Kenali Anomali Cuaca, Petani Jateng Diajari Mitigasi Perubahan Iklim

Para petani masih pakai pranata mangsa

Semarang, IDN Times - Para petani di Jawa Tengah diberi peningkatan pemahaman mengenai sistem mitigasi perubahan iklim agar nantinya dapat mengenali anomali cuaca yang sering berubah menjadi ekstrem. Pembekalan bagi para petani itu dilakukan oleh tim Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang bersama Dinas Pertanian setempat.

1. Para petani selama ini kerap mengandalkan ilmu pranata mangsa

Kenali Anomali Cuaca, Petani Jateng Diajari Mitigasi Perubahan IklimIlustrasi (IDN Times/Rochmanudin)

Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kota Semarang, Ari Patria Wijanarko mengungkapkan selama ini sejumlah petani masih terbiasa mengandalkan penanggalan kalender Jawa dan pranata mangsa untuk mendeteksi perubahan cuaca yang terjadi di daerahnya.

Menurutnya Kota Semarang mestinya perlu meningkatkan kualitas hasil pertaniannya. "Dan para petani saat ini sangat memerlukan informasi dari BMKG untuk melengkapi pengetahuannya terutama yang belum memanfaatkan informasi iklim," ujar Aria, Senin (21/9/2020).

Baca Juga: Cuaca dan Iklim Ekstrem Melonjak, BMKG Gelar Sekolah Lapang Nasional

2. BMKG tegaskan harus terapkan protokol kesehatan saat beri pembekalan bagi petani

Kenali Anomali Cuaca, Petani Jateng Diajari Mitigasi Perubahan IklimPetugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memeriksa alat ukur penguapan (Open Pan Evaporimeter) di Laboratorium BMKG Serang, Banten (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Sedangkan, menurut perwakilan Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG, M Agung Fauzi, di tengah masa pandemik COVID-19, sekolah lapang iklim (SLI) harus terus digencarkan sembari menerapkan standar protokol sesuai aktivitas kebiasaan baru. 

Dalam kegiatan SLI tahun ini, pihaknya mengumpulkan tiga petugas PPL dan POPT serta 17 perwakilan dari Gapoktan. 

Selama pandemik, lanjutnya program SLI yang diberikan melalui proses jarak jauh. Pihaknya memakai video visual dan jugamemanfaatkan media komunikasi whatsapp group supaya lebih interaktif.

"Kita berikan pembekalan pengetahuan saat SLI di Gunungpati. Mulai dari mengenalkan alat-alat pengukur hujan, pemahaman informasi seputar perubahan iklim, dan juga mengajari kelompok petani mengenai perubahan iklim yang ekstrem sekaligus antisipasi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklimnya," ungkapnya dalam keterangan yang didapat IDN Times.

3. Petani diharapkan bisa kurangi hambatan akibat efek perubahan cuaca

Kenali Anomali Cuaca, Petani Jateng Diajari Mitigasi Perubahan Iklimpixabay.com

Ia berharap ke depan para petani mampu memahami serta mengaplikasikan dalam kegiatan budidaya pertanian dengan mengurangi hambatan yang muncul akibat dampak iklim dan musim yang bervariasi.

Baca Juga: Puncak Kemarau, 41 Waduk di Jateng Menyusut, Bahkan Ada yang Kosong

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya