Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di Semarang

Gedung eks SI salah satu peninggalan Tan Malaka

Semarang, IDN Times - Pilar-pilar penyangga atap bangunan itu masih berdiri kokoh. Atap bangunan berlapis dua yang menjorok ke bawah membuat gedung bekas markas Sarekat Islam (SI) jadi gampang dikenali ketimbang rumah warga di Kampung Gedong, Kelurahan Sarirejo, Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang. 

Hari Rabu (19/8/2020), IDN Times mengunjungi gedung bekas markas SI di kampung tersebut. Tapi kondisinya kosong melompong. Seorang warga setempat mengaku gedung itu sempat digunakan untuk beragam kegiatan dari masyarakat sekitar.

"Kalau sekarang sudah kosong. Yang jaga juga sudah gak ada lagi," kata perempuan yang tinggal di depan gedung eks markas SI tersebut. 

Di halaman gedung tersebut, masih terpasang papan nama bertuliskan Yayasan Yabami lengkap dengan akta pendirian lembaganya. 

1. Warga NU dan Muhammadiyah menyelamatkan gedung eks SI dari pembakaran tahun 1965

Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di SemarangLambang NU (Dok. NU Online)

Pemerhati sejarah di Kota Semarang, Yunantyo Adi Setyawan mengatakan Yayasan Yabami merupakan pengelola gedung eks markas SI di Kampung Gedong. Pengurus Yabami berasal dari orang NU dan Muhammadiyah yang dulunya berusaha menyelamatkan gedung tersebut dari amukan massa. 

"Ketika peristiwa 65 muncul, sekelompok orang yang tahu bahwa gedung itu pernah dipakai oleh ormas SOBSI berusaha membakarnya. Kejadian itu dapat dicegah sama warga setempat. Mereka khawatir kalau gedungnya dibakar, rumahnya ikutan terbakar. Maka diselamatkanlah gedung itu. Warga membentuk Yayasan Yabami dan mengelola gedungnya sampai sekarang," kata Yunantyo kepada IDN Times. 

Baca Juga: Biografi Tan Malaka, 23 Kali Pakai Nama Samaran

2. Berawal saat Tan Malaka bermukim di Semarang tahun 1921

Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di SemarangIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Jauh sebelum peristiwa 65 bergejolak, sejatinya Tan Malaka lah yang berjasa membangun gedung eks markas SI tersebut. Tan datang ke Semarang tahun 1921 setelah bertahun-tahun lamanya bersekolah di Eropa. 

Tan Malaka bisa bersekolah ke dataran Eropa berkat politik etik alias politik balas budi yang berkembang luas saat itu.

"Jadinya, sebelum Tan datang ke Semarang tahun 1921, dia sempat kerja di perkebunan di Deli. Terus sebelumnya juga kerja dan sekolah di Belanda. Mengingat kecerdasannya melebihi orang Eropa, maka orang Eropa memberi kesempatan dia bisa sekolah ke sana," terangnya. 

3. Tan Malaka bikin sekolah watak untuk menempa mental anak-anak republik menuju kemerdekaan

Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di SemarangGedung eks SI peninggalan Tan Malaka ini berada di Kampung Gedong, Sarirejo Semarang. Fariz Fardianto/IDN Times

Saat menetap di Semarang, lanjutnya Tan Malaka mendirikan sebuah gedung untuk dipakai sebagai sekolah Sarekat Islam. Selama dua tahun, Tan mengumpulkan anak-anak kampung untuk dididik supaya kelak siap mengobarkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. 

"Keberadaan sekolah itu sudah dirancang untuk menyiapkan kader pro kemerdekaan," kata Yunantyo lagi. 

Saban hari Tan mengajari para siswanya belajar baca tulis hingga berhitung. Namun, pembelajaran yang kental waktu itu mengenai membentuk watak anak-anak menjadi pejuang kemerdekaan. Model pembelajarannya, pagi siang mereka belajar pembentukan watak dan baca tulis. Sedangkan sorenya membantu orangtua bekerja.

"Pendidikan watak tujuannya untuk menyiapkan mental siswanya saat dewasa," jelasnya.

4. Tan Malaka diketahui juga memobilisasi pemogokan buruh sebagai rasa solidaritas

Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di SemarangIlustrasi buruh (IndoIndians.com)

Meski begitu, dalam perjalanannya Tan Malaka lalu getol beraktivitas di dunia politik. Di Semarang, Tan sering datang rapat dengan pengurus SI pimpinan HOS Tjokroaminoto ke Jawa Timur. Seringnya melihat pengurus SI yang cekcok karena pengurusnya yang menjabat di beberapa organisasi, Tan pun mendorong kepada Tjokroaminoto untuk menggalang persatuan.

