Ilustrasi foto udara petani memanen padi menggunakan mesin combine harvester. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
Menghadapi kompleksitas persoalan itu membutuhkan pendekatan kebijakan yang komprehensif dan terpadu. Beberapa langkah strategis perlu dipertimbangkan.
Pertama, penerapan kebijakan tata ruang yang mengatur kepadatan bangunan secara ketat. Pembangunan vertikal perlu didorong untuk mengurangi tekanan pada lahan horizontal. Kawasan-kawasan tertentu harus ditetapkan sebagai zona lindung yang tidak boleh dikonversi.
Kedua, perlindungan terhadap lahan hijau dan pertanian produktif. Mekanisme insentif dan disinsentif perlu diterapkan untuk mencegah alih fungsi lahan yang tidak terkendali. Petani yang mempertahankan lahannya perlu mendapat dukungan ekonomi yang memadai.
Ketiga, penyediaan sistem transportasi publik yang andal. Ketergantungan pada kendaraan pribadi harus dikurangi dengan menyediakan alternatif transportasi yang terjangkau, nyaman, dan terintegrasi. Hal itu bukan sekadar soal kemudahan mobilitas, melainkan juga soal keadilan akses.
Keempat, redistribusi manfaat pembangunan. Mereka yang menikmati kenaikan nilai tanah dan keuntungan dari pertumbuhan kawasan perlu berkontribusi lebih besar untuk membiayai infrastruktur dan layanan publik. Mekanisme pajak progresif dan kontribusi pembangunan perlu diterapkan secara konsisten.
Exit Tol Ungaran adalah cermin dari dilema pembangunan yang dihadapi banyak wilayah penyangga kota besar di Indonesia. Ia menawarkan peluang pertumbuhan ekonomi dan perumahan, tetapi sekaligus menimbulkan tantangan serius dalam hal tata ruang, infrastruktur, dan lingkungan.
Pilihan ada di tangan kita: membiarkan urban sprawl terus meluas tanpa kendali, atau mengambil langkah tegas untuk mengarahkan pembangunan ke jalur yang lebih berkelanjutan. Keputusan yang kita ambil hari ini akan menentukan wajah kawasan tersebut puluhan tahun ke depan.
Pertumbuhan ekonomi memang penting, tetapi tidak boleh mengorbankan keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial. Itulah keseimbangan yang harus diperjuangkan bersama.
Santi Inderawati, ST., MM., Mahasiswa Program Studi (S2) Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung Semarang, yang juga praktisi pengembang perumahan di Jawa Tengah dan aktif di organisasi DPD Himperra Jateng sebagai Wakil Sekretaris Bidang Perbankan dan CSR.