TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenang dr Kariadi, Dokter Kreatif Tembus Hutan Papua Teliti Wabah 

Pahlawan pertempuran lima hari bisa jadi inspirasi nih guys

Dr Kariadi. Dok Beritajateng.net

Semarang, IDN Times - Bicara peristiwa pertempuran lima hari di Semarang memang tak bisa dilepaskan dari sosok dokter Kariadi. Tokoh pejuang yang wafat di usia 40 tahun itu rupanya meninggalkan ragam kisah menarik yang tak banyak diketahui masyarakat.

Satu hal yang patut diingat oleh generasi Millennial mengenai sosok dokter Kariadi yang terkenal gigih sekaligus kreatif saat turut serta memperjuangkan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia.

Baca Juga: Dokter Kariadi Diusulkan Pahlawan, Agar Peran Dokter Tak Terabaikan

1. Dokter Kariadi kerap pindah tugas usai lulus sekolah kedokteran

Ilustrasi dokter menggunakan masker (Unsplash.com/Ashkan Forouzani)

Komunitas Masyarakat Sejarawan Jawa Tengah mencatat bahwa dokter Kariadi semasa hidupnya kerap berpindah tugas. Itu ia lakukan selepas lulus dari sekolah kedokteran di Surabaya. 

Dari berbagai literasi yang didapat IDN Times, sekolah kedokteran yang dimaksud adalah Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS). Dokter Kariadi dinyatakan lulus dari sana tahun 1931.

"Jadi, gak hanya Pertempuran Lima Hari yang identik dengan perjuangan dokter Kariadi. Sebenarnya sepanjang hayatnya Kariadi terkenal gigih sekali saat memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia. Dia berjuang tanpa pamrih buat kepentingan bangsa dan negara. Itu dia tunjukan ketika dia dipindah tugaskan ke berbagai daerah," kata Prof Wasino, Ketua Masyarakat Sejarawan Jawa Tengah ketika berbincang dengan IDN Times, Rabu (5/8/2020).

2. Dokter Kariadi rupanya pernah menembus Papua

instagram

Jauh sebelum dokter Kariadi gugur saat memeriksa tandon air Siranda pada Oktober 1945, ia juga sempat bertugas di Malang, Martapura hingga Papua. Dengan daya jelajahnya yang tinggi, sang dokter mampu menembus hutan belantara di Papua.

Perjuangan dokter Kariadi itu dilakukan selama masa pendudukan tentara Jepang. "Itu bisa bayangkan di zaman pendudukan Jepang, dia bisa menjangkau Papua. Dalam perpindahan kerja itulah, Kariadi tidak pernah menyerah dengan keterbatasan fasilitas yang ada," ujar Guru Besar Sejarah Universitas Semarang (Unnes) itu.

3. Dokter Kariadi juga teliti malaria yang jadi wabah di Tanah Papua

Freepic/ashophoto

Di Bumi Cendrrawasih, dokter Kariadi kala itu menemukan masyarakat mayoritas menderita penyakit malaria. Sebagai dokter, instingnya pun berjalan. Ia berupaya mengobati penderita malaria dengan mengambil sampel darahnya.

Dengan kondisi serba terbatas, dokter Kariadi meneliti virus malaria. "Pas harus cek virusnya, hebatnya lagi dia hanya pakai mikroskop yang Dokter Kariadi juga teliti malaria yang jadi wabah di Tanah Papua sederhana. Dan dia gunakan juga minyak emerson. Waktu itu di Papua masih jadi barang langka. Dia lalu mencari tumbuh-tumbuhan yang bisa dipakai sebagai pengganti minyak emerson," bebernya.

Ketika itu dokter Kariadi telah mempertajam penelitian bahwa kandungan minyak yang serupa dengan emerson bisa dipakai untuk memperbesar lensa mikroskop. 

4. Dokter Kariadi sosok kreatif yang turut berjuang melawan pendudukan Jepang

Wasino Guru Besar Sejarah Unnes. Dok Pribadi

Menurut Wasino, itu jadi kerja kreatif yang dilakukan Kariadi sebagai seorang dokter sekaligus peneliti. Baginya perjuangan yang didukung kreatifitas inilah yang mestinya ditiru oleh para Millennial selama masa pandemik COVID-19.

"Karena di zaman sekarang jarang ada dokter yang mampu menemukan media untuk memecahkan persoalan sementara. Apalagi saat ini kan lagi eranya COVID-19. Dan ketokohan dokter Kariadi bisa jadi panutan bagi kalangan dokter lainnya," terangnya.

"Dokter Kariadi bisa menunjukan pindah tempat dan tetap bekerja dengan baik. Itu dia lakukan sebelum umur 40 tahun," imbuhnya.

Saat menjelang akhir hayatnya, dokter Kariadi sempat bertugas di RS Purusera. Rumah sakit yang terletak di Jalan Dr Sutomo Kalisari, Semarang itu kini telah berubah nama dengan mengabadikan nama dokter Kariadi.

Baca Juga: Tragis! Positif Corona, Dokter RS Kariadi Semarang Dapat Stigma Sosial

Berita Terkini Lainnya