Ilustrasi salat (IDN Times/Rudal Afgani)
Sementara Juru Kunci Makam Kiai Toleh, Subagyo (61), mengatakan, Rewanda Bojana digelar tepat saat musim kemarau panjang. Sebab, kata dia, pada musim kemarau panjang inilah pasokan makanan kera di hutan mulai menipis. Ritual ini menjadi sombol harmoni antara manusi dengan satwa liar di sekitar desa.
“Meskipun hanya sehari, tapi ini menjadi simbol kasih sayang sesama mahluk Tuhan,” kata dia.
Subagyo mengatakan, pemerintah daerah setiap bulan menganggarkan Rp 900 ribu untuk memberi makanan kera. “Bentuknya sudah berupa makanan, seperti jagung, umbi kayu, umbi rambat dan lain-lain,” ujar dia.
Ia mengatakan, populasi kera di Desa Cikakak pernah dikaji beberapa tahun lalu. Diperkirakan populasi kera mencapai 600-an. “Sekarang sudah berkembang dan menyebar, ada yang karena mencari sumber pangan baru ada yang karena kalah berkompetisi. Yang kalah terpaksa mencari wilayah baru,” kata dia.