Selama dua tahun tinggal di Semarang, Tan juga diketahui telah memobilisasi buruh untuk melakukan pemogokan. Aksi itu ia lakukan bersama orang Belanda yang jadi teman akrabnya.

Beberapa orang sosialis Eropa kemudian juga turut terlibat bersama Tan untuk membantu gerakan kemerdekaan di Semarang pada 1922. Usia Tan waktu itu masih sangat muda. "Sekitar 20 tahunan," ujar Yunantyo. 

"Pemogokan buruh yang dilakukan Tan sebenarnya wujud solidaritas dari aksi yang dilakukan buruh Pegadaian di Yogyakarta. Efeknya, Tan lalu dibuang di Eropa. Tan berkelana ke Rusia, Filipina, Malaya. Dan tahun 1924 dia bikin buku propaganda judulnya Menuju Republik Indonesia," tambahnya. 

5. Gedung eks SI jadi peninggalan Tan Malaka yang bisa dijumpai sampai sekarang

Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di SemarangPilar bangunan masih kokoh menopang Gedung eks SI yang berusia ratusan tahun. Fariz Fardianto/IDN Times

Yunantyo bilang sejauh ini baru gedung eks markas SI di Kampung Gedong jadi satu-satunya peninggalan Tan Malaka yang masih bisa ditemui di Semarang. "Saat dia pulang ke Indonesia tahun 1944 dan berpergian ke Batavia, Jateng dan Jatim, jejak persinggahannya belum ditemukan lagi. Yang ada baru di Semarang. Terus makamnya ditemukan Harry Pozze, rumahnya HOS sudah jadi cagar budaya di Jatim," jelasnya. 

Di dalam gedung tersebut, kayu-kayunya masih asli. Tegel yang berukir tulisan SI masih dipertahankan sampai sekarang. Yunantyo berujar sebuah podium yang dipakai Bung Karno untuk berpidato kemerdekaan tahun 1930 pun masih utuh dan tersimpan di gedung dengan baik. 

Baca Juga: Kisah Tan Malaka, Hidup Membujang dan Sibuk Mengejar Kemerdekaan RI

6. Pemkot Semarang diharapkan bisa membeli gedung eks SI untuk dijadikan aset negara

Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di SemarangGedung eks SI peninggalan Tan Malaka masih berdiri tegak di Semarang. Fariz Fardianto/IDN Times

Ia mengaku keberadaan gedung eks markas SI banyak menyimpan memori sejarah. Termasuk pernah dipakai untuk Jumatan oleh warga kampung. 

"Podium yang digunakan Bung Karno, ternyata sempat dipakai mimbar sama warga kampung di sana. Memang sangat lengkap sejarahnya di sana. Terutama ketika dipakai sebagai markas oleh Syahrir, Mr Sartono, Ali Sastro, Bung Karno selama pergolakan kemerdekaan. Pas Jepang datang gedungnya ditutup. Terus pas pertempuran lima hari meletus, gedungnya dimanfaatkan sebagai pos PMI," paparnya.

Tatkala Moch Ichsan meraih kedudukan sebagai Wali Kota Semarang yang pertama tahun 1946, gedung eks markas SI difungsikan sebagai kantor dinasnya. 

Menurutnya puncaknya pada 1955, PKI yang menang pemilu di Semarang, memakai gedung eks SI untuk markas organ-organ buruhnya macam SOBSI.

"Makanya, di era sekarang, kita berharap supaya gedung eks SI itu dibeli sama Pemkot. Kalau gedungnya jadi milik negara kan bisa difungsikan untuk kepentingan sejarah atau kegiatan masyarakat Semarang. Semoga saja itu bisa segera terwujud," cetusnya.

7. Gedung eks SI sudah beberapa kali dipugar. Bangunannya mirip stasiun KA

Jejak Panjang Sekolah Watak Bentukan Tan Malaka di SemarangPenampakan ruangan Gedung eks SI yang masih dijaga keasliannya. Fariz Fardianto/IDN Times

Sedangkan, dinukil dari laman resmi kebudayaan.kemendikbud.go.id, diketahui bahwa gedung eks markas SI di Kampung Gedong telah direnovasi pada beberapa bagiannya. 

Pemugaran meliputi perbaikan, penggantian pada komponen bangunan yang mengalami kerusakan serta mengembalikan ke bentuk aslinya terutama pada bagian façade.

Secara astronomi gedungnya terletak pada koordinat UTM 49 M 437406.00 E 9227997.00 S. Gaya bangunannya bersahaja dan fungsional sesuai kondisi dan capaian teknologi pada awal abad ke-20. Bentuk bangunannya mirip dengan bangunan stasiun kereta api yang dibangun pada masa tersebut. 

Baca Juga: Tan Malaka, Seorang Guru yang Jadi Oposisi Pemerintah Soekarno

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya