Liliyana Natsir bercerita di hadapan peserta audisi umum bulutangkis di GOR Jati Kudus. (IDN Times/Istimewa)
Dalam sebuah acara bincang-bincang yang digelar di halaman depan GOR Djarum, Jati, Kudus, perempuan kelahiran Manado yang menghabiskan 24 tahun berkarier sebagai atlet bulutangkis itu mengungkap masa lalunya saat meniti karier bulu tangkis di ibukota Jakarta.
"Kak Butet dari Manado ke Jakarta diantar sama Mama. Setelah itu Mama kembali pulang. Meski saya anak bungsu yang biasa dimanja, setelah ditinggal orangtua lalu dipaksa mandiri. Awalnya, rasanya dunia kiamat," tuturnya dihadapan peserta audisi di Gor Djati Kudus, Senin (18/11).
Ia pun mengaku, ketika kangen dengan kampung halaman mesti harus pergi ke warung telepon untuk interlokal ke Manado. "Kalau kangen kampung halaman, musti pergi ke wartel (warung telepon) untuk telepon interlokal ke Manado. Memang zaman sekarang yang sudah bisa video call," tambah Butet, yang disambut tawa para penggemarnya.
Di hadapan ratusan anak dan orangtua yang menjejali muka panggung, Butet menyebut dirinya sebagai tipe manusia yang "tidak mau kalah". "Tentunya dalam arti positif. Jika saya kalah hari ini, besok harus menang! Baru saya puas," katanya.
Butet, yang kini juga bertugas sebagai Technical Adviser PB Djarum, menemukan banyak hal baru saat memikul tanggungjawab baru di Audisi Umum. Dari balik meja Tim Pencari Bakat, kini yang menilai, memantau, lalu mencari, anak-anak yang bertanding di lapangan.
"Seperti kilas balik ke awal karier saya di Manado dulu, tapi bedanya tanggungjawab baru sebagai pencari bakat," jelas Butet, yang mengakhiri kariernya dengan sederet gelar juara bergengsi.