Jalan Berliku Membangkitkan Wisata Susur Sungai yang Aman dan Nyaman

River tubing di Dusun Muncul mengantongi sertifikat CHSE

Semarang, IDN Times - Hari hampir beranjak siang saat rombongan bus wisata berhenti di Dusun Muncul, Desa Rowoboni. Dengan adanya penurunan level PPKM di Kabupaten Semarang membuat desa wisata yang ada di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang itu kembali ramai dikunjungi para wisatawan.

Berada di dekat Jalan Raya Muncul menjadikan lokasi Dusun Muncul mudah dijangkau oleh wisatawan. Sepanjang jalan desa terasa sejuk. Ditambah lagi gemericik air sungai membuat hati tenang. 

Hanya berjarak beberapa meter dari jalan raya, wisatawan sudah disambut para pemandu yang siap membawa ke lokasi Kali Muncul.

Kali Muncul yang membentang melewati Desa Rowoboni, menurut pengakuan sejumlah pemandu menjadi tempat yang cocok untuk menikmati wisata susur sungai. 

"Di Kali Muncul ini arusnya tenang, kedalaman di pinggir sungai sekitar 30-50 sentimeter. Jadinya cocok untuk dijadikan tempat river tubing. Selama perjalanan, pengunjung bisa menikmati wisata susur sungai dengan jarak tempuh 1,5 kilometer. Rata-rata di perjalanan kedalaman sungainya kurang lebih 60 sentimeter Ada juga yang sampai sedalam 2,5 meter," kata Yazid Khairil Aziz seorang pemandu sekaligus pengelola wisata river tubing di Kali Muncul ketika berbincang dengan IDN Times, Sabtu (6/11/2021).

Dan benar saja. Begitu nyemplung ke dalam sungai, para wisatawan langsung berbasah-basah ria sembari menikmati panorama alam yang disuguhkan di sepanjang tebing sungai. 

Deretan rumah warga yang dipenuhi pepohonan yang rimbun menambah suasana menjadi adem dan sejuk. Yunita, seorang wisatawan asal Kudus mengaku menyukai wisata susur sungai di Kali Muncul karena memiliki suasana yang berbeda. 

"Kan dekat sama Gunung Ungaran, jadinya asyik banget sambil lihat pemandangan sekalian main riber tubing. Sungainya juga bersih kok," kata perempuan berusia 25 tahun ini yang mengajak suami tercintanya.

Wisata river tubing mengutamakan protokol kesehatan

Jalan Berliku Membangkitkan Wisata Susur Sungai yang Aman dan NyamanRiver tubing di Kali Muncul merupakan wisata susur sungai dengan jarak tempuh sejauh 1,5 kilometer yang melewati area persawahan. (Dok Pengelola Wisata River Tubing Banyubiru Kabupaten Semarang)

Saat menikmati wisata river tubing, setiap wisatawan wajib memakai helm lengkap dengan perlengkapan jaket pelampungnya. Selain itu wisatawan juga diwajibkan dicek suhu tubuhnya, membasuh tangannya dengan hand sanitizer dan tentunya diminta selalu berjaga jarak.

Bagi Yunita, menikmati wisata river tubing bisa mengobati rasa rindunya selama masa pandemik. Ia mengaku kerap jenuh saat harus berkutat di rumah tanpa bisa meluangkan waktu berliburan bersama sang suami.

Wisata river tubing di Kali Muncul, katanya baru pertama kali ia nikmati sepanjang pandemik COVID-19. "Rasanya senang banget bisa basah-basahan main air. Soalnya kan selama pandemik, kita gak boleh pergi kemana-mana. Untungnya status PPKM di Ungaran sudah level 2, makanya kita jauh-jauh dari Kudus berani liburan kemari," akunya.

Senada juga diungkapkan Andri. Ia tak bisa menutupi rasa senangnya saat bisa ikut wisata river tubing di Kali Muncul. "Biar pikiran fresh. Selama ini kan sekolahnya juga kadang online, rada bosan juga. Senang aja bisa liburan sambil main river tubing," kata pemuda 17 tahun tersebut.

Baca Juga: Main Tubing Sepuasnya di Desa Wisata Lembah Singorojo Kendal 

Wisata river tubing berbenah mengadopsi perubahan perilaku masyarakat

Jalan Berliku Membangkitkan Wisata Susur Sungai yang Aman dan NyamanSejumlah pemandu wisata river tubing di Kali Muncul yang menjadi Duta Perubahan Perilaku utusan dari BNPB berpose di atas bebatuan. (Dok Pengelola River Tubing Muncul Banyubiru)

Sedangkan, menurut Yazid dengan adanya penurunan level PPKM benar-benar berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Desa Rowoboni. Ia mengaku sempat menutup total lokasi wisata river tubing selama 18 bulan lantaran ada larangan saat pandemik COVID-19.

"Dari awal pandemik 2020 sampai 2021 kita tutup total. Terus bulan Mei 2021 kita coba buka lagi seminggu, ternyata ada PPKM Darurat. Kemudian kita tutup lagi dan baru berani buka akhir Agustus kemarin," ujar Yazid.

Efek pandemik menyebabkan banyak teman-teman sesama pemandu yang menganggur. Tak sedikit yang memilih mencari pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Termasuk mencari peruntungan menjadi petugas pemakaman jenazah COVID-19, tim pemulasaran jenazah COVID-19, menjadi petugas penjaga rumah karantina COVID-19 sampai ada yang jualan makanan ala kadarnya.

Meski begitu, ia tetap bertekad membenahi lokasi wisata river tubing sebagai bekal masa depan. Diakuinya bukan perkara yang mudah untuk menggaet wisatawan saat river tubing kembali dibuka. 

Ia butuh perjuangan keras untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat agar mau liburan lagi. Yasid mengaku banyak persiapan yang menjadi bekalnya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. Ia harus mulai dari nol lagi. 

Cara yang ia tempuh ialah menyiapkan segala jenis protokol kesehatan. Mulai dari menempel pamflet aturan 5 M meliputi memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas ia tempelkan di dinding pintu masuk lokasi wisata Kali Muncul.

Selanjutnya ia memasang hand sanitizer dan menyediakan air bersih untuk mencuci tangan. Tak lupa ia rutin mengingatkan wisatawan agar menjauhi kerumunan, berjaga jarak dan selalu memakai masker. Setiap wisatawan juga wajib menunjukan kartu vaksinnya lewat aplikasi Peduli Lindungi.

Maka di lokasi wisata ia dan teman-temannya sering gembar-gembor memakai pengeras suara agar aturan protokol 5M dipatuhi dengan baik dan benar. Ia juga mengawasi penerapan protokol kesehatan dengan ketat agar semua wisatawan tidak mengabaikan aturan saat menikmati river tubing.

"Kebetulan tiga pemandu termasuk saya ditunjuk oleh BNPB menjadi Duta Perubahan Perilaku COVID-19. Sebab, kita bertiga dengan latar belakang sebagai personel SAR Kabupaten Ungaran atau dikenal dengan sebutan SAR Bumi Serasi (SAR BUSER) punya sertifikat pemandu dan sertifikat rescue tingkat dunia. Dan tugas kita di tempat wisata dengan menyosialisasikan aturan prokes," kata Yazid.

Dengan mengantongi sertifikat tersebut, ia memiliki keahlian mengevakuasi dan memberi pertolongan pada kecelakaan air. "Saya juga punya sertifikat K3 umum. Keahlian saya khusus untuk pertolongan air atau water rescue," ujar pria yang sudah merintis pekerjaan sebagai personel SAR sejak 2014 silam.

"Awalnya saya kan pecinta alam, suka mendaki gunung susur bukit dan sungai. Lalu tahun 2014 mulai mengenal Tim SAR. Dari situlah, saya putuskan masuk SAR tahun 2019 sampai sekarang," tambahnya.

Pengelola wisata river tubing kantongi sertifikat CHSE

Selain itu, agar wisatawan bisa diyakinkan untuk menikmati liburan dengan aman dan nyaman, maka Yazid sebagai pengelola river tubing memutuskan mengikuti serangkaian pelatihan online yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dam Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Pelatihan yang ia ikuti termasuk mengurus sertifikat CHSE. CHSE kepanjangan dari Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan) dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan).

Untuk mendapatkan sertifikat CHSE, Yazid berkata dirinya mulai berbenah. Selain sudah membentuk badan usaha, pihaknya juga telah diaudit oleh tim assesor dari Kemenpar. Audit mencakup pada nilai-nilai healty, safety, kebersihan dan lokasi yang ramah lingkungan. 

Syarat lainnya harus mengurus administrasi, punya struktur kepengurusan, pengelolaan kas dana wisatanya sampai dinilai dari penerapan protokol kesehatan dan standar keamanan di lokasi wisata susur sungai.

"Saya bersyukurnya karena selama mengurus CHSE benar-benar digratiskan oleh kementerian," ujar Yazid.

Yazid menganggap mengurus sertifikat CHSE nyatanya memberikan keuntungan tersendiri bagi pengelolaan wisata river tubing. Ia yang kerap memposting sertifikat CHSE ke akun instagram resmi river tubing Muncul selalu mendapat respon yang positif dari netizen.

Tak jarang, sertifikat CHSE yang diunggah pada laman Facebook river tubing Muncul, masyarakat juga meresponnya dengan berlomba menyambangi obyek wisatanya.

"Ternyata tanpa disadari, kita satu-satunya wisata air di Kabupaten Semarang yang sudah punya sertifikat CHSE. Dan respon masyarakat luar biasa. Ada yang nanya lokasi via facebook, lewat instagram. Setelah diberi tahu kalau kita sudah punya sertifikat CHSE dengan standar keamanan protokol kesehatan yang memadai, oranh-orang pada liburan ke Kali Muncul," paparnya.

Membangkitkan wisata river tubing lewat pemberdayaan masyarakat desa

Jalan Berliku Membangkitkan Wisata Susur Sungai yang Aman dan NyamanWIsata river tubing di Kali Muncul melewati pemukiman warga Dusun Muncul, Banyubiru Kabupaten Semarang. (Dok Pengelola Wisata River Tubing Muncul)

Saat ini wisata river tubing di Dusun Muncul mulai menggeliat. River tubing yang telah dirintis oleh Yazid dan kawan-kawannya sejak 2013 itu kembali bangkit menjelang akhir tahun 2021.

Ia mengingat kala pertama kali merintis river tubing, tantangan terberatnya adalah mengubah perilaku masyarakat Dusun Muncul. Warga desa setempat yang kerap membuang sampah sembarangan bahkan sering buang air besar ke sungai kerap susah diajak kompromi.

Ia yang lahir dan tinggal di Dusun Muncul kerap melihat Kali Muncul kotor dan kumuh. Dari depan rumahnya, ia bisa lihat jelas betapa joroknya kondisi Kali Muncul sebelum tahun 2013. 

"Karena saya juga tinggal di Muncul, depan rumah bisa lihat sungai, dulu itu Kali Muncul sangat kotor. Warganya belum sadar akan potensi wisata. Pokoknya kumuh, banyak empang buat tempat buang hajat. Tahun 2013 pas saya merintis river tubing pun masih ada. Tapi ya lama-lama kita ngasih tahu, saling mengingatkan. Dan ada kritikan dari pengunjung, lama-lama kesadaran masyarakat mulai meningkat," urainya.

Sampah plastik dan aneka kotoran limbah rumah tangga yang menggenangi sungai, katanya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Aliran Kali Muncul lambat laun mulai jernih. Kali Muncul yang notabene sebagai sungai terbesar yang berasal dari mata air Rawa Pening lalu ditata sedemikian rupa agar kelihatan indah, bersih dan layak dijadikan tempat wisata. 

"Arus di Kali Muncul ini kan grate dua. Artinya sangat pas dijadikan lokasi river tubing. Arus airnya tenang dan tidak berbahaya," jelasnya.

