Masalah obesitas pada anak dan remaja dilihat dari tren yang terus meningkat, faktor-faktor penyebab, serta dampak kesehatan dan ekonominya. (IDN Times/bt/Adriyan Pramono)
Kelebihan berat badan dan obesitas pada masa kanak-kanak dan remaja meningkatkan risiko terjadinya berbagai komplikasi kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun di kemudian hari. Kelebihan berat badan dan obesitas berdampak pada kesehatan jasmani seperti gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 (T2D), resistensi insulin, dan sindrom metabolik. Pada jurnal Circulation tahun 2021 yang memuat pernyataan ilmiah dari asosiasi jantung America Serikat tentang obesitas dan penyakit kardiovaskular, menyebutkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko independen terhadap faktor risiko lain pada penyakit Kardiovaskular seperti hipertensi, dislipidemia, dan aterosklerosis dimulai pada masa anak-anak. Kemudian, Metabolic-Associated Fatty Liver Disease (MAFLD) yang semakin meningkat di kalangan anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.
Masalah Kesehatan lain yang diakibatkan oleh kelebihan berat badan dan obesitas yaitu sleep apnea atau gangguan tidur, asma, dan kesulitan bernapas. Masalah Muskuloskeletal juga dapat muncul akibat obesitas seperti peningkatan risiko nyeri sendi, osteoartritis, dan patah tulang akibat kelebihan berat badan. Secara kolektif, masalah Kesehatan fisik akibat kelebihan berat badan dan obesitas sudah terbukti dan tren nya akan terus meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi obesitas anak-anak dan remaja yang tidak ditangani.
Selain mengalami masalah kesehatan fisik, kelebihan berat badan dan obesitas pada anak dan remaja juga mempunyai konsekuensi psikologis dan sosial. Masalah psikologis yang dapat terjadi sebagai akibat dari kelebihan berat badan dan obesitas pada anak dan remaja diantaranya meningkatnya risiko depresi, kecemasan, dan penilaian kepercayaan/citra diri yang rendah. Pada sisi yang lain, anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas menghadapi stigma, yang dapat berakibat pada pengucilan sosial. Dan pada akhirnya, akumulasi masalah kesehatan fisik dan psikososial, dapat meningkatkan risiko kualitas hidup yang lebih rendah pada anak-anak dan remaja obesitas dibandingkan mereka yang tidak mengalami obesitas.
Lebih daripada masalah Kesehatan fisik dan psikososial, beban ekonomi akibat kelebihan berat badan dan obesitas mempengaruhi biaya perawatan kesehatan, produktivitas, dan pengeluaran masyarakat. Apabila ditinjau dari biaya langsung (Direct Cost), pada anak-anak dan remaja dengan kelebihan berat badan dan obesitas yang mengalami obesitas memerlukan pelayanan kesehatan yang lebih sering, termasuk kunjungan ke rumah sakit, pengobatan, dan perawatan. Sebuah systematic review yang terbit di jurnal Obesity Reviews pada tahun 2018 menyebutkan bahwa rata-rata total biaya kesehatan dan kehilangan produktivitas seumur hidup untuk anak atau remaja dengan permasalahan kesehatan ini adalah Rp2.486.744.998 (kisaran, Rp2.156.830.650 hingga Rp2.981.884.945) untuk anak laki-laki dan Rp2.469.665.320 (kisaran, Rp2.276.141.920 hingga Rp2.897.530.330) untuk anak perempuan. Angka ini dibagi menjadi rata-rata Rp270.413.150 (kisaran, Rp109.670.500 hingga Rp596.741.750) untuk biaya perawatan kesehatan dan Rp2.216.331.825 (kisaran, Rp2.047.149.750 hingga Rp2.385.143.025) untuk kerugian akibat penurunan produktivitas pada anak laki-laki dan Rp327.250.200 (kisaran, Rp133.566.800 hingga Rp754.583.025) dan Rp2.142.415.000 untuk penurunan produktivitas pada anak perempuan.
Penurunan produktivitas yang berdampak pada kehilangan pendapatan juga dapat dianggap sebagai dampak ekonomi tidak langsung (Indirect Economic Cost). Perlu ditekankan disini, bahwa kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan remaja yang tidak ditangani sedini mungkin, sering kali berlanjut hingga dewasa, sehingga menyebabkan biaya pengelolaan penyakit kronis. Berdasarkan publikasi di jurnal yang sama (Obesity Reviews, 2018), didapatkan proporsionalitas antara status obesitas digambarkan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan biaya, dimana semakin meningkat IMT, biaya kesehatan yang dikeluarkan meningkat secara proporsional. Kehilangan biaya produktivitas dan besarnya pengeluaran biaya perawatan kesehatan semakin akan meningkatkan beban ekonomi langsung maupun tidak langsung yang dialami.
Dari perspektif ekonomi makro, uraian diatas selaras dengan laporan WHO (2018), di Asia Tenggara, negara-negara dengan tingkat kelebihan berat badan dan obesitas yang tinggi menghadapi peningkatan pengeluaran layanan kesehatan hingga 91 persen dan hilangnya produktivitas hingga 26 persen. Pada faktanya, meningkatnya angka obesitas menimbulkan beban finansial pada sistem layanan kesehatan karena meningkatnya beban penyakit tidak menular (PTM) yang terkait dengan kelebihan berat badan dan obesitas.