Susahnya Developer Game Lokal Lawan Brand Asing: Yang Tertarik Anak Sekolahan

Pengembang game lokal kalah saingan

Semarang, IDN Times - Di era Millennial, persaingan di segala sektor industri semakin ketat. Tak terkecuali juga di dunia industri game. Sejumlah masyarakat yang paham teknologi pun seakan berlomba-berlomba menciptakan aplikasi game untuk menggaet konsumen dari kalangan millennial. 

Salah satunya dilakukan Afandi Ichan. Ia yang awalnya miris melihat kegiatan pramuka yang mulai dilupakan anak-anak, lambat-laun mulai tergerak membuat sebuah game untuk mengedukasi siswa sekolah.

Game yang ia ciptakan diberi nama Jalan Pramuka. "Awalnya saya lihat di bekas SMP saya, kok yang ikut pramuka sedikit ya. Terus saya coba bikin sebuah game yang bisa membuat orang-orang suka sama kegiatan pramuka lagi. Akhirnya jadilah game jalan pramuka itu. Ini bisa melatih pembelajaran pramuka di rumah secara virtual," ujar Ichan kepada IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat (28/8/2020). 

1. Game Jalan Pramuka sempat sabet juara di ITS. Sejauh ini peminatnya sebatas anak sekolahan

Susahnya Developer Game Lokal Lawan Brand Asing: Yang Tertarik Anak SekolahanIDN Times/Dok FTIK USM

Ia mengaku game jalan pramuka yang dirancang bersama tiga rekannya sempat menyabet juara di ajang kontes game nasional di kampus ITS Surabaya. Ia ingin game miliknya dapat dikembangkan lagi menjadi sebuah permainan teka teki dan tebak kata. 

Sejak dibuat tahun lalu, katanya game jalan pramuka belum banyak dilirik oleh masyarakat. Meski sudah dipasang di app store, namun jumlah penginstalnya sangat sedikit. 

"Sementara ini belum terlalu prospek. Selain tim kita masih sibuk garap skripsi, juga gak banyak yang download di app store. Yang banyak malah waktu kita share ke anak-anak sekolah. Sudah ada puluhan yang download," kata lulusan Teknik Informatika Universitas Semarang (USM) tersebut.

Baca Juga: Populerkan Pramuka, Tiga Mahasiswa USM Bikin Aplikasi Game Ini

2. Ichan masih yakin game 2D tetap laris di pasaran

Susahnya Developer Game Lokal Lawan Brand Asing: Yang Tertarik Anak SekolahanPexels.com/Joseph Redfield

Meski begitu, ia mengaku masih optimistis melihat perkembangan game 2D masih bisa laku di pasaran. "Kelebihan dari game saya itu kita bisa sekalian mengedukasi anak-anak. Apalagi kita merancangnya sebuah game Pramuka yang ada peramainan baris berbaris," paparnya.

3. Pemilik game Smart Boy ngaku sulit bersaing sama brand asing

Susahnya Developer Game Lokal Lawan Brand Asing: Yang Tertarik Anak SekolahanTiga mahasiswa di Semarang saat memamerkan game dan piagam juaranya di Festival Kihajar. Dok Udinus

Sedangkan, Risal Fajar, seorang developer game lainnya juga mengatakan kondisi serupa. Meski sempat menyabet juara dari kontes yang digelar BPMPK Kemendikbud, namun ia tak tahu secara pasti animo masyarakat yang tertarik dengan game bikinannya.

"Kita awalnya kan prihatin dengan fenomena teman-temannya saat ujian TOFL-nya banyak yang gagal. Selain itu peringkat Indonesia di bidang bahasa Inggris juga rendah. Makanya dari situ kita bikin game smart boy. Ya inspirasinya dari Mobile Legend sih," jelasnya.

"Cuma seberapa besar peminatnya, ya kita belum tahu. Soalnya harus didownload di situs resmi BPMPK Kemendikbud," beber mahasiswa jurusan Teknik Informatika, semester 8, Fakultas Ilmu Komputer Udinus ini.

Ia mengungkapkan saat ini masih kesulitan saat bersaing dengan perusahaan game papan atas. Hambatannya berupa kalah saingan dari segi branding, marketing hingga dari strategi penjualannya.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Pemain Toxic Itu Selalu Ada pada Game Online

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya