Semarang, IDN Times - Lahir di tahun 1919, Tasripin hidup di lingkungan orang Jawa tulen. Tinggal di sebuah perkampungan di kawasan Mataram, tak banyak yang bisa dikulik dari cerita masa kecil Tasripin.
Hanya saja, dari penuturan garis keturunananya yang saat ini masih hidup, Tasripin diceritakan sebagai sosok penganut Islam Abangan. Ia menjadi seorang Muslim setelah diislamkan oleh seorang pamannya.
"Jadi Tasripin itu orang Islam. Tapi Islamnya dia ya Islam Abangan. Karena dia sebelumnya tidak punya agama apapun, lalu oleh pamannya, dia diislamkan," kata M Fachri, salah satu keturunan ketujuh Tasripin, saat ditemui IDN Times di Kampung Kulitan, Jalan Mataram Semarang Timur, Minggu (1/3).