Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

WALHI: Kasus Desa Tenggelam di Jateng Salah Satu yang Tertinggi

Penjabat (Pj) Bupati Brebes, Djoko Gunawan melihat kondisi banjir di Brebes. (Dok jatengprov.go.id)
Intinya sih...
  • WALHI Jawa Tengah menemukan 109 desa tenggelam di wilayahnya, salah satu provinsi dengan kasus tertinggi.
  • Direktur WALHI Jateng menyebut lebih dari seribu desa pesisir di Indonesia tenggelam pada 2020, diprediksi akan bertambah.
  • Program media fellowship Jurnalis Peduli Pesisir diluncurkan untuk melibatkan jurnalis dan komunitas muda dalam menjaga kelestarian pesisir.

Semarang, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Tengah menemukan kurang lebih 109 desa wilayah Jawa Tengah yang tenggelam. Jawa Tengah bahkan disebut-sebut jadi salah satu provinsi dengan kasus tertinggi desa yang tenggelam. 

 

 

1. WALHI soroti proyek Tol Semarang-Demak

Tol Semarang-Demak. (Dok. Kementerian PU)

Direktur WALHI Jateng, Fahmi Bastian, menjelaskan bahwa lebih dari seribu desa pesisir di Indonesia telah tenggelam pada tahun 2020.

Pihaknya pun memprediksi ke depan akan bertambah dengan melihat kondisi desa-desa pesisir saat ini. 

Desa-desa seperti Timbulsloko, Bedono, dan Sriwulan di Demak kini telah berubah menjadi rawa-rawa atau bahkan lautan. Selain itu, proyek-proyek pembangunan seperti Tol Tanggul Laut  Semarang Demak (TTLSD), reklamasi, pembangunan kawasan industri dan penambangan pasir laut juga turut memperburuk situasi.

“Kami bukannya anti pembangunan, tapi kami melihat kebijakan pemerintah yang katanya membangun untuk menyejahterakan masyarakat dan keberlanjutan ekosistem pesisir sama sekali bertolak belakang dengan dampak yang dihasilkan," ungkap Fahmi, Jumat (24/1/2025). 

2. Krisis lingkungan semakin mendesak dan darurat

Kondisi permukiman warga yang terendam banjir di Desa Kebonharjo, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. (dok. BRI)

Lebih lanjut lagi, pihaknya mengatakan laut dan pesisir hanya dilihat sebagai komoditas yang menguntungkan investor, meminggirkan dan memiskinkan masyarakat pesisir, dan malah merusak terumbu karang tempat rumah ikan, dan menghabisi hutan-hutan mangrove yang selama ini menjadi benteng pesisirnya Jawa Tengah. 

Krisis lingkungan di pesisir Jawa Tengah semakin mendesak dan darurat. Desa-desa tenggelam, ekosistem rusak, dan mata pencaharian masyarakat terancam. Kondisi-kondisi tersebut tidak bisa dinormalisasikan hanya sebagai akibat dari dampak perubahan iklim.

Lebih dari itu harus dilihat sebagai krisis iklim yang diperparah dengan berbagai kebijakan yang tidak berpihak pada keberlanjutan pesisir, dan kemaslahatan serta keselamatan masyarakat Jawa Tengah. 

3. Karya jurnalistik yang berkualitas bisa dorong perubahan kebijakan

WALHI menginisiasi program media fellowship Jurnalis Peduli Pesisir, Selamatkan Urip Wong Jateng yang diluncurkan Jumat (24/1/2025). (IDN Times/Fariz Fardianto)

Guna mendengung kesadaran masyarakat lebih luas tentang kondisi ini, WALHI menginisiasi program media fellowship Jurnalis Peduli Pesisir, Selamatkan Urip Wong Jateng yang diluncurkan Jumat (24/1/2025). 

Program ini bertujuan untuk melibatkan para jurnalis, pers mahasiswa, hingga komunitas muda pesisir untuk mengungkap dan menyadarkan masyarakat dan pengambil kebijakan akan pentingnya menjaga kelestarian pesisir. 

Melalui karya-karya jurnalistik yang berkualitas, serta kolaborasi berbagi pengetahuan dan pemahaman dengan masyarakat pesisir, diharapkan dapat mendorong perubahan kebijakan dan tindakan nyata untuk menyelamatkan pesisir Jateng. 

Kegiatan peluncuran Media Fellowship ini didahului dengan acara diskusi publik yang menghadirkan sejumlah narasumber, termasuk pakar pesisir Hotma Uli Sidabalok dan perwakilan masyarakat dari wilayah terdampak seperti Bedono, Tambakrejo, dan Batang, yang juga menjadi desa terdampak krisis. 

Dalam sesi ini, para peserta diajak untuk memahami bagaimana kebijakan pembangunan yang tidak ramah lingkungan telah mengubah bentang alam dan kehidupan sosial budaya masyarakat pesisir Jawa Tengah.

4. WALHI tawarkan pelatihan, kunjungan dan pendampingan buat media

Banjir terjadi di Kabupaten Landak, Kalbar. (IDN Times/istimewa).

Melalui program media fellowship ini, WALHI berharap para jurnalis dapat menjadi mitra strategis dalam menyuarakan persoalan pesisir kepada publik. Program ini mencakup pelatihan, kunjungan lapangan ke wilayah terdampak, serta pendampingan untuk menghasilkan karya jurnalistik, foto esai, dan video dokumenter. Semua karya tersebut nantinya akan dikampanyekan secara kolektif dan dipamerkan untuk meningkatkan kesadaran publik.

“Kami ingin media menjadi bagian penting dalam perjuangan ini. Lewat pemberitaan yang mendalam dan berbasis data, kita bisa mengetuk kesadaran masyarakat luas dan juga mendorong pemerintah untuk mengambil kebijakan yang berpihak pada lingkungan dan masyarakat pesisir,” ungkap Fahmi.

Program ini juga akan memberikan penghargaan khusus, yaitu Jurnalis Peduli Pesisir Award kepada lima karya terbaik yang mampu memberikan dampak signifikan bagi advokasi pesisir.

“Kami percaya bahwa harapan itu masih ada. Melalui kolaborasi dengan media dan masyarakat, kita bisa memperbaiki dan memulihkan kondisi pesisir Jawa Tengah. Tidak hanya demi lingkungan, tetapi juga demi masa depan anak-anak kita di wilayah ini,” tutup Fahmi. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Bandot Arywono
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us