TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BBM Naik, Harga Kamar Hotel di Jateng Ikut Naik, Porsi Menu Dikurangi

Siap-siap! Harga sewa kamar naik 20 persen

BukaReview

Semarang, IDN Times - Para pengelola hotel di Jawa Tengah memutuskan mengefisiensi besar-besaran karena terbebani harga bahan pokok, Tarif Dasar Listrik (TDL), dan bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini melambung tinggi. Pengurangan biaya operasional dilakukan supaya bisnis perhotelan tetap bertahan di tengah situasi yang serba sulit. 

"Kita berharap kebijakan yang menaikkan harga-harga bisa ditinjau lagi. Kita minta pemerintah beri keringanan kepada kami yang punya bisnis perhotelan. Terutama kenaikan bahan pokok sangat mempengaruhi. Karena itu jadi komponen dasarnya kita," kata Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah, Bambang Mintosih ketika dihubungi IDN Times, Kamis (8/9/2022). 

Baca Juga: 90 Perusahaan Jateng Gagal Bayar THR, Ada RS dan Hotel yang Dilaporkan

1. Ukuran menu bagi tamu hotel mengecil

ilustrasi salmon (pixabay.com/robsonmelo)

Pria yang akrab disapa Benk Mintosih itu berkat., imbas efek dari naiknya harga bahan pokok maka yang paling realistis adalah dengan mengubah sajian makanan yang diproduksi para koki di bagian food and beverage (F&B). 

Menurut Benk, dengan menggunakan skema efisiensi produksi nantinya jumlah menu yang dihidangkan bagi para tamu yang menginap akan dikurangi. Misalnya, katanya, yang biasanya disajikan dengan pilihan tiga menu kemungkinan besar akan dikurangi menjadi dua menu saja. 

"Tentunya biaya produksi yang dikeluarkan di F&B akan ditekan dong. Kita realistis aja, bisa jadi ukuran menunya diperkecil. Atau bisa juga porsinya dikurangi. Contoh yang tadinya ada tiga menu jadi dua menu. Karena lonjakan harga bahan pokok sudah sangat membebani industri perhotelan. Kita coba tunggu aja apakah ada kebijakan lain. Kalau tidak ada perubahan aturan apa pun, ya terpaksa kita tempuh pilihan itu," ungkapnya.

2. Pemilik hotel terpaksa kurangi pemakaian listrik

kamar hotel sutasoma/ www.pegipegi.com/hotel/jakarta/hotel_sutasoma_979207/

Ia mengaku, naiknya harga bahan pokok ditambah lagi adanya kenaikan TDL dan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi telah memusingkan para pengelola hotel di Jawa Tengah. Terutama dirinya yang jadi pemilik Hotel Griya Amanah Syariah di kawasan Jajar Solo dan Hotel Undip Inn di Tembalang Semarang. 

Situasi tersebut bak kiamat kecil bagi bisnis perhotelan. Agar tetap bertahan dalam situasi yang sulit itu, ia menyarankan kepada para owner maupun pengelola hotel untuk mengurangi pemakaian listrik di semua kamar dan ruangan. 

"Solusi lainnya kita mesti mengakali biar biaya operasionalnya gak tambah berat. Caranya dengan mengirit penggunaan listrik. Kalau di ruangan kamar biasa pake full lampu, ya dimatikan separuhnya dulu. Pokoknya saya sarankan jangan boros listrik pas situasi kayak gini. Gaji karyawan kalau bisa juga diminimalisir," ujar Benk. 

3. Tarif sewa kamar naik 10 persen dua bulan lagi

Hotel Yasmin di Kabupaten Tangerang dijadikan tempat isolasi bagi pasien COVID-19 dengan gejala ringan (ANTARA FOTO/Fauzan)

Di samping itu, dengan kenaikan harga semua komponen yang tak terkendali, Benk menyampaikan hotel-hotel yang tergabung dalam organisasi PHRI Jateng sedang bersiap menaikkan tarif kamar. 

Meski tergolong keputusan yang berat, namun tarif kamar yang dinaikan akan mengurangi beban saat ini. 

"Memang gak semudah itu menaikkan tarif kamar. Pasti kita akan melalui beberapa proses. Tapi saya yakin dua bulan lagi tari kamar di semua hotel akan naik maksimal 10 persen. kamar Kalau awalnya tarif per malam Rp450 ribu, maka naiknya jadi Rp470 ribu. Soalnya gak ada pilihan lain. Kita yang kelola hotel mesti main cantik dengan meminimalisir pengeluaran. Ini wajar karena sudah jadi masalah umum yang dialami perhotelan," jelasnya. 

Baca Juga: Siap-siap! Tarif Kamar Hotel di Jateng Bakal Meroket Naik, Ini Pemicunya

Berita Terkini Lainnya