Sekitar tahun 2014, warga desa yang tadinya kolot lalu diajak kerjasama untuk mengelola wisata river tubing di Kali Muncul. Warga dirangkul agar mau berjualan di sepanjang shelter kuliner. Tercatat ada 17 pelaku UMKM yang kini mendukung pengelolaan wisata river tubing di Kali Muncul.

"Kita memang perlu kerja keras mengedukasi warga. Warga kita ajak jualan camilan dan makanan. Nanti diberi fee. Dari getok tular antar warga akhirnya pada timbul kesadaran. Sekarang ada 17 UMKM yang jadi mitra kita. Setiap kegiatan mereka selalu dapat order membuat makanan," lanjutnya.

Untuk mengelola sampah sungai, ia melibatkan warga dengan membantu iuran sebulan sekali. Atas andil peran serta warga ditambah keberlangsungan ekonomi yang mampu tumbuh dengan baik, sejak 2014 ia melihat tak ada lagi warga yang buang hajat ke sungai.
 
"Warga buang hajat 100 persen sudah hikang. Tadinya susah karena sudah turun-temurun. Rata-rata usianya 60 tahun keatas. Yang muda sudah buang hajat di kloset semua. Pas Kali Muncul dijadikan wisata, yang buang hajat pada malu sendiri," akunya.

Kini ia merasa ada secercah harapan pada kelangsungan wisata river tubing di Kali Muncul. Meski jumlah pengunjungnya masih sekitar ratusan orang, tetapi banyak orang yang optimistis bahwa penularan COVID-19 yang berangsur menurun mampu membangkitkan perekonomian di desa wisata terutama menjadikan obyek wisata air pulih seperti sedia kala.

"Sekarang jumlah pengunjungnya masih sekitar ratusan orang. Kalau tahun 2013 rata-rata juga 100-150 orang sebulan. Tapi peningkatan terjadi tahun 2014 jadi 200-350 orang. Lalu tahun 2018 naik jadi 800-1.000 oang sebulan. Puncaknya tahun 2019 pengunjungnya sebanyak 5.000-8.000 orang sebulan. Paling ramai pas akhir pekan. Kalau hari kerja masih sedikit," kenangnya.

Sudah ada 91 obyek wisata yang punya sertifikat CHSE

Jalan Berliku Membangkitkan Wisata Susur Sungai yang Aman dan NyamanProtokol CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, dan Environment Sustainability). (IDN Times/Larasati Rey)

Sedangkan, Riyadi Kurniawan, Kepala Seksi Destinasi Wisata, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah mengatakan adanya sertifikat CHSE sedikit banyak membantu untuk memulihkan kepercayaan masyarakat agar mau berliburan lagi.

Pemberian sertifikat CHSE mengacu pada hasil penilaian dari Kemenparekraf. Terutama yang jadi perhatian khusus adalah penilaian dari Kemenparekraf yang mengecek SOP penanganan ketika muncul penularan COVID-19 yang dialami wisatawan. "Kemungkinan di lapangan jumlah obyek wisata yang punya CHSE lebih banyak lagi," katanya.

Selain pengelola river tubing Kali Muncul, saat ini sudah ada 91 obyek wisata yang telah mengantongi sertifikat CHSE. "Obyek wisata di Jawa Tengah sudah mulai pulih, Mas. Sudah ada 78 persen daya tarik yang kembali dibuka. Allhamdullilah sebanyak 91 wisata yang tersertifikasi CHSE dari total ribuan obyek wisata yang ada saat ini," paparnya kepada IDN Times

Obyek wisata yang sudah dibuka berada di kawasan Semarang Raya, Solo Raya, wilayah pantai selatan dan sebagian wilayah Magelang.

"Untuk yang PPKM level 3 tidak dibuka. Untuk yang PPKM level satu dan dua kita buka. Seperti Semarang Raya, Magelang, Solo Raya, pantai selatan Jawa Tengah. Contohnya wisata alam di Karanganyar kembali dibuka untuk umum. Pendakian Gunung Merapi, Gunung Slamet dan Gunung Lawu juga sama," terangnya.

Kendati demikian sejumlah pengelola wisata yang kesulitan mendapatkan CHSE akan diberi pendampingan oleh pihaknya. Riyadi berkata kendala yang dihadapi berkaitan dengan mengurus nomor induk perusahaan sebagai syarat membentuk badan usaha yang resmi.

