Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
idntimes.com
Ratusan warga desa Baseh, Banyumas geruduk kantor DPRD Banyumas minta penambangan batu di wilayahnya dihentikan, Selasa sore (9/12/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Intinya sih...

  • Kolam ikan rusak dan sawah terdampak

  • Tuntutan warga tutup tambang dan pulihkan lingkungan

  • Pengawasan sudah dilakukan sebelum ada aduan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyumas, IDN Times - Gelombang protes warga Desa Baseh, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, kembali memuncak. Ratusan warga yang tergabung dalam Musyawarah Masyarakat Baseh (MURBA) mendesak penutupan permanen tambang PT Dinar Batu Agung di Bukit Jenar seluas 9,4 Hektar.

Tuntutan itu disampaikan melalui surat sikap yang dilayangkan kepada pimpinan DPRD Banyumas pada Selasa (9/12/2025) sore. Warga menilai aktivitas tambang yang sudah beroperasi lebih dari empat tahun telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang makin parah, khususnya saat musim hujan.

Warga berharap DPRD Banyumas segera memfasilitasi audiensi resmi yang melibatkan semua pihak. Mereka menegaskan bahwa aksi ini bukan hanyq penolakan, tetapi upaya memastikan lingkungan Baseh kembali pulih dan wilayah Gunung Slamet terlindungi dari kerusakan.

1. Kolam ikan rusak dan sawah terdampak

Andi Rustono (kenakan blangkon), kordinator aksi usai audiensi dengan pemkab dan DPRD Banyumas sebut kerusakan hutan di gunung slamet sudah mengkhawatirkan, terakhir 9,4 hektar telah gunduk akibat tambang batu, Selasa sore (9/12/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Koordinator aksi, Andi Rustono, menyebut dampak kerusakan sudah dirasakan langsung oleh warga.

"Sedikitnya 19 kolam ikan warga rusak akibat sedimen dari area tambang. Airnya keruh dan mengganggu kualitas budidaya,"ujarnya kepada IDN Times.

Tidak hanya itu, sekitar 24 hektare sawah disebut mengalami penurunan produktivitas. Saluran air dipenuhi pasir dan kerikil, sementara tanah menjadi semakin tidak subur.

Lebih dari 100 kepala keluarga juga mengaku debit mata air di sekitar permukiman menurun drastis. Warga khawatir jika kondisi ini dibiarkan, desa bisa menghadapi krisis air bersih.

2. Tuntutan warga tutup tambang dan pulihkan lingkungan

Ratusan pendemo save gunung slamet berorasi dan bentangkan spanduk bertuliskan tuntutan dan kecaman, Selasa (9/12/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Melalui Presidium Gunung Slamet Menuju Taman Nasional, warga menyampaikan tiga tuntutan utama

1. Penutupan permanen tambang PT Dinar Batu Agung.

2. Normalisasi sawah, kolam, dan saluran air oleh pihak perusahaan.

3. Penghentian pencemaran debu dan material tambang yang kerap terbawa angin maupun hujan.

Warga juga meminta DPRD menghadirkan Bupati Banyumas, Dinas ESDM, DLH, Dinas Pertanian, dan Kepala Desa Baseh dalam audiensi resmi.

Mereka berharap desakan ini menjadi momentum pemulihan lingkungan sekaligus memperkuat rencana penetapan Gunung Slamet sebagai Taman Nasional.

3. Pengawasan sudah dilakukan sebelum ada aduan

Kepala dinas ESDM Banyumas Mahendra DA sebut Pemkab Banyumas sebut pengawasan sudah dilakukan sebelum ada aduan, Selasa (9/12/2025).(IDM Times/Cokie Sutrisno)

Menanggapi tekanan warga, Pemkab Banyumas menegaskan bahwa pengawasan terhadap tambang di Baseh sudah dilakukan sejak lama.

Kepala Dinas ESDM Banyumas, Mahendra DA, mengatakan pemerintah memiliki dasar hukum lengkap dalam penanganan tambang. "Tanpa adanya aduan masyarakat pun, prosedur pengawasan sudah kami jalankan," tegasnya.

Menurut Mahendra, sepanjang 2024-2025 pihaknya telah mengeluarkan Peringatan 1 dan Peringatan 2 kepada perusahaan akibat pelanggaran teknis, namun tidak diindahkan.

Ia juga menegaskan bahwa seluruh tambang di Banyumas berada di luar area yang diusulkan menjadi Taman Nasional Gunung Slamet. "Tidak ada tambang yang masuk dalam kawasan calon taman nasional,"ujarnya.

Ditambahkan Mahendra, pemkab memastikan pengawasan akan diperketat dan dialog dengan warga akan tetap dibuka.

4. Pakar Unsoed: Isu penambangan harus dibuktikan dengan tinjauan lapangan

Pakar ekologi Unsoed Purwokerto Ir. Mochammad Aziz, S.T., M.T sebut bahwa persoalan tambang harus dibuktikan dengan tinjauan lapangan, Rabu (10/12/2025).(IDN Times/Cokie Sutrisno)

Pakar ekologi dan pertambangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Ir. Mochammad Aziz, S.T., M.T, menilai bahwa keresahan masyarakat merupakan hal wajar.

Namun ia menekankan bahwa indikasi penambangan di lereng atau punggungan Gunung Slamet harus diverifikasi melalui pengecekan langsung.

Dalam analisisnya, Aziz menyebut citra Google Earth memang menunjukkan adanya area terbuka menyerupai terasering tambang di sekitar lereng baratdaya Gunung Slamet. Namun data resmi ESDM (Minerbaone dan MODI) justru tidak mencatat adanya izin perusahaan tambang di area ketinggian tersebut.

"Realita di lapangan harus dipastikan, kekhawatiran masyarakat maupun pemerintah harus diuji dengan tinjauan langsung, terutama mengingat lokasi berada di atas 1.500 mdpl dan rawan longsor,"jelasnya kepada IDN Times, Rabu (10/12/2025).

Aziz menegaskan pentingnya pengawasan ketat, regulasi reklamasi, dan mitigasi bencana untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih besar. Menurutnya, tata kelola pertambangan harus mengarah pada green sustainability mining.

Editorial Team