKS agar mau bersekolah di sekolahnya. "Kita sempat telepon siswa yang masuk DTKS P1 dan P3 sebagai langkah jemput bola. Tapi yang daftar cuma satu dua orang saja," keluhnya. 

Siswa baru lebih suka daftar sekolah negeri

ilustrasi siswa SMA (pexels.com/Chu Chup Hinh)
ilustrasi siswa SMA (pexels.com/Chu Chup Hinh)

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng Syamsudin Isnaeni mengatakan disediakan kuota sebanyak 5.004 dari program kemitraan dengan sekolah swasta. Terdiri dari, 139 sekolah jenjang SMA/SMK, dengan jumlah tempat duduk masing-masing 36 kursi. 

Pada SPMB reguler lalu, telah ada 1.913 calon murid baru (CMB) dari keluarga miskin yang mendaftar sekolah kemitraan swasta. 

"Terakhir kami pantau, untuk sekolah kemitraan dengan kuota 5.004 siswa, kemarin terserap kurang lebih 1.913 siswa. Jadi masih ada sekitar 3.000-an (3.091) yang belum masuk. Karena minat anak-anak cenderung masih ke sekolah negeri," ujar Syamsudin. 

Syamsudin menjelaskan, sekolah kemitraan swasta merupakan gagasan dari Gubernur Jateng Ahmad Luthfi. Terobosan ini baru kali pertama dilakukan di seluruh Indonesia. 

Pembiayaan program tersebut berasal dari APBD, dengan bantuan pada masing-masing peserta didik lebih kurang Rp2 juta per tahun. Dengan fasilitas ini, siswa pada sekolah tersebut akan mendapat perlakuan sama seperti sekolah negeri, yakni tidak dibebani oleh biaya SPP atau uang pengembangan sekolah. 

"Dan untuk program kemitraan ini memang nanti seluruh anak-anak yang masuk di dalam 139 SMA/SMK swasta ini nanti gratis full. Jadi, tidak dibebankan biaya untuk sekolah. Nanti dari APBD yang akan berikan operasional kepada sekolah mitra tersebut, untuk meng-cover pembiayaan dari anak-anak tersebut," imbuhnya.

Disdik Jateng lakukan sosialisasi dua hari

kunjungan siswa SMA ke objek geowisata Geopark Nasional Jogja (geoparkjogja.jogjaprov.go.id)
kunjungan siswa SMA ke objek geowisata Geopark Nasional Jogja (geoparkjogja.jogjaprov.go.id)

Syamsudin pun membenarkan yang bisa mendaftar sekolah kemitraan swasta hanya yang masuk DTKS prioritas 1 (miskin ekstrem), 2 (sangat miskin), dan 3 (miskin). 

Adapun tahapan sosialisasasi dan optimalisasi dilakukan pada 4-6 Juli, daftar ulang pada 11 Juli, dan awal tahun ajaran baru pada 14 Juli 2025. 

"Masih ada kesempatan untuk adik-adik bisa bersekolah di sekolah mitra, yang nanti juga perlakuannya sama dengan adik-adik di sekolah negeri. Tidak akan dibebani biaya, gratis," ungkap Syamsudin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Bandot Arywono
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us