Pihaknya sering memberi dukungan dalam bentuk menyosialisasikan pedoman regulasi pembukaan wisata, memberikan pelatihan inovasi produk serta sosialiasi penerapan CHSE di tempat wisata. 

Adapun tingkat kunjungan wisatawan saat ini semakin meningkat saat memasuki penghujung tahun. Riyadi mencatat sejumlah obyek wisata kebanjiran pengunjung. 

Saking membludaknya wisatawan, Kepala Disporapar Jateng, Sinoeng R Rachmadi harus mengeluarkan imbauan untuk menerapkan sistem ganjil genap di lokasi obyek wisata Tawangmangu, Dusun Semilir dan Pemanduan Air Hangat Guci di Kabupaten Tegal. 

"Kita sebatas mengimbau. Untuk penertiban pengunjung, pemda disarankan koordinasi dengan Satpol PP dan Polres setempat. Surat imbauannya per 11 November kemarin dikirim ke daerah untuk memberlakukan ganjil genap di obyek wisata yang dipadati pengunjung," tuturnya.

Kemenparekraf perkuat promosi wisata dengan manfaatkan teknologi digital

Jalan Berliku Membangkitkan Wisata Susur Sungai yang Aman dan NyamanIlustrasi ekonomi digital (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Di lain pihak, berdasarkan data kunjungan wisatawan dari Kemenparekraf, untuk tingkat kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2020 sekitar 4 juta orang. Jumlah wisatawan menurun cukup tajam dari jumlah kunjungan tahun 2019 yakni 16,10 juta kunjungan. 

Kondisi serupa terjadi pada devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata. Jumlah devisa tahun 2020 adalah senilai 3,54 miliar Dollar Amerika atau turun dari tahun 2019 senilai 16,9 miliar Dollar Amerika. 

Dampak yang dirasakan terhadap sektor pariwisata membuat pemerintah menyesuaikan proyeksi kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2021 sebesar 4--7 juta jiwa. 

Selain itu, pemerintah mendorong investasi sektor pariwisata dan memperkuat promosi pariwisata dengan memanfaatkan teknologi digital seperti big data dan pendekatan kekinian serta strategi adaptasi dengan menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE di tiap obyek wisata dan lini ekonomi kreatif.

Sementara itu, Joko Suratno, Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Jateng menjelaskan sebenarnya ada cara-cara lain agar warga tetap bisa berwisata dengan aman dan nyaman. Ia menyarankan kepada pemilik perusahaan agen wisata untuk mengadopsi standar CHSE untuk meningkatkan kenyamanan bagi para wisatawan. 

"Kita bisa melakukan adopsi standar CHSE. Mencakup aturan memakai masker selama perjalanan menuju tempat wisata, mencuci tangan dengan antiseptik dan mengutamakan jaga jarak saat duduk di dalam bus. Dengan cara tersebut, kita bisa meyakinkan masyarakat luas jika pariwisata Jawa Tengah mulai menggeliat dengan keamanan kesehatan yang memadai," ujarnya kepada IDN Times

Sedangkan konsep berwisata dengan konsep menerapkan kesehatan juga bisa dilakukan untuk destinasi wisata alam dengan mengkombinasikan dengan layanan kesehatan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan dengan adanya CHSE bisa menjadi tolak ukur bagi wisatawan bahwa sebuah tempat wisata yang dituju telah memberlakukan protokol kesehatan yang ketat.

"Kami meyakini dengan adanya pemberlakuan CHSE di setiap tempat, paling tidak bisa menunjukan kepedulian kita bersama untuk tetap mengedepankan protokol kesehatan saat liburan," ujar Septiana Tangkary, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Kemkominfo dalam diskusi bertajuk wisata aman di Galeri Industri Kreatif, Kota Lama Semarang, Senin (1/11/2021).

Baca Juga: 188 Tempat Wisata Jateng Sudah Dibuka, 4 Lokasi Ini Dipasangi Peduli Lindungi

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya