Mengulik Jejak Tasripin, Saudagar Pribumi Penguasa Semarang Bawah

Peninggalannya masih bisa dilihat di Kampung Kulitan

Semarang, IDN Times - Sejumlah rumah bercorak campuran Melayu dan kolonial Belanda tampak menjulang tinggi di Kampung Kulitan, Jagalan, Mataram Semarang. 

Dengan atap yang lancip serta beberapa anak tangga di bawahnya, ciri rumah tersebut jadi pembeda diantara rumah-rumah lainnya di pemukiman padat penduduk tersebut. 

Setelah bertanya ke beberapa warga, IDN Times pun menemui pemilik rumah nomor 313. Tepat di atas daun pintu, tertera nama H Moenawar Chalil. M Fachri, nama sang pemilik rumah pagi itu menyambut dengan ramah. 

Fachri bilang rumah yang ia tempati selama ini merupakan peninggalan dari Tasripin. "Saya sendiri masih satu kerabat dengan Tasripin. Kalau berdasarkan silsilah keluarga, saya berada pada generasi kelima, enam dan tujuh," kata pria yang jado Ketua LPMK Jagalan dan Kota Semarang tersebut, Rabu (26/2). 

1. Rumah-rumah peninggalan Tasripin bertebaran di Kampung Kulitan hingga Jalan Pemuda

Mengulik Jejak Tasripin, Saudagar Pribumi Penguasa Semarang BawahGapura Kampung Kulitan gampang dikenali penggendara motor yang lewat. IDN Times/Fariz Fardianto

Rumah warisan Tasripin tersebut, katanya memiliki luas kurang lebih 50 meter. Ciri khas bangunanya berupa tiga daun pintu di beranda rumah. 

Tasripin yang hidup sekitar tahun 1919 silam merupakan seorang kaya raya karena menjadi tuan tanah di sejumlah wilayah Semarang bagian bawah. Fachri berkata bahwa Tasripin jadi semasa hidupnya tersohor memiliki banyak aset bangunan dan tanah. Mulai sepanjang Jalan Bojong (Sekarang Jalan Pemuda), kampung-kampung Jalan Mataram dan di banyak tempat lainnya. 

Yang paling mencolok, menurut Fachri peninggalan Tasripin masih bisa ditemui di Kampung Kulitan. 

"Peninggalannya masih banyak sampai sekarang. Di Kulitan kan mayoritas rumahnya masih miliknya Tasripin. Makanya, di sini masih ada rumah yang coraknya Melayu dan ada sedikit campuran arsitektur kolonialnya. Karena memang Tasripin dulu sangat dekat sama pemerintah kolonial Belanda," sambungnya. 

Baca Juga: Produksi Aspal Plastik, Kota Semarang Ajak Ibu-ibu Kumpulkan Sampah  

2. Tasripin jadi tuan tanah berkat bisnisnya yang menggurita. Salah satunya bisnis penyamakan kulit

Mengulik Jejak Tasripin, Saudagar Pribumi Penguasa Semarang BawahM Fachri generasi keenam Tasripin saat ditemui di Kampung Kulitan. IDN Times/Fariz Fardianto

Sebagai salah satu kerabat Tasripin, Fachri mengaku paham betul dengan sepak terjang moyangnya tersebut. Tasripin punya banyak harta karena dikenal sebagai pengusaha penyamakan kulit yang moncer di masanya. 

Seiring berjalan waktu, bisnis Tasripin kian melebar. Tak melulu berkutat di kulit saja, Fachri mengungkapkan Tasripin juga melebarkan bisnisnya di bidang kopra, kapas dan properti. 

"Dulunya dia pengusaha penyamakan kulit kambing dan sapi. Tapi lama-lama dia juga punya usaha kopra, kapas. Dan properti rumah. Asetnya banyak di Jalan Kolonel Sugiyono, Pemuda dan Mataram," jelasnya. 

"Soalnya dia kan ulet sekali. Jiwa entreprenuernya sangat luar biasa. Ketika masih jaya, Tasripin punya kapal untuk mengirim kopra kapas ke negara-negara Asia. Itu terjadi saat pelabuhannya masih ada di sepanjang Kali Semarang," akunya. 

3. Era kejayaan Tasripin pudar setelah dia meninggal dunia tahun 1932

Mengulik Jejak Tasripin, Saudagar Pribumi Penguasa Semarang BawahSalah satu rumah Tasripin di Kampung Kulitan. IDN Times/Fariz Fardianto

Namun sayangnya, masa kejayaan Tasripin memudar tatkala dia meninggalnya dunia pada 1932. Fachri menceritakan selepas Tasripin meninggal, berbagai aset rumahnya hingga saat ini masih ditempati oleh sanak keluarganya. "Tapi tentunya dia dikenal jadi tuan tanah pribumi paling sukses. Selain itu, ada Oey Thiong Ham dan satu pengusaha Thionghoa lainnya yang juga menguasai Semarang," katanya. 

Baca Juga: Mengkhawatirkan! Daratan Kota Semarang Turun 10 Cm Per Tahun

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya