Rumah Tertua se Jawa Tengah Ada di Kampung Batik Laweyan Solo

Sejarahnya sejak tahun 1546

Surakarta, IDN Times - Kampung Batik Laweyan Solo dulunya merupakan sentra indsutri kerajinan batik yang mulai berkembang sejak abad ke-14 saat berada di masa Kerajaan Pajang.

Kampung ini menyimpan kekayaan arsitekur Jawa antik yang mengagumkan, bekas peninggalan Kerajaan Majapahit. Hal ini terlihat dari segi bangunanannya yang spesial dan tempat tinggal penduduk yg terletak dalam pintu akbar juga menggunakan desain unik.

Namun sudah banyak rumah-rumah di kampung ini yang telah direnovasi bagian dalamnya mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern.

Akan tetapi masih terdapat tiga blok tempat tinggal berjejer seluas 24 hektar (ha) yg bangunannya masih orisinil seperti gaya zaman pertengahan.

Rumah tertua di Jawa Tengah tersebut masih orisinil menurut zaman awal dibangun, bahkan pemiliknya 99 persen masih dihuni sang generasi penerus leluhur terdahulu yang mendiami tempat tinggal tadi.

Baca Juga: 5 Kuliner Wajib Coba di Pasar Gede Solo, Tradisional Hingga Western

1. Sejarah singkat kampung batik laweyan

Rumah Tertua se Jawa Tengah Ada di Kampung Batik Laweyan Solowonderfulsolo.com

Dalam sejarah yang ditulis R. T Mlayadipuro, Kampung Batik Laweyan didirikan oleh Kyai Ageng Hanis, putra dari Kyai Ageng Sela yang merupakan keturunan Raja Brawijaya pada 1546 M. Masa ini terjadi sebelum munculnya Kerajaan Pajang.

Awalnya Kyai Ageng Henis atau Kyai Ageng Laweyan mengajarkan teknik pembuatan batik tulis pada para murid-muridnya.

Namun, karena tradisi ini sudah mengakar, maka penduduk di kampung tersebut mulai membuat seni batik untuk belajar hingga berjualan.

Pahlawan nasional K.H Samanhudi juga turut ambil andil dalam lika-liku sejarah berdirinya Kampung Batik Laweyan sejak tahun 1905. K.H Samanhudi menjadi tokoh yang mencetuskan dibentuknya Serikat Dagang Islam di wilayah tersebut.

Ia juga berperan dalam mengkordinasi saudagar batik muslim untuk bersatu melawan pedagang China dan pengaruh Belanda dalam stabilitasi ekonomi dan politik.

2. Arsitektur bangunan

Rumah Tertua se Jawa Tengah Ada di Kampung Batik Laweyan Solosurakarta.go.id

Ketua Forum Pengembang Kampung Batik Laweyan, Alpha Fabela Priyatmono, mengungkapkan bahwa rumah tua yang ada di Kampung Batik tersebut merupakan satu-satunya yg masih orisinil dan terpelihara.

Secara teknik arsitektur, bangunan tempat tinggal tertua di Jawa Tengah dibangun tanpa memakai paku, tetapi mengaitkan kayu-kayu berbahan jati tua menggunakan teknik pasak.

Meskipun hanya menggunakan teknik pasak, kenyataannya rumah tua di Kampung Batik Laweyan Solo masih sangat kokoh, kuat, dan bertenaga sampai sekarang.

Rumah menggunakan cat berwarna putih tanpa ventilasi ini pada dalamnya menyimpan prasasti-prasasti tua. Lantainya pun masih batu bata protesis seperti di masa lampau yang sampai sekarang tidak digantikan keramik oleh pemilik rumah.

Alpha menambahkan bahwa kecanggihan teknik arsitektur zaman dulu dipandang menurut dari sistem kunci pintu yang digunakan. Kunci pintu gerbang besar dibentuk menggunakan sistem geser dan cara menggunakan dalam mengunci dan membukanya berbeda. 

Pada masa kerajaan (kekratonan), kampung Laweyan ini diperuntukan bagi gerombolan rakyat eksklusif yang dikenal sebagai juragan batik yang berlimpah kaya. Maka dari itu, kata Laweyan sendiri berasal menurut istilah pada Bahasa Jawa, yaitu Nglawiyan yang berarti orang yangg berlebih pada hal harta.

Untuk itu, tidak mengherankan apabila tempat tinggal antik yang masih asli pada Kampung Batik Laweyan masih kokoh berdiri mengingat pendahulunya yang tinggal pada tempat tinggal tertua se Jawa Tengah tersebut merupakan orang kaya. Sehingga mereka bisa membentuk tempat tinggal idaman dengan menggunakan bahan bangunan dan teknik yang membuat rumah menjadi kokoh sampai sekarang.

3. Lokasi bangunan

Rumah Tertua se Jawa Tengah Ada di Kampung Batik Laweyan Soloid.wikipedia.org

Lokasi rumah tertua di Jawa Tengah tersebut di Kampung Batik Laweyan yang beralamat di Jl. Dr. Rajiman No.521, Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Lokasi bangunan tersebut berada di pusat Kota Surakarta tidak jauh dari Keraton kasunanan Surakarta, Stasiun Solo Balapan, Stadion Manahan dan Pasar Klewer Solo.

Baca Juga: 5 Wisata Terbaru di Solo yang Wajib Dikunjungi Saat Liburan 

Aryohaji Istyawan Photo Community Writer Aryohaji Istyawan

fleur de bleau, fleur en fue

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya