Dear Gen Z! Begini Caranya jadi Petani yang Asyik dan Berkantong Tebal

- Pemanfaatan teknologi pertanian mulai digalakkan di Jawa Tengah
- Pameran pertanian di Undip menampilkan inovasi produk sarana petani Zilenial
- Rektor Undip mendorong lulusan untuk menjadi petani dengan memanfaatkan teknologi terkini
Semarang, IDN Times - Sejumlah anak muda kalangan Gen Z sedang didorong untuk menggeluti dunia pertanian untuk mencetak lapangan kerja yang baru. Pemprov Jawa Tengah juga menjanjikan akan memberikan program bagi 300 petani Gen Z atau Zilenial agar mereka tertarik mendayagunakan kemampuannya dalam menghasilkan produk pertanian yang unggul.
Kabid Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jawa Tengah, Sri Broto Rini menuturkan, pemanfaatan teknologi bisa dilakukan para petani Zilenial untuk meningkatkan kualitas produk dan bekerja lebih efisien di lahan pertanian.
"Sekarang sudah terprogramkan bagi 300 petani Zilenial untuk bisa bergerak di bidang pertanian dan peternakan dari hulu sampai hilir. Ini pasti sangat relevan dengan misi pak gubernur. Artinya anak muda dididik jadi petani dengan kepastian hasil. Kalau sekarang pertanian dapat dikelola dengan baik, ya setidaknya tingkat efisiennya bisa melebihi 50 persen," ungkap Rini kepada IDN Times, Jumat (18/7/2025).
1. Pemanfaatan teknologi mulai digalakan di Jateng

Pihaknya pun menyebut bahwa dalam jangka dua tahun terakhir pihak swasta dan BUMN di Jawa Tengah mulai mengadakan peralatan teknologi pertanian guna menunjang kegiatan para petani di sawah.
Teknologi yang muncul di sawah mulai cold storage, rifer container hingga drone pertanian.
Dengan memanfaatkan rifer container, katanya maka biaya produksi bisa dipangkas hingga beberapa persen. Sementara untuk drone pertanian dapat dioperasikan untuk memperluas area penyemprotan pupuk sekaligus membasmi hama wereng.
"Pemanfaatan teknologi untuk pertanian belum cukup banyak tetapi sudah mulai dilakukan pengadaan dua tahun terakhir. Mulai cold storage oleh pihak swasta sudah mengelola teknologi pangan ini bersama koperasi dan BUMN. Kemudian untuk pengoperasian rifer container ini bisa memangkas biaya produksi dalam sehari. Maka ini benar-benar bisa menjaga kualitas," urainya.
"Drone pertanian juga jadi pengganti tenaga kerja untuk nyempeot pupuk dan menyiram tanaman padi. Jadi bisa ubah brand kalau tidak melulu jadi petani itu rekoso," tuturnya.
2. Pameran pertanian digelar tiga hari di Undip

Dalam pameran teknologi pertanian di Muladi Dome Undip bertajuk Indonesia Agriculture Machinery, Accessories & Tools pun juga diperlihatkan ragam inovasi produk sarana yang bisa dipakai para petani Zilenial.
Sejumlah asosiasi industri yang terlibat seperti Asosiasi Perusahaan Alat & Mesin Pertanian Indonesia, Perempuan Tani HKTI, PPLI Cold Chain, Petani Muda Klaten, dan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya. Kemudian, teknologi yang muncul di lokasi pameran mulai mesin pendingin produk pertanian, drone milik PT Terradrone dan Bandung Mekatronika, dan Mekari dengan platform digital.
"Kami merasa terhormat membawa Agrimat dan Jateng Cold Chain Expo ke Jawa Tengah, sebuah wilayah dengan potensi besar dalam memodernisasi pertanian dan mengoptimalkan efisiensi rantai dingin," kata Project Manager PT Wahana Kemala Makmur Nely, selaku penyelenggara.
Bandung Mekatronika pamerkan drone teranyar

Sales Manager Bandung Mekatronika Teknologi, Rukmana bilang drone produk terbarunya diproduksi tahun 2024 kemarin dengan kapasitas angkut pestisida sebanyak 10 liter.
Pihaknya sudah berulang kali menguji coba drone di lahan tebu dan sejumlah sawah karena punya keunggulan dalam memetakan area penyemprotan lahan sampai seluas 10 hektare. "Drone terbaru kami pastikan harganya antara Rp100 juta sampai Rp150 juta. Sudah beberapa kali kami coba di lahan tebu juga di sawah, cukup efektif untuk mengurangi pekerjaan yang melelahkan di pertanian," ungkapnya.
Undip dorong petani manfaatkan IoT

Rektor Undip Prof Suharnomo pun mendorong para lulusan kampus yang untuk menjadi petani dengan mengombinasikan teknologi termutakhir.
"Sekarang ini masalahnya, orang-orang suka kuliah di tempat wangi-wangi. Yang bersih bersih, glowing. Tapi saat ini pertanian sudah pakai IoT (Internet of Things). Jadi sekarang jadi mahasiswa peternakan musti buktikan kalau jadi petani sangat menyenangkan. Karena pakai IoT, sekarang jadi petani millennial bisa jadi kenyataan," ungkapnya.
Tak cuma itu saja, pihaknya menyarankan kepada pelaju industri untuk transfer pengetahuan teknologi supaya digunakan lulusan Undip dengan tepat guna. Salah satunya menggandeng jurusan teknik mesin dan pertanian dengan mengajari cara memanfaatkan teknologi terbaru.
"Biar dari teknik mesin dan pertanian bisa menunjukkan kalau di pertanian bisa modern dengan teknologi yang bagus. Sehingga, Undip bisa menunjukan bahwa bidang pertanian jadi gaya hidup. Karena petani zaman sekarang bisa tampil dendy. Semoga mahasiswa kita tertarik bergelut di sektor pertanian," ujar guru besar ekonomi dari FEB tersebut.