Sejarah Kerajaan Pajang, Jaka Tingkir Takluk di Tangan Anak Angkatnya

Jejak kerajaan Pajang bisa ditemukan di Solo

Kerajaan Pajang menjadi salah satu kerajaan Islam di Nusantara yang banyak memiliki peran sejarah kemajuan bangsa.

Pada awalnya, Indonesia terlahir dari kerajaan-kerajaan besar di Nusantara. Dimana jalannya kegiatan pemerintahan setiap wilayahnya diatur oleh raja pada tiap daerah kekuasaannya sendiri.

Baca Juga: 4 Objek Wisata Budaya di Solo, Bisa Belanja Batik dari Perajin

1. Sejarah awal Mula Keberadaan Kesultanan Pajang

Sejarah Kerajaan Pajang, Jaka Tingkir Takluk di Tangan Anak Angkatnyahttps://frontonecabinsolo.com

Kerajaan atau Kesultanan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Demak. Pajang pada awalnya merupakan salah satu daerah di bawah pemerintahan Kesultanan Demak. Dengan demikian, awal terbentuknya merupakan penggantian dari kerajaan yang satu ke kerajaan yang lain. Agamanya sama yaitu Islam.

Kesultanan Pajang didirikan pada tahun 1568 Masehi oleh Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir dengan memindahkan pusat pemerintahan dari Kesultanan Demak ke Pajang setelah menyingkirkan Arya Penangsang.

Jadi, inilah awal dari sejarah Kerajaan Pajang yang penuh dengan perebutan tahta kekuasaan. Hal ini disebabkan oleh dendam antar penguasa dan penyerangan dari beberapa pihak yang sebenarnya masih terkait satu sama lain.

2. Runtuhnya Kesultanan Pajang

Sejarah Kerajaan Pajang, Jaka Tingkir Takluk di Tangan Anak Angkatnyaantarafoto.com

Sultan Hadiwijaya meninggal dunia. Sebelumnya ia sakit setelah berperang dengan Danang Sutowijoyo. Terjadi persaingan antara putra dan menantunya dalam Kerajaan Pajang ini. Pangeran Benawa dengan Arya Pangiri. Arya Pangiri berhasil naik tahta tahun 1583.

Sayangnya, Raja Arya Pangiri terlalu berambisi balas dendam pada Kerajaan Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Pangeran Benawa, yang pada saat itu masih di Jipang kerap merasa prihatin.

Karena peristiwa itulah, di tahun 1586 Pangeran Benawa melakukan sekutu. Yaitu dengan Sutawijaya. Ia adalah anak angkat Jaka Tingkir. Kemudian, mereka menyerbu Pajang. Tahun 1582 Sutawijaya memerangi Sultan Hadiwijaya. Akan tetapi di sisi lain, Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua.

Pajang melawan Kerajaan Mataram dan Jipang menghasilkan kekalahan di pihak Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya, yaitu Demak. Pangeran Benawa lalu dinobatkan sebagai Raja Pajang yang ke-3. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587.

3. Jejak Peninggalan Kesultanan Pajang

Sejarah Kerajaan Pajang, Jaka Tingkir Takluk di Tangan Anak Angkatnyafakta.news

Sejarah Kerajaan Pajang tidak lepas dari peninggalan yang penting. Termasuk masjid, bandar, kampung dan juga makam petingginya. Pertama yaitu Masjid Laweyan.
Antara lain elemen kebudayaan Jawa, Eropa, Cina dan Islam. Bangunan Masjid Laweyan dibagi menjadi tiga bagian ruangan.

Masjid ini terletak di Dusun Belukan, RT. 04 RW. 04, Kelurahan Pajang, Kecamatan Pajang, Surakarta. Pada bagian dekat masjid ada makam kerabat kesultanan. Misalnya makam Ki Ageng Henis.

Saat hidup, ia adalah penasehat spiritual kerajaan Pajang. Bukti sejarah Kerajaan Pajang berikutnya yaitu Bandar Kabanaran. Sungai Jenes pada situs Bandar kebenaran juga sekaligus berfungsi sebagai pembatas antara kabupaten Sukoharjo dan kota Solo.

Kampung Batik Laweyan menjadi destinasi berikutnya. Kampung ini berada di kelurahan Laweyan. Adapun daerah ini masuk kecamatan Laweyan. Termasuk daerah administratif Surakarta. Berusia cukup tua, daerah ini sudah ada sejak masa kerajaan Pajang tahun 1546.

Berikutnya adalah Makam Jaka Tingkir. Adapun lokasinya di Butuh. Ini adalah daerah di Gedongan. Yang masih masuk area Plupuh. Secara adminstratif termasuk daerah dari Dusun II.

Dalam wilayah Gedongan. Yaitu di wilayah Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Jika Anda ingin mengetahui berbagai sejarah Kerajaan Pajang, maka kunjungilah tempat-tempat historis tersebut. Karena Anda juga bisa bertanya pada penjaga di sana tentang sejarah kerajaan yang sangat penting.

 

Baca Juga: Lagi, Keraton Solo Tidak Adakan Grebeg Maulid: Masih Pandemik COVID-19

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya