Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Wisata Religi di Yogyakarta dan Solo, Dekat dengan Stasiun KRL 

ilustrasi wisata religi di Yogyakarta dan Solo (pexels.com/Sergey Guk)
Intinya sih...
  • Yogyakarta dan Solo memiliki objek wisata religi dan magis
  • Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta simbol toleransi antar umat beragama
  • Candi Prambanan dan Sewu serta Gereja Katolik Santo Antonius menjadi destinasi wisata religi yang terjangkau

Daerah Istimewa Yogyakarta dan Solo (Surakarta) tidak hanya dikenal terdapat kesultanan di Indonesia, tetapi juga dikenal dengan situs atau tempat bersejarah yang mengandung religi dan magis. Alasan utama di sekitaran daerah Yogyakarta dan Solo memiliki situs atau tempat bersejarah yang mengandung religi dan magis dilatarbelakangi oleh faktor historis. Faktor historisnya yaitu Yogyakarta dan Solo pernah dikuasai oleh Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Mataram Islam, hingga Pemerintahan Kolonial Belanda.

Dengan banyaknya dikuasai baik dari Kerajaan Hindu-Buddha, Kesultanan Islam, hingga Pemerintahan Kolonial Belanda, Yogyakarta dan Solo memiliki banyak objek wisata religi yang mengandung religi, magis, dan akulturasi budaya.

Oleh karena itu, bangunan di Yogyakarta dan Solo sangat beraneka ragam. Penasaran apa saja objek wisata religi di Yogyakarta dan Solo yang dekat dengan stasiun KRL biar murah meriah, yuk simak di bawah ini!

1.Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

ilustrasi Gapura Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta (unsplash.com/Farhan Abas)

Masjid ini terletak bersebelahan dengan Alun-Alun Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Jalan Kauman, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Jarak antara Stasiun KRL Yogyakarta dan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta gak terlalu jauh yaitu 2,5 KM. Jika kamu ingin salat atau berkunjung ke Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta dari Stasiun KRL Yogyakarta, kamu bisa menggunakan ojol sekitar 10 menit.

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta dibangun pada masa Kesultanan Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1773 yang bekerja sama dengan arsitek bernama Kyai Wiryokusumo dan penghulu keraton pertama bernama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat. Masjid ini juga menjadi simbol toleransi antar umat beragama Hindu dan Islam. Sebab, awal pembangunannya penuh rasa gotong royong di mana masjidnya dibangun oleh umat Muslim, sedangkan gapuranya dibangun oleh umat Hindu.

Selain itu, bentuk akulturasi budaya tradisional Jawa dan Islam terlihat pada atap masjidnya berbentuk tumpang tiga yang bermakna tahapan untuk mencapai kesempurnaan hidup, yaitu hakikat, syariat, dan ma’rifat serta gapura merupakan perpaduan antara budaya Hindu dan Eropa Klasik yang bermakna untuk menghapus dosa.

Di depan gapura utama, terdapat bangunan serambi masjid yang digunakan untuk salat, tempat pertemuan ulama, mahkamah/pengadilan untuk mengadili terdakwa secara hukum Islam, pernikahan, dan pengajian. Uniknya, masjid tersebut juga terdapat pagongan (tempat meletakkan gamelan) yang digunakan untuk sarana dakwah ketika perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW atau disebut sekaten.

2.Masjid Agung Sheikh Zayed

ilustrasi Masjid Sheikh Zayed Solo (pexels.com/Madtur _)

Lokasi masjid tersebut di Jalan Ahmad Yani No.121, Gilingan, Kecamatan Banjasari, Kota Surakarta. Bahkan, lokasi masjidnya juga dekat dengan Stasiun KRL Solo Balapan sekitar 1,8 KM. Dari Stasiun KRL, kamu bisa menggunakan ojol ke Masjid Sheikh Zayed sekitar 10 menit.

Masjid Agung Sheikh Zayed tentu tidak asing didengar bagi sebagian besar umat Muslim di Indonesia. Masjid tersebut merupakan hibah dari Presiden United Arab Emirates (UAE), Mohammed bin Zayed Al-Nahyan. Sebab, hubungan diplomatik antara Indonesia dan UAE sangat dekat.

Masjid tersebut juga merupakan replika Masjid Sheik Zayed di Abu Dhabi, United Arab Emirates (UAE) sehingga bentuk arsitekturnya sangat mirip dengan Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi. Kemudian, pembangunan masjid tersebut dimulai pada tahun 2021 dengan kapasitas hingga 10.000 jemaah.

Pada tanggal 14 November 2022, masjid tersebut diresmikan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan Presiden Mohammed bin Zayed Al-Nahyan.

3.Candi Prambanan

ilustrasi Candi Prambanan (unsplash.com/Eugenia Clara)

Kalau kamu pernah belajar sejarah waktu SD hingga SMA, pasti pernah mendengar nama Candi Prambanan. Lokasi candi tersebut gak terlalu jauh dengan Stasiun KRL Brambanan. Kalau kamu mau berkunjung ke Candi Prambanan, kamu bisa menggunakan KRL Yogyakarta–Solo, lalu kamu bisa menggunakan ojol ke Candi Prambanan sekitar 3 menit.

Candi Prambanan merupakan candi termegah dan terbesar di Asia Tenggara dengan corak Hindu. Menurut Prasasti Berangka, candi tersebut dibangun oleh Raja Balitung Maha Sambu pada tahun 856 M. Tujuan awal pembangunan Candi Prambanan adalah untuk memuliakan Dewa Shiwa karena nama asli bangunan tersebut dalam bahasa Sansekerta yaitu Siwagrha (Rumah Shiwa).

Kemudian, fungsi Candi Prambanan digunakan sebagai sarana sembahyang. Bahkan, digunakan juga untuk upacara adat oleh umat Hindu dan Kejawen di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti upacara Melasti, upacara Galungan, upacara Nyepi, dan lain-lain. Pada tanggal 13 Desember 1991, Candi Prambanan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.

4.Candi Sewu

ilustrasi Candi Sewu (unsplash.com/Apabedanyacom)

Setelah berkunjung atau sembahyang di Candi Prambanan, di depannya terdapat Candi Sewu. Kalau kamu mau berkunjung ke Candi Sewu, kami bisa menggunakan transportasi KRL Yogyakarta–Solo. Pemberhentian stasiunnya di Brambanan, lalu kamu bisa menggunakan ojol ke Candi Sewu.

Candi Sewu adalah bangunan candi bercorak Buddha. Candi tersebut dibangun oleh Raja Mataram Kuno, Rakai Panangkaran, pada abad ke-8 M. Kemudian, fungsi Candi Sewu sebagai tempat ibadah bagi umat Buddha.

Bangunan Candi Sewu juga menjadi simbol toleransi antar umat beragama sejak zaman Kerajaan Hindu-Buddha. Sebab, candi tersebut berdampingan dengan Candi Prambanan yang bercorak Hindu. Dengan adanya kedua candi tersebut, hal tersebut menjadi bukti bahwa masyarakat Jawa Kuno sudah mengenal toleransi antar umat beragama.

5.Gereja Katolik Santo Antonius

ilustrasi Gereja Katolik Santo Antonius (youtube.com/Gereja St. Antonius Padua Kotabaru)

Lokasi gereja ini sangat strategis dan berada di tengah Kota Yogyakarta yaitu Jalan Abu Bakar Ali Nomor 1, Kotabaru, Gondokusuman, DIY. Alasan letak gereja tersebut sangat strategis karena dekat dengan dua stasiun KRL, yaitu Stasiun KRL Yogyakarta dan Stasiun KRL Lempuyangan. Dari salah satu stasiun KRL tersebut, kamu bisa menggunakan ojol ke Gereja Katolik Santo Antonius sekitar 3 menit.

Gereja tersebut dibangun oleh Romo F. Strater pada tahun 1926. Bangunan gereja tersebut juga memadukan antara arsitektur budaya Eropa Klasik dan Jawa. Budaya Eropa Klasik terlihat pada bagian luar gereja termasuk menara, pintu, dan jendela, sedangkan budaya Jawa terlihat pada lukisan kisah Injil di dalam gedung gereja tersebut.

Waktu zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Gereja Katolik Santo Antonius digunakan sebagai sekolah bagi para romo muda, tetapi seiring perkembangan zaman gereja tersebut digunakan untuk ibadah bagi semua umat Katolik. 

Buat kamu yang masih menempuh pendidikan SMA atau kuliah S1, sangat direkomendasikan kelima wisata religi tersebut karena biaya perjalanannya terjangkau mulai dari Rp8.000,00 dengan KRL Yogyakarta–Solo. Yuk, luangkan waktumu untuk berkunjung ke wisata religi sekaligus mempelajari sejarah dan agama!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ariel Guslandi
EditorAriel Guslandi
Follow Us