Wongsonegoro, Mantan Waperdam yang Jadi Pelopor Ilmu Kebatinan

Wongsonegoro diabadikan jadi nama RS di Semarang

Semarang, IDN Times - Lahir di Solo pada 20 April 1897 silam, Wongsonegoro sejatinya merupakan putra dari seorang abdi dalem Raja Sri Susuhunan Pakubuwono X. Ayahandanya bernama R.Ng Gitodiprojo, sedangkan ibundanya RA Soenartinah.

1. Wongsonegoro punya nama kecil RM Soenardi. Mengenyam pendidikan dari TK Belanda sampai sekolah tinggi hukum

Wongsonegoro, Mantan Waperdam yang Jadi Pelopor Ilmu KebatinanPatung KRMT Wongsonegoro. Dok Instagram RSWS Wongsonegoro

Wongsonegoro yang masa kecilnya punya nama RM Soenardi sudah ditempa dengan adat istiadat, norma budaya dan nilai kebangsawanan Jawa. Dari laman 7jiwanusantara.com, Wongsonegoro dikisahkan mengenyam pendidikannya dari Taman kanak-kanak Belanda atau Frobel School. 

Pendidikannya berlanjut ke jenjang Europeeshe Lagere School, atau sekolah dasar. Dan terus menapaki pendidikan di MULO, sekolah menengah hukum di Rechts School Batavia. 

Tahun 1924, mendapat tugas dari Pemerintahan Kasunanan di Sekolah Tinggi Hukum (Recths Hooge School) hingga bergelar Meester in de rechten alias Mr. 

Baca Juga: APD Terbatas, RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang Sediakan Bilik Uji Swab 

2. Wongsonegoro pernah jadi Mendagri, Menteri Kehakiman dan Waperdam

Wongsonegoro, Mantan Waperdam yang Jadi Pelopor Ilmu KebatinanIlustrasi Persidangan (IDN Times/Mardya Shakti)

Selepas sekolah, Wongsonegoro memutuskan kerja di Pengadilan Negeri (Landraad) Surakarta. Karirnya berlanjut di kantor kepatihan dengan pangkat Panewu, kemudian menjadi jaksa hingga aktif di organisasi Budi Utomo dan Jong Java Solo.

Karir bergengsi pernah diraih Wongsonegoro tatkala menjadi Bupati Sragen, Residen Semarang, dan Gubenur Jawa Tengah yang kedua. 

Tak cuma itu saja, ketika Kabinet Hatta II terbentuk, Wongsonegoro didampuk sebagai Mendagri. Bahkan di Kabinet Natsir, Wongsonegoro jadi Menteri Kehakiman, di Kabinet Sukiman-Suwiryo, dia jadi Menteri Pendidikan dan Pengajaran dan puncaknya saat Kabinet Ali Wongso terbentuk, dia duduk sebagai Wakil Perdana Menteri (Waperdam). 

3. Wongsonegoro sudah terbiasa melakukan laku kebhatinan dan tirakat

Wongsonegoro, Mantan Waperdam yang Jadi Pelopor Ilmu Kebatinanunplash/Ksenia Makagonova

Berdasarkan laman 7jiwanusantara.com, bila dilihat dari spriritualitasnya, Wongsonegoro menaruh perhatian pada aliran kebathinan atau kini dikenal sebagai Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Olah bathin, tirakat dan laku spiritual lainnya sudah akrab dengan kehidupan Wongsonegoro sejak kecil. Buah pemikirannya terhadap Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa lantas diwujudkan dalam usulannya di Pasal 29 ayat ( 2 ) UUD 1945, dimana di sana ditambahkan kata-kata “ dan kepercayaannya” diantara kata-kata agamanya masing-masing.

Bukti lainnya tercatat dalam acara Kongres Kebathinan yang pertama di Semarang tahun 1955. Waktu itu dibentuk Badan Kongres Kebathinan Indonesia atau BKKI dan Wongsonegoro dipercaya sebagai Ketua Umum. Dan Kongres yang ke II berhasil dirumuskan arti Kebhatinan. “ Kebathinan ialah sumber Azas dan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk Mencapai Budi Luhur, guna Kesempurnaan Hidup”.

Wongsonegoro juga aktif dalam bidang sosial, tata pemerintahan, kebudayaan. Atas jasanya, Aliran Kebathinan dapat dimasukan dalam GBHN.

Sebagai pribadi yang berlatar belakang aliran kebathianan, Mr Wongsonegoro dalam kehidupan seharinya senantiasa menunjukan perilaku yang sangat baik, seperti mengutamakan kesederhanaan, keselarasan, kejujuran patriotisme, displin dan sangat religius.

4. Wongsonegoro wafat di usia 81 tahun. Dia dimakamkan di Astana Kandaran

Wongsonegoro, Mantan Waperdam yang Jadi Pelopor Ilmu KebatinanIlustrasi TPU (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Wongsonegoro diketahui wafat di usia 81 tahun. Atau tepatnya 4 Maret 1978 dimakamkan di pekuburan keluarga Astana Kandaran, Sukoharjo, Jawa Tengah. 

Di lokasi makamnya pula terdapat guratan tulisan Janma Luwih Hambuka Tunggal. Yang berarti orang yang mempunyai kemampuan lebih akan selalu mendekatkan diri dengan sang Pencipta. Disana tertulis pula Haruming Sabda Haruming Budi. Yang berarti orang yang selalu bertutur kata baik dalam arti yang benar, mengambarkan pribadi orang yang berbudi Luhur.

5. Wongsonegoro dapat banyak penghargaan dari pemerintah Indonesia

Wongsonegoro, Mantan Waperdam yang Jadi Pelopor Ilmu KebatinanIstimewa

Sejumlah penghargaan diberikan pemerintah Indonesia kepada Wongsonegoro yakni Bintang Gerilya, Perintis Kemerdekaan, Satya Lencana Kemerdekaan I & II, Bintang Bhayangkara untuk kemajuan dan pembangunan Kepolisian, Pembinaan Olah Raga Pencak Silat, dan Satya Lencana Kebudayaan.

Semasa hidupnya, Wongsonegoro memiliki seorang istri bernama B.RA Soewarni dengan tujuh anak. Masing-masing RA Soenarni Notoprojo, RA Soenarsi Hardjopranoto, RM Soenarso Wongsonegoro, RA Sri Danarti Koessoehadi, RA Endang Soetanti Soebagio, RM Tripomo Wongsonegoro, dan RM Joko Soedibjo.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Dua Obat ini Berhasil Sembuhkan Pasien Virus Corona di RS Wongsonegoro

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya