Seorang pria melayani permintaan dua wisawatan yang akan memakai Wifi. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)
Ketua Pengelola Wisata Kalitalang, Jainu, mengklaim sebelum ada internet, pengunjung dari anak muda sering batal berbelanja di warung atau membeli tiket karena tidak tersedia pembayaran nontunai atau QRIS.
"Anak-anak muda sekarang datang hanya membawa HP. Begitu ditanya bisa bayar QRIS atau tidak, kalau penjelasannya tidak bisa, mereka langsung pergi. Setelah ada Wi-Fi, kondisinya berubah," akunya.
Data pengelola mencatat, jumlah kunjungan pada 2024 sekitar 59.000 wisatawan. Namun, sejak dipasang internet pada 2025, data kunjungan hingga September 2025 jumlah sudah menembus 125.000 orang. Rata-rata kunjungan harian pada hari kerja 200–300 orang, sementara akhir pekan bisa mencapai 1.500–1.700 orang.
“Wisatawan betah lebih lama, mampir ke warung, tambah kopi, tambah makan. Dampaknya terasa sekali bagi warga,” kata Jainu.
Selain mendukung transaksi digital, internet juga membantu pengelolaan wisata di kawasan rawan bencana Merapi. Melalui jaringan Wifi, pengelola maupun masyarakat dapat mengakses informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang diperbarui tiap enam jam.
“Kalau ada kondisi darurat, kami bisa cepat menginformasikan kepada pengunjung,” ujarnya.
Intan Amalia, wisatawan asal Gunungkidul, DIY. Menurutnya, keberadaan internet gratis membuat komunikasi dengan teman lebih mudah saat berkunjung.
"Sebelumnya, kalau janji sama teman sering susah, karena penyedia sinyal tidak masuk ke sini. Sekarang ada Wifi, jadi mudah hubungi teman. Pernah juga lucu, saya janji sama teman baru tapi enggak tahu mukanya, sinyal enggak ada. Setelah ada Wifi, akhirnya bisa saling kirim foto dan ketemu," tutur Intan.