Sepak Takraw Indonesia Harus Puas Dapat Perak, Kalah dari Thailand

Kalah dua set langsung

Semarang, IDN Times - Pertandingan final sepak takraw antara Indonesia melawan Thailand pada ajang ASEAN School Games (ASG) XI 2019 hari ini, Minggu (21/7), berakhir anti-klimaks.

Bertempat di Sport Hall Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, atlet sepak takraw tuan rumah harus mengakui keunggulan Thailand dengan dua set langsung.

1. Pertahanan Thailan

Sepak Takraw Indonesia Harus Puas Dapat Perak, Kalah dari ThailandIDN Times/Fariz Fardianto

Setelah bermain dua set, Indonesia harus mengakui keunggulan tim negara Gajah Putih dengan skor akhir 22-20 dan 21-16. Thailand berhak mendapat emas, sedangkan Indonesia harus puas meraih perak. Sementara medali perunggu diraih Laos dan Malaysia.

Manajer Tim Sepak Takraw Indonesia, Sugeng Syamsul Arifin mengakui keunggulan Thailand karena selama ini dikenal tangguh dan lebih berpengalaman ketimbang anak asuhnya.

"Di Thailand sering banyak kompetisi (sepak takraw). Makanya pas main di ASG, tim Thailand susah ditembus. Namun secara keseluruhan, saya cukup puas dengan performa anak-anak. Ini sudah sangat maksimal," akunya, usai pertandingan.

Baca Juga: Hari Kedua ASG, Atletik Tambah Raihan Tiga Emas

2. Indonesia kalah jam terbang

Sepak Takraw Indonesia Harus Puas Dapat Perak, Kalah dari ThailandANTARA FOTO/INASGOC/Nova Wahyudi/nz/18

Sugeng mengatakan, anak asuhnya kerap kerepotan menembus pertahanan Thailand lantaran kalah jam terbang. Meski sempat unggul pada menit-menit pertama, pihaknya harus mengakui keunggulan Thailand.

"Kita memang lemah segalanya dalam penyelesaian akhir karena kalah jam terbang. Kita sempat unggul, tapi dikejar dua set langsung sama tim lawan. Secara keseluruhan, mereka main luar biasa, kita sendiri juga sudah tampil maksimal," ungkap Sugeng. 

Baca Juga: Asian Games 2018: Sepak Takraw Sumbang Medali Emas!

3. PB PSTI harus tambah jam kompetisi di dalam negeri

Sepak Takraw Indonesia Harus Puas Dapat Perak, Kalah dari ThailandIDN Times/Fariz Fardianto

Pihaknya menyarankan kepada Pengurus Besar Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) untuk meningkatkan mutu pertandingan sepak takraw di dalam negeri. Ia menganggap kemampuan anak asuhnya bisa digenjot bila rutin ikut kompetisi di berbagai daerah.

Tak hanya itu, anak asuhnya juga perlu ikut pemusatan pelatihan ke luar negeri. Ini demi mengasah ketajaman mengontrol bola sekaligus menambah strategi saat bertanding di lapangan.

"Yang jelas di dalam ngeri harus ditambah kompetisinya. Tidak hanya setahun sekali. Atau bisa dikirim ke luar negeri ikut training internasional. Saya rasa hal-hal seperti itu perlu dipikirkan lagi sama PB. Agar kita mampu menambah jam terbang," cetusnya. 

Sugeng mengklaim, para atlet sepak takraw yang tampil di ASG berasal dari bibit-bibit potensial yang dikumpulkan dari setia PPLP. Kemudian keberadaan mereka diasah dalam Pelatnas PB PSTI untuk mempersiapkan diri dalam ajang ASG XI di Semarang.

"Untuk seleksi kita diberi waktu dua bulan sebelum ASG berlangsung. Setelah itu, dua minggu kita mematangkan pembentukan tim inti dan strategi-strategi lainnya. Target kita harus final. Kalau bisa pengin tembus emas. Tapi kenyataannya memang belum bisa. Setelah ini semoga kita masih bisa mendapatkan hasil lebih baik lagi di dua nomor yang tersisa," tukasnya.

Baca Juga: Lena & Leni, Si Kembar Atlet Sepak Takraw Indonesia yang Menginspirasi